☆02☆

445 26 17
                                    

Earth sedang berjalan menuju ke taman di kampusnya. Ini hari pertama setelah ia istirahat 3 hari karna sakit. Ia ingin menemui kedua temannya untuk pulang bersama karna hari ini Joong masih ada kelas.



Joong adalah tetangga Earth. Dia lebih muda 3 tahun dari Earth, tapi keduanya berteman sangat dekat. Setiap hari mereka akan berangkat ke kampus berdua. Jika Joong ada kelas lebih dulu, maka Earth akan ke kampus bersama temannya.

Earth berjalan santai, namun langkahnya terhenti saat mendengar namanya disebut.





"Jadi, kau benar tidak menyukai Earth, Ben ?" tanya salah satu pria tampan disana.

"Hhmm ... Aku dan dia hanya berteman dekat." jawab orang yang dipanggil Ben tadi.

"Tapi aku dengar beberapa hari lalu kau pergi dengannya ke hotel. Dan aku tidak yakin kalau kau tidak melakukan apapun pada phi Earth." kata pria tampan lainnya. Ben tersenyum menanggapinya.



"Kau benar, Dome ... Kami memang melakukannya, tapi hanya melakukan. Aku hanya ingin mencobanya dan ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan seorang pria." jawab Ben dengan santai. Ia tidak tahu jika ada seseorang yang hampir saja menangis mendengar pernyataannya.

"Jadi kau bercinta dengan phi Earth tanpa ada rasa cinta ?" tanya Dome lagi.

"Chai ... Aku tidak memungkiri kalau aku juga tertarik pada pria, tapi untuk Earth ... Tidak, aku hanya menganggapnya teman, tidak ada perasaan cinta itu." jawab Ben tegas.



Kedua lelaki didepannya tampak menghela nafas dan saling bertatapan.



"Ben, aku berharap setelah ini kau tidak akan menyesal dengan ucapan mu atau hidup mu tidak akan sama ..." Ben mengerutkan keningnya mendengar ucapan sang sahabat.




"Lihat dibelakang mu." perintah Pavel. Pria tampan yang sejak tadi diam.



Ben mengikuti perintah Pavel. Dan angin yang berhembus sore itu membuat seorang Benjamin Brasier terpaku.



Dibelakangnya berdiri pemuda mungil itu. Pemuda manis dengan tatapan tidak terbaca. Pemuda manis yang mendengar semua ucapannya tadi. Dan saat pemuda itu berbalik meninggalkan tempat itu tanpa kata-kata, dunia Ben seakan runtuh. Dan pria tampan berdarah Inggris-Thailand itu tahu, sejak hari ini dunianya menjadi gelap.



*



Earth berjalan sendiri menyusuri jalanan di pinggiran kota Bangkok. Sakit di hatinya masih terasa walau ia sudah menangis seharian tadi. Batu-batu kerikil yang tidak bersalah ia tendangi.



Hatinya sakit, hancur. Pria yang dicintainya tidak mencintainya balik, dan hanya mempermainkannya. Earth tahu ini salah, Earth tahu cintanya pada Ben terlihat tidak benar dimata dunia. Tapi Earth juga tidak bisa menolak saat hatinya berdegup kencang sejak awal mereka bertemu dulu.



Dan setelah 3 tahun berteman dengan pria bule itu. Perasaan cinta Earth semakin bertambah. Dan saat Ben mengajaknya ke hotel dan mereka melakukannya, Earth berfikir jika Ben juga mencintainya.



Earth tersenyum miris. "Kau saja yang bodoh Earth ... Ben memang tidak pernah bilang cinta padamu, tapi kau dengan seenaknya menganggapnya mencintai mu hanya dengan dia yang mengajak mu bercinta ?? Bodoh !! Kau sangat bodoh !!"





Dddrrrr ddrrrr ...







Sejak tadi ponsel Earth bergetar. Tapi si mungil itu sama sekali tidak ada niatan untuk mengangkatnya entah siapa pun sang penelpon. Ia hanya ingin sendiri saat ini.

Earth mengambil ponselnya dan langsung mencari nomor sang kakak.



