Bab 8 : O Ow Kamu Ketahuan

1.7K 6 4
                                    

Dari awal aku tak pernah percaya kata-katamu
Karena kuhanya melihat semua dari parasmu
Terakhir kau bilang padaku, kau tak kan pernah selingkuh,
Tetapi ternyata dirimu bermain di belakangku
Saatku melihatmu kau sedang bermesraan
Dengan seorang yang kukenal
.
.
.

~
"Pak RT kedinginan? Kalau dingin nanti ACnya saya naikkan suhunya."

"Owh enggak. Biasa aja Niki. Ini tehnya saya minum ya?" jawabnya salah tingkah.

"Oh iya silahkan Pak."

Aku pun duduk menghadap Pak RT dengan menyilangkan kakiku sambil mengikat rambutku yang panjang.

"Uhuk uhuk!" Tiba-tiba Pak RT batuk seperti tersedak.

"Pelan-pelan Pak minumnya," ucapku berpura-pura khawatir sambil memberinya selembar tisu.

Kenapa bisa batuk sih? Padahal minumannya tidak panas dan juga tidak kemanisan. Apa karena minumnya sambil melihat wajahku, jadi terasa lebih manis? Atau apakah karena minumnya sambil melihat penampilan tubuhku, sehingga tehnya mendadak menjadi panas?

"Oke Nik. Jadi coba ceritakan kenapa kamu bisa sampai melakukan perbuatan yang tidak baik itu ke Pak Damar."

Baiklah, akupun menceritakan kisahnya mulai dari awal hingga akhir tanpa dikurangi maupun ditambahi sedikitpun.

Saat aku bercerita, mata Pak RT tidak pernah lepas dari menatap tubuhku. Ih aku jadi takut.

"Oh jadi begitu." Pak RT memberikan tanggapannya dengan wajah yang kurang suka.

"Emmm, Pak RT. Saya ke dalam lagi sebentar ya ambil cemilan."

"O-o-oke, silahkan tapi jangan dikeluarkan semuanya."

"Ah nggak papa Pak. Cuman cemilan doang kok."

Aku segera menuju dapur. Namun sebenarnya aku tidak benar-benar pergi ke dapur. Aku bersembunyi di balik dinding untuk melihat gelagat Pak RT yang sebenarnya.

Tidak berapa lama kulihat Pak RT menelpon seseorang.

"Mat, ngomong sama Ibu. Bapak makan siang di luar, ndak makan di rumah."

Mat? Itu pasti Bang Mamat. Dia adalah kaki tangan Pak RT yang sering dimintai tolong untuk menarik iuran warga dan juga mengantar undangan. Dia termasuk abang-abang genit yang pernah menggodaku.

"...."

Aku tidak tahu apa yang diucapkan oleh Bang Mamat di seberang telepon. Karena aku tidak bisa mendengarnya. Hanya suara Pak RT yang bisa aku dengarkan.

"Lagi ada urusan makanya belum bisa pulang," ucap Pak RT sewot.

"...."

"Ya pokoknya urusan. Kamu ndak perlu tau to." Pak RT mulai gusar.

"...."

"Lah kok kamu tau kalo aku lagi di rumah Niki?!" Wajah Pak RT tampak cemas.

"...."

"Jangan bilang-bilang sama Ibu ya." Ada nada memohon dari suara Pak RT.

".... "

"Heh, aku ke rumah Niki itu maksudnya baik. Cuma mau mendengar penjelasannya tok." Tangan Pak RT menunjuk-nunjuk seolah-olah orang yang dia ajak bicara ada di hadapannya.

"...."

"Kamu itu anak buahku lho. Ya harus percaya." Pak RT sedikit mendelik.

"...."

"Jangan! Kamu ndak usah nyusul ke sini." Pak RT memegang kepala dan meremas rambutnya.

"...."

"Owww setan memang kamu!"

AKU BUKAN PELAKORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang