Part 6

37 7 0
                                    

"Oppa.."

Wajah Yoo Jung begitu sendu menatap Soohyun yang tidak berkutik sejak ia diam-diam memperhatikannya begitu siuman dari tidur panjang.

Panggilan lembut itu membuat Soohyun tersentak. Secepat kilat digerakkan tangannya dan meraih tangan Yoo Jung ke dalam genggaman. Ada rasa lega yang sangat sulit di deskripsikan. Gerak-gerik Soohyun yang kaku dan penuh khawatir membuatnya tersenyum lembut.

"I'm all better now"

"Kya gadis tengik!! kau tau aku ketakutan setengah mati karnamu! kau membuatku melihat seperti apa itu neraka!!" 

SooHyun melepaskan segala kesesakan di dada yang ia tahan semalam suntuk. Dia tahu Yoo Jung akan baik-baik saja sesuai penuturan dari dokter yang menangani Yoo Jung. Tapi melihat adiknya itu lemah tak berdaya membuatnya gila. Benar-benar seperti orang gila.

"Aku sudah bilang supaya kau berhati-hati.. jangan jauh-jauh dariku.. tapi kau malah menentang.. lihatlah apa yang terjadi.. masih mending kalau aku yang terluka. Kau membuatku gila Kim Yoo Jung"

Tangannya masih menggenggam tangan adiknya itu. Tapi mulutnya tidak tahan untuk memarahi Yoo Jung atas kecerobohannya malam kemarin.

"Now that i'm all better, you're scolding me, AGAIN!! Apa kau akan terus merepet? Kau bahkan lebih cerewet dari eomma"

Soo hyun mengusap lembut pipi Yoo Jung . Semalam saja berada di rumah sakit membuat pipi itu terlihat begitu lemah tidak bersemangat.

"Are you really feeling better now?"

"Yes, i'm perfectly fine. I swear!" 

SooHyun tersenyum lega. Dia sudah melewati persimpangan surga neraka. Kini ia lebih tenang. Melihat senyuman Yoo Jung membuat hati dan pikirannya mendapatkan kembali kekuatan. Berkali-kali dielusnya tangan Yoo Jung hingga gadis itu tertawa kecil. Soo Hyun menarik tangan itu ke arah wajahnya. Sekali lagi mengeluskannya ke pipi untuk mendapat penghiburan yang sejati.

"Now tell me! Apa pria itu datang kemari?" tanya Yoo Jung dengan tenang.

Ketenangan di wajah Yoo Jung membuat SooHyun semakin merasa bersalah. Ragu apakah ia harus membicarakan ini lebih lanjut dengan adiknya itu. Cukup sekali dia melihat adiknya itu terluka. Lebih dari itu, dia bisa kalap.

"Kau tidak berencana merahasiakan semuanya dariku kan di saat aku udah seperti ini? C'mon oppa, you have to let me know!"

"Oppa akan menjelaskan semuanya, kalau kau bersedia ikut aturan yang kubuat"

"Apa selama ini aku bisa melawan setiap aturan yang kau buat? Oh. Ayolah. Jangan bertele-tele!"

"Mulai besok kita akan menggunakan jasa bodyguard. Khususnya untukmu!"

"What???????????!!!!!!!!!!! You kidding me? Oppa kau jangan berlebihan. Ini hanya kebetulan sial aja. Aku bisa menjaga diri dengan baik. Aku"

"Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu kalau begitu!"

SooHyun bangkit dari duduknya. Ia tahu benar memenangkan perdebatan kali ini. Saatnya dia keluar dari ruangan. Mendiamkan gadis itu dan membiarkannya semakin kesal. Sampai...

Plak!

Bantal itu mendarat di kepala SooHyun tepat saat posisinya sudah berada di ambang pintu. Entah ini sudah bantal keberapa yang dilayangkan Yoo Jung ke dirinya. Mungkin sudah yang ke seribu sepuluh sejak Yoo jung cukup cerdik untuk bisa memberontak, atau sejak tangan mungilnya bisa mengangkat benda itu hingga melemparkannya tepat ke kepalanya. 

"Kim Soo Hyun.. I Hate You, SO MUCH!!!" 

Siapa yang percaya kalau teriakan itu berasal dari gadis pasien yang semalaman harus mendekam di atas ranjang pasien karena tak sadarkan diri.

