4

123 17 8
                                    


























Tidak bisakah seperti ini selamanya?

Tidak ingin genggaman tangan kita terlepas—

Tidak bisakah aku memeluk keduanya secara bersamaan?

Tanpa harus memilih satu diantaranya?

















CHAPTER IV- KISS






















Sudah nyaris pukul 8 malam, namun haruto belum juga pulang kerumah junkyu. Haruto tidak mungkin pulang kerumahnya karena kunci rumahnya berada dilaci kamar tamu yang digunakan haruto, junkyu sudah memeriksa. Apalagi ayah dan ibu haruto baru akan pulang beberapa minggu lagi. Tidak ada alasan haruto akan pulang kerumahnya.. karena itu, junkyu seakan hilang akal. Jadi haruto sedang berada dimana hingga belum pulang selarut ini? Bahkan ponselnya tidak aktif.

Dengan wajah luar biasa cemas.. junkyu menunggui haruto diteras depan rumahnya. Bukan hanya udara yang amat dingin, keadaan diperburuk dengan hujan lebat saat ini. Hanya dengan memakai sweater berwarna merah, junkyu duduk disebuah kursi.

"Haru.. Dimana kau!" Bisik junkyu sembari memeluk tubuhnya. Dingin—junkyu tidak bisa membayangkan haruto kedinginan diluar sana. Haruto tanpa kehangatan.. dimana? Dimana pemuda itu sebenarnya? Oh Tuhan, junkyu bisa gila jika haruto tidak pulang sekarang juga!

Karena hari hujan, junkyu tidak membiarkan yoonbin untuk keluar dari rumahnya. Bukan tanpa alasan, karena tubuh yoonbin memang agak lemah. Apalagi yoonbin suka sekali berkunjung kerumah junkyu lewat pagar belakang pembatas kediaman Ha dan Kediaman Yamamoto. Ia bisa terjatuh bahkan tergelincir mengingat hujan masih saja mengguyur kota itu. Dengan ancaman, 'Tidak akan mengajak bicara yoonbin selama sebulan', pemuda bersurai coklat karamel tersebut mau menurut. Alhasil, hanya junkyu yang kini menunggui haruto pulang.

"Haru..." junkyu nyaris menangis. Ia tidak menyangka haruto akan menghindarinya sampai seperti ini. Ia hanya ingin haruto ada dihadapannya. Apapun yang haruto inginkan, junkyu akan berusaha untuk memberi.. Hanya agar haruto tidak berlaku lagi seperti ini untuk kedepannya.

"Haruto—kumohon."









Graak

Hingga suara pagar terbuka mengalihkan pandangan junkyu yang dari tadi menatap lantai menuju kedepan. Mata junkyu membulat sempurna kemudian ia berdiri tegap. Lega menyergap hati ketika melihat pemuda tampan yang basah kuyub berlari kearahnya. Siapa lagi kalau bukan—

"Oh, Tuhan! Haruto!" Junkyu langsung mengusap wajah basah pemuda tampan yang sudah berdiri didepannya. "Kau kehujanan!"

.

"Ma—maaf.. Aku—aku pulang—larut." Haruto berusaha berbicara selagi giginya bergertak karena menggigil. Junkyu menggeleng pelan dan tersenyum. Ia begitu lega melihat haruto, ia tidak akan memaki atau menasehati pemuda tampan itu saat ini. Haruto sudah pulang dan berdiri dihadapannya saja sudah cukup!

"Ayo, masuk!" Junkyu langsung merangkul pundak haruto dan membawa masuk kedalam rumah. Tidak menunggu, junkyu dan haruto menuju kamar mandi. Bagaimanapun haruto benar- benar basah kuyub, ia harus cepat mandi agar tidak terserang penyakit. Junkyu dalam diam membantu haruto melepas jas sekolah, setelahnya ia langsung mengisi bathtub dengan air hangat. Benar- benar tidak ada pembicaraan. Mereka sibuk dalam pikiran masing- masing. Entah pemikiran tentang kesalahpahaman yang mungkin terjadi ataupun—perubahan.

DON'T EVER LEAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang