Motor Frinza terhenti di depan garasi sebuah rumah. Ia menekan bel yang ada di samping pintu rumah dan seorang wanita membuka pintu.
"Bi, Bagasnya ada di rumah?"
"Ada nak, masuk aja." Bi Suri menyuruh Frinza masuk.
Ia melangkahkan kakinya masuk ke rumah itu, melewati anak tangga menuju kamar Bagas. Dari jauh saja sudah terdengar suara bising dari kamar yang dituju, Frinza memegang handle pintu lalu membukanya.
"Itu musuh di arah SW bego!" Seru Bagas dengan ibu jari yang sedari tadi tiada henti menekan layar ponsel.
"Sabarlah di depan gue juga ada ni!" Lanjut Aldin.
Mereka berdua sibuk bermain PUBG sampai-sampai mereka tidak tahu kehadiran cowok itu. Frinza menghela napas dan menghempaskan dirinya di atas kasur sembari mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
"Woi woi tolongin gue dulu, gue knock ni!"
"Udah gue bilang jangan maju sendiri bjir!"
"Shit! Mati gue!" Ucap Bagas yang langsung mematikan ponselnya sembari mengacak-ngacak rambutnya karena kesal.
Ia memutar kursi gamingnya ke belakang sentak ia kaget melihat Frinza yang sudah terkapar di atas kasurnya. Cowok itu kembali membuka matanya dan melirik Bagas lalu mengalihkan pandangannya ke layar ponsel melihat feed Instagram seorang cewek.
"Ngapa lagi lo?"
"Hm..apa gue nyatain aja lagi ya?" Frinza menatap langit-langit kamar.
"Tunggu! Jangan bilang lo mau nyatain lagi perasaan lo ke Vanya?"
"Emangnya ngapa? Nggak boleh?"
"Bukan gitu sih..emangnya lo nggak malu pas kejadian waktu itu?"
Setelah di pikir-pikir, Frinza kembali mengingat kejadian hari itu. Tepatnya di pertengahan semester, saat itu pelajaran matematika sedang berlangsung. Bu Mari yang terkenal dengan tatapannya yang tajam merupakan salah satu guru killer di sekolahnya. Terlebih lagi ia mengajar pelajaran matematika, membuat semua murid ketakutan setengah mati saat pelajaran itu berlangsung. Apalagi jika disuruh mengerjakan soal ke depan, rasanya mantap banget.
"Paham apa yang ibu sampaikan?" Ucap Bu Mari dengan tegas sambil memukul penggaris panjang ke papan tulis.
"Paham buk.." Serempak para murid yang sebenarnya tidak paham tetapi pura-pura paham.
"Baik! Kalau gitu saya akan panggil satu per satu ke depan!" Perkataan Bu Mari seketika membuat semua murid merasakan yang namanya sport jantung.
"Kamu yang ketua kelas! maju ke depan!" Bu Mari mengarahkan telunjuknya ke arah Frinza.
Semua murid yang ada di kelas itu merasa lega karena tidak dipillih. Frinza melirik ke bangku Vanya tepat di samping jendela nomor 3 dari belakang, cewek itu sibuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis.
"Oke kesempatan gue ni!" Batin Frinza yang sepertinya merencanakan sesuatu.
Ia langsung berdiri menuju papan tulis, mengambil spidol dari tangan Bu Mari lalu mengerjakan soal itu dengan tenang. Tetapi lama kelamaan ia melenceng dari jalur penyelesaian.
"Frinza! Itu kenapa variabel nya berubah!"
Frinza mengabaikan perkataan Bu Mari, ia melanjutkan menyelesaikan soal yang jawabannya sudah melenceng entah kemana.
9u - 7i > 2(3u-3i)
9u - 7i > 6u - 6i
-7i+6i > 6u - 9u
-i > -3u
i < 3u
i ♥ u
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanjak
RomanceJangan salahkan waktu, Salahkan dirimu sendiri yang tak mampu mengutarakan perasaanmu saat itu. Sekarang, nikmatilah rasa penyesalan itu. Menceritakan kisah Vanya yang tersesat saat melakukan pendakian Gunung dan berhasil pindah alam. Disaat itu...