seven

20 5 2
                                    


Beruntung jam pertama kosong. Sunhi masuk kelas terlebih dahulu daripada Jeno. Jeno yang menyuruhnya, dengan alasan tidak mau kepergok siswa lain kalau dia berangkat dengan Sunhi.

Keadaan kelas sangat ribut saat Sunhi memasukinya, tidak heran. Sudah di bilang dari awal bukan bahwa kelas Sunhi merupakan kelas paling ribut.

Siswa lain tidak terlalu peduli melihat atensi Sunhi yang mulai memasuki kelas, hanya beberapa yang memandanginya. Sunhi segera menuju ke tempat duduknya, saat itu Hyeji tengah menghadap meja belakang karena sedang berbicara pada Aeri. Saat menyadari Sunhi sudah duduk di kursi, Hyeji sedikit terkejut.

"Sunhi, ku kira kau tidak masuk sekolah, aku sudah membayangkan bagaimana aku dan Aeri bisa  mengerjakan matematika jika tidak ada dirimu."

"Bagaimana mungkin aku tidak masuk sekolah jika ada pelajaran kesukaanku, Hye." Sunhi menjawab dengan senyuman tulus di wajahnya.

"Syukurlah kau masuk, jika tidak aku akan mendengarkan suara bising Hyeji seorang diri." Aeri ikut menimpali.

Sunhi hanya tersenyum tipis melihat kedua temannya, dia merasa beruntung mendapatkan teman yang baik.

"Kau ini Aeri, jahat sekali." Hyeji pura-pura merajuk, dia mengerucutkan bibirnya lucu.

Aeri mengangkat kedua alisnya, "aku hanya bercanda Hyejiiiiiii, kau ini baperan sekali." Ucapnya sambil memukul pelan pundak Hyeji.

"Dimana Kim saem? mengapa beliau belum juga masuk ke kelas?"

"Katanya Kim saem ada panggilan dengan wali muridnya, makanya kita free belajar." Hyeji mengambil snack di tas yang dibawanya dari rumah.

"Emm begitu."

"Sudah kalian bicaralah, aku ingin tidur." Aeri memasang wajah malasnya.

Kelas sangat ribut, mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang main game di pojok kelas, ada juga yang bergosip, di bawah kipas angin ada yang tertidur, sedangkan cowok-cowok kelas pada nongkrong di pintu kelas.

"Eeyy geng kita baru datang." Haechan menepuk pundak orang yang baru datang.

"Seenaknya ya, macam sekolah ini punya nenek moyangmu saja." Jaemin kini yang berbicara.

"Kau ini Jaem, mau ini punya nenek moyangnya atau tidak Jeno adalah Jeno, tidak ada yang bisa melarangnya". Haechan mengedipkan sebelah matanya, "silakan masuk tuan Jeno