Prolog

42 12 20
                                    

Dena: Rindu Aan
~~~~~~~~~~~~~~~

Dena menyiapkan beberapa bekal untuk camping singkat hari ini. Entah namanya apa. Tapi pertemuan ini sangat berarti bagi Dena. Ya, bukan sekedar camping, tapi pertemuan setelah sekian lama tidak bertemu akibat pandemi melanda Indonesia. Khususnya Kota Palangkaraya, menyebabkan sebagian besar orang memilih melakukan aktivitas yang biasanya dilakoni di luar, kini hanya bisa dilakoni di dalam rumah.

Dena memasukkan 3 bungkus roti keju dan 2 bungkus roti coklat, kripik singkong pedas manis, dan beberapa snack lainnya yang ia beli di warung tetangga. Dena dan dua orang sahabat sejak masa kecilnya itu sudah berencana jauh-jauh hari, sekitar 2 atau 3 minggu yang lalu. Dena melupakan pastinya.

Menyusuri Kota Palangkaraya yang masih minim akan wisata membuat tiga orang remaja itu memilih lapangan pesawat sebagai tujuan campingnya. Pemandangan pesawat yang indah ditemani pohon-pohon hijau yang masih asri membuat orang tak banyak pilihan untuk mengunjungi lapangan pesawat sebagai tempat bersantai.

Dena sudah siap, ia hanya memakai baju kaos putih  tangan pendek yang ditutupi blazer maron, dipadu rok lipit hitam yang menggantung di kakinya. Rambut pendek hitam lekatnya ia beri aksesoris kip di bagian poni, hingga hampir menyamai rambut lainnya yang pendeknya di atas bahu.

Dena tak ambil pusing soal rambut pendek hampir menyerupai laki-laki. Rindu sudah sering mengingatkan Dena, perempuan tidak baik berambut pendek, apalagi sampai menyerupai laki-laki. Kecuali ada uzur lain maka perempuan diperbolehkan berambut pendek bahkan berkepala botak. Dena sudah terbiasa dengan rambut pendek sejak dulu. Baginya kenyamanan adalah nomor satu dan dia tidak peduli apapun itu. Mungkin entah kapan, Dena akan memanjangkan rambutnya seperti kebanyakan perempuan. Bahkan mungkin juga akan dibalut hijab. Entah kapan.

Dena juga memakai sepatu sport nike dan kaos kaki rainbow sebagai pemanis pertemuannya hari ini. Dena tidak muluk-muluk, tapi entah kenapa hari ini ia ingin tampil menarik saja. Entahlah.

Kini, Dena sudah meluncur di atas motor matic sembari mengembangkan senyum manisnya. Melihat ke kanan kiri di setiap sisi perjalanan menuju bandara. Benar saja, banyak anak remaja seusianya berduduk santai. Entah teman, pacar, sahabat, bahkan sanak kerabat. Semuanya tersenyum bahagia menikmati sore hari yang sangat mendung. Semoga hujan tidak turun, membiarkan mendung menjadi pengawas semua orang di bandara ini.

Angin sepoi sepoi mengiringi Dena menuju tempat dua sahabatnya yang sudah dulu sampai. Dilihatnya Rindu dan Aan yang sibuk menyiapkan alas sebagai tempat duduk. Dena melambaikan tangan kanannya setelah memarkirkan motor, lalu berlari berhambur kepelukan gadis berbalut hijab hitam.

"Ya Allah, Rindu—" potong Dena memeluk erat. "Aku Rindu tahu!" pekiknya sembari mengeratkan pelukan hangat.

"Aku Rindu, kamu Dena ihhh...," protes Rindu menolak paksa pelukan yang hampir membuat napasnya berhenti. Rindu berdesis pelan lalu tertawa sendiri.

"Aku enggak rindu, nih?

Dena spontan melepas pelukannya. Ia melirik ke sumber suara. Rindu dan Dena saling tatap, lalu tertawa terbahak-bahak.

Gimana sama prolog-nya penasaran?
Kuy lanjut yuk😉
Terima kasih telah membaca :)

Dena: Rindu Aan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang