Yoo Jung tercengang tak percaya. Rumah di depan matanya sangat besar. Memang, gedungnya sendiri tidak terlalu besar dibanding beberapa rumah di komplek itu. Tapi halamannya yang luas, dan posisinya yang berada di tempat paling tinggi di area itu, membuatnya tampak jauh lebih megah dari antara rumah paling besar di sana.
Soo Hyun geli melihat ekspresi Yoo Jung yang tercengang. Mungkin karena sudah cukup lama tinggal di kampung. Pemandangan seperti ini membuatnya menjadi terheran-heran. Padahal, waktu tinggal di Amerika pun rumah mereka bahkan lebih besar dari ini. Hanya saja, halamannya memang jauh lebih luas ini daripada pekarangan rumah sebelumnya.
Semasa hidupnya orangtua mereka adalah pasangan yang sukses. Ayah mereka adalah seorang pengusaha sukses di bidang properti, sementara ibu mereka adalah seorang direktur di salah satu bank besar di Amerika.
Pasangan itu membangun rumah impian mereka di beberapa tempat, termasuk yang satu ini. Rumah itu baru selesai tiga tahun lalu. Yoo Jung belum sempat berkunjung ke sana. Tapi Soo Hyun sudah tinggal dua hingga tiga bulan, saat kunjungan terakhirnya ke Seoul sebelum ayah mereka meninggal dunia.
"Aku tau orang tua kita adalah orang sukses, tapi aku gak tau kalau mereka sekeren ini!"
Bagian depan bangunan itu memang sangat menonjol dengan karakter avanta garde. Ini terlihat seperti bangunan penting dibanding sebuah rumah.
"Masih terlalu awal untuk memuji. Masuk dulu. Baru berkomentar."
Terdapat empat kamar berukuran besar. Dan satu kamar dengan ukuran lebih kecil. Ruang tamunya mengarah ke halaman depan dan hanya dibatasi oleh dinding kaca gaya perancis. Tinggi menjulang. Di bagian belakang terdapat dapur yang seluruhnya dicat warna putih. Kitchen island dengan warna navy. Dapurnya langsung terhubung dengan kolam renang yang tidak terlalu besar. Lagi-lagi hanya dipisahkan oleh dinding slide kaca.
Ini akan sangat menyenangkan menjadi tempat berkompetisi untuk bereksperimen berbagai macam masakan. Kakak adik itu hobi memasak. Dan sangat sering melakukan pertandingan-pertandingan dengan sistem penjurian yang aneh-aneh. Masa iya demi menentukan pemenang, mereka menyajikan makanan buatan mereka untuk anjing tetangga. Makanan yang lebih disukai anjing itu akan menjadi pemenang. Ngenes kan? Pernah ulah mereka ketahuan oleh kepala desa, jadilah mereka ditatar dan disarankan untuk menjadikan orang-orang tua di kampung itu juri dalam kompetisi konyol itu. Alhasil mereka terpaksa memasak dalam porsi besar. Meski awalnya merasa seperti diperdaya, tapi pada akhirnya mereka sangat menyukai kegiatan itu. Kini mereka harus memikirkan cara penjurian yang lebih masuk akal. Tak ada lagi orang-orang tua seperti di kampung yang bisa mereka mintai tolong.
Wajah Yoo Jung berseri-seri. Ia menghempaskan tubuhnya dengan asal di atas kasur empuknya. Kamar itu begitu luas. Terlalu luas untuk dirinya seorang. Padahal akan lebih seru lagi kalau kakek dan nenek bersedia tinggal bersama mereka. Entahlah. Sama seperti Soo Hyun yang tidak mau tinggal di rumah mereka, kakek nenek pun demikian. Dasar gen-gen keras kepala.
"Jadi kapan kita akan belanja?"
"Besok. Hari ini sangat melelahkan!"
"Apa kau bercanda? Satupun celana dalam aku tak bawa!"
"Sehari dua hari tak ganti tak masalahlah, toh juga kau malas mandi"
"Kya!! Sinting!!!" pekik Yoo Jung seraya melemparkan bantal ke Soo Hyun.
Akh sial. Pria itu bisa menghindar sebelum bantal mengenainya.
Kakek dan nenek hanya tertawa melihat tingkah kakak adik itu. Sia-sia kekhwatiran mereka selama ini. Kedua cucunya itu ternyata bisa hidup dengan baik tanpa pengawasan mereka. Saling mendukung, saling menjaga, ya walaupun banyak adegan tidak akurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Bersaudara (On Going)
FanfictionKasus pembunuhan di beberapa tempat mendominasi headline news di berbagai media. Tanpa sadar, Kim bersaudara terlibat di dalamnya. Merasa terancam, kim bersaudara memutuskan pindah ke Seoul. Meninggalkan kampung yang tak lagi aman. Tapi Kim Yoo Jung...