Suaranya begitu membahana memekikkan telinga. Soo Hyun harus mengorek telinga memastikan inderanya itu dalam keadaan baik-baik saja.

"I'm telling you. I hate you! I hate you!" Kim Yoo Jung melemparkan beberapa botol plastik bekas minuman yang terletak di atas meja di sisi kirinya.

"But i love you"

Suara Soo Hyun begitu lembut. Begitu dalam. Begitu menenangkan. Serta-merta Yoo Jung menghentikan gerakan tangannya yang agresif. Ia melunak. Sorot matanya tak lagi memberontak. Pikirannya kini mulai berdamai. Mencoba memahami posisi kakaknya itu.

                                                                                       ***
"Han Hyo Joo, saya akan menjadi wali kelas adik anda Kim Yoo Jung"

"Saya mohon bimbingannya untuk adik saya, Seonsengnim"

Sengaja SooHyun menemui kepala sekolah dan wali kelas Yoo Jung. Menceritakan keadaannya dan sang adik. Tidak sia-sia, kunjungannya berbuah manis. Permintaanya soal adiknya itu terkabulkan.

"I can't believe you're doing this to me" Yoo Jung berujar antara kesal dan pasrah.

"Dia tidak akan merepotkanmu, Yoo. Tenang saja!"

Yoo Jung melirik orang bertubuh besar dan tegap di sampingnya. Ia mengela napas panjang sebelum akhirnya pamit masuk ke dalam kelas.

Tuan Choi adalah bodyguard hasil rekomendasi Lee Kwang Soo teman baik Soo Hyun yang bekerja di kepolisian distrik. Kwang Soo turut membujuk dan meyakinkan Yoo Jung perihal keputusan SooHyun.

"Udah kubilang.. oppa sama aja dengan dia. tak pernah jadi kawan" Ujar Yoo Jung dengan cemberut kala itu.
                                                                                     ***
Usai memperkenalkan diri di depan kelas, Yoo Jung duduk di salah satu bangku yang  dekat dengan dinding. Begitu memeriksa keadaan meja dan kursi, ia duduk dengan tenang. Matanya diedarkan ke segala arah. Ia cukup gugup tadi saat di depan. Jadi tidak berani melihat wajah-wajah penghuni kelas. Mumpung Han Saem sedang sibuk menulis sesuatu di papan, Yoo Jung mencuri-curi waktu untuk menyelidiki sekitar.

"Whatt!!!" Yoo Jung mendelik. 

Bagaimana mungkin? Pria itu? Pria itu ada di sini. Berada di kelas yang sama. Pria dengan keindahan yang tak terkatakan. Pria dengan mata terindah yang pernah ia temui. Pria yang wajahnya mengalahkan sinar lampu bandara. Pria yang kini duduk hanya berjarak satu dua meter darinya.

Yoo Jung memegangi dadanya yang terasa berdegup kencang. Barusan ia beradu pandang dengan pria itu. Pria itu jelas-jelas melihat ke arahnya. Atau? Apa ia salah melihat?

Yoo Jung memberanikan diri untuk melirik kembali ke arah pria itu. Diam-diam. curi-curi. Seketika matanya membulat, wajahnya berpaling secepat kilat. Mata itu masih mengawasinya. Masih memperhatikannya.

Apa dia mengenaliku? Apa dia mengingatku? batin Yoo Jung.

Gadis itu berharap sebaliknya. Bukan apa. Pertemuan mereka di bandara kemarin sangat tidak romantis. Bahkan lebih terkesan memalukan. Sungguh ia berharap pria itu melupakan pertemuan aneh itu.

"Iya aku mengingatmu, kau gadis yang bermain dengan jeruk kemarin kan?"

Astaga, apa dia bisa membaca pikiranku? batin Yoo Jung seraya memicingkan mata terheran-heran.

"Aku bukan manusia jadi-jadian yang bisa mendengar suara hati manusia. Aku hanya tidak bisa membaca pikiranmu, tapi sangat mudah membaca ekspresimu"

"Pria ini ganteng-ganteng tapi banyak mulut" rutuk Yoo Jung dalam hati.

"Oh aku bukan banyak omong, cuma demi membuatmu tidak bingung, makanya repot-repot kujelaskan"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kim Bersaudara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang