Yoo Jung mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Semua perabotan sudah tertata rapi. Sofa dan beberapa barang lain ditutupi kain putih. Semua sumber listrik sudah dipadamkan. Mereka akan benar-benar meninggalkan tempat ini.
"Janji ya, kalau libur harus kesini!"
"Iya, janji. Jangan khawatir. Tidak hanya kamu, oppa juga sangat menyukai tempat ini"
Kakak adik itu akhirnya berangkat. Melintasi padi-padi yang menguning, dan bunga-bunga yang sedang bersemi. Setelah menempuh perjalanan panjang, tiba juga mereka di bandara. Sepanjang jalan Yoo Jung masih bete. Bagaimana tidak, sudah capek-capek ia packing ini itu, di menit terakhir Soo Hyun malah melarangnya untuk membawa koper.
Tak ada satu bajupun yang ia bawa.
Soo Hyun berdalih akan mentraktirnya membeli pakaian baru. Sebab pakaian yang ia gunakan di desa tidak sesuai untuk dikenakan di kota. Urusan penampilan, Soo Hyun memang sangat memperhatikan. Tidak seperti Yoo Jung yang bisa dikatakan urak-urakan.
Jadilah Yoo Jung hanya membawa ransel di pundaknya. Itu pun akhirnya diberi izin setelah perdebatan panjang hingga semalam suntuk. Bagaimana tidak? Ransel itu berkapasitas delapan belas hingga dua puluh liter. Dan Yoo Jung mengisinya penuh dengan jeruk yang ia panen dari samping rumah sehari sebelumnya.
"Kakek dan nenek sangat menyukainya!" Tegasnya ke Soo Hyun saat itu.
Soo Hyun mengerti betapa adiknya itu sesungguhnya sangat menyayangi kakek nenek. Bukannya dia tidak sayang. Tapi, ayolah. Masa iya jauh-jauh naik pesawat membawa jeruk seabrek-abrek. Di Seoul lebih banyak variasi buah. Dari jeruk yang luar biasa asam, manis bahkan yang termanis. Jadi, tidak perlulah merepotkan diri dengan beban bawaan seperti itu.
Tapi adu debat dengan Yoo Jung, kapan sih dia bisa menang? Dongkol. Hingga akhirnya ia mengizinkan adiknya itu membawa barang berat itu. Diam-diam dia berharap pihak bandara akan melarangnya membawa terbang jeruk-jeruk itu. Tidak untuk jumlah sebanyak itu. Merepotkan.
Kim Yoo Jung beruntung, doa Soo Hyun tidak didengar oleh yang kuasa. Meski sempat ditanya-tanya, akhirnya jeruk-jeruk itu bisa lolos hingga mereka tiba di bandara Incheon. Soo Hyun manyun. Padahal ingin sekali dia memberi pelajaran atas kekeraskepalaan adiknya itu.
Soo Hyun dan Yoo Jung berjalan beriringan. Begitu tiba di pintu arrival mereka dengan mudah menemukan posisi kakek nenek. Walau tidak datang dengan tulisan di sign seperti biasa, suara nenek yang melengking kegirangan langsung mengatasi segala bunyi-bunyian di sekitar.
"Uri aka.... Yoo Junga... SooHyunaaa, Halmoeni yogitta!!!!" Nenek melambaikan tangan seheboh-hebohnya.
"Aisshh. Oh nek, ayolah. Hentikan teriakan itu. Baru sebulan yang lalu kita bertemu" batin Soo Hyun. Dirinya ingin tenggelam saja di sungai Han. Ini memalukan. Semua mata tertuju ke mereka sekarang. Luar biasa si nenek.
Yoo Jung sewot melihat ekspresi kakaknya itu. Ia menyikutnya hingga kesakitan. Dia tidak rela kakek nenek diperlakukan seperti tadi. Soo Hyun mendelik seraya menyentil Yoo Jung di bagian kening. Terjadilah adegan Tom and Jerry yang niasa mereka lakonkan di rumah.
Dengan semangat Soo Hyun ingin menjangkau Yoo Jung, menyentil bahkan mencubit. Yoo Jung tak kalah sigap. Dengan gerakan-gerakan ringan dan gesit ia berhasil menghindar. Kakek nenek hanya bisa geleng-geleng dari balik besi pembatas.
Pertengkaran kecil itu berakibat fatal. Kali ini demi menghindari sentilan Soo Hyun, Yoo Jung terjerambab.
"Ouch!!!" pantatnya mendarat di lantai. Sialan. Sepersekian detik dia berdiri. Dan.....
Bruk!
Deg.
No way! This can't be happening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Bersaudara (On Going)
FanfictionKasus pembunuhan di beberapa tempat mendominasi headline news di berbagai media. Tanpa sadar, Kim bersaudara terlibat di dalamnya. Merasa terancam, kim bersaudara memutuskan pindah ke Seoul. Meninggalkan kampung yang tak lagi aman. Tapi Kim Yoo Jung...