To : Phi Tap
Phi, malam ini aku tidak pulang ke rumah ...
Aku akan menginap di hotel ... Aku hanya ingin sendiri saat ini, phi tidak usah khawatir ...
Besok siang aku akan pulang ...





Setelah pesan itu terkirim. Ponsel Earth bergetar. Nama Toptap muncul.

"Hallo ..."

"Earth, kau tidak apa nong ?" Earth tersenyum mendengar kekhawatiran phi-nya.

"Aku tidak apa, phi." terdengar oleh Earth, Toptap menghela nafas.

"Nong, katakan pada phi kau kenapa ? Tadi Joong menelpon phi untuk menjemput mu, katanya dia masih ada kelas. Phi minta tolong phi Nat untuk menjemput mu, tapi kau tidak ada ... Phi pikir kau pulang bersama Ben, tapi saat Ben ke rumah dan mencari mu, phi jadi khawatir." jelas Toptap.



Hati Earth kembali sakit saat mendengar nama Ben disebut.

"Phi Tap ..."

"Khab ?"

"Jangan katakan pada siapapun aku kemana malam ini, terutama Ben."



Diseberang sana Toptap menyadari satu hal. "Kau bertengkar dengannya ?"

"Phi, aku hanya ingin sendiri saat ini. Tapi aku janji pada mu aku akan baik-baik saja. Besok siang aku akan pulang." Earth tidak menjawab pertanyaan Toptap. Dan itu semakin meyakinkan Toptap jika sang adik ada masalah dengan teman terdekatnya itu.

"Baiklah, phi tidak akan bertanya lebih dalam lagi. Tapi besok phi yang akan menjemput mu. Kau tinggal bilang menginap di hotel mana." final Toptap.

"Khab."



Setelah memenuhi permintaan sang kakak, Earth segera menuju sebuah hotel terdekat. Tubuh dan hatinya benar-benar sudah lelah.



*



Toptap menghela nafas setelah Earth menutup telpon. Joss yang berada di sebelahnya hanya bisa menenangkan kekasihnya itu dengan mengusap punggung telanjangnya. Joss menarik tubuh polos Toptap agar semakin menempel pada dirinya.

Sejak 'permainan' mereka selesai beberapa jam lalu dan sejak bibi Lee menelpon Toptap mengabarkan jika Earth belum juga pulang sejak tadi sore dan Ben datang ke rumah. Sejak itu pula kekasihnya ini gelisah.



"Earth akan baik-baik saja, love ... Percaya padanya." ucap Joss tenang. Tangan Toptap semakin memeluk tubuh yang lebih besar darinya itu.



Rasa sakit di bagian bawah tubuhnya sudah tidak ia rasakan lagi. Kini rasa itu berganti dengan rasa cemas dan gelisah akan keadaan sang adik.

"Aku hanya takut, noi ..."



Cup~





Sebuah kecupan sayang mendarat di kening mulus pria mungil itu. Dan setelahnya mereka berdua saling terdiam.





"Joss ??" panggilan Toptap memecahkan keheningan yang ada.

"Ehm ?"

"Kita sering melakukannya tanda pengaman ... Bagaimana ... bagaimana jika nanti aku hamil ?" tanya Toptap ragu. Joss yang mendengarnya sedikit menjauhkan kepalanya.

"Apa maksud mu, love ? Tidak mungkin laki-laki bisa hamil !" sanggah Joss.

"Tapi aku membaca di beberapa artikel kalau bisa saja seorang laki-laki bisa hamil. Itu memang langkah, tapi bagaimana jika itu juga terjadi pada ku ?" Toptap tetap keukeh dengan pertanyaannya.



Joss terlihat sedikit berfikir lalu kembali mengeratkan pelukannya.





"Aku tidak tahu, love ... Tapi aku pikir, aku belum siap untuk punya seorang anak. Aku ingin bekerja lebih dulu."





Toptap menggigit bibir bawahnya. Mendengar jawaban seperti itu dari Joss, entah kenapa membuat hatinya sakit. Ia memang tidak berharap akan hamil, tapi kita tidak tahu bagaimana kuasa Tuhan ?



Sebisa mungkin Toptap menahan sesuatu yang ingin keluar dari kedua bola matanya.





***



Tbc ...

Hanya Kaulah Cintaku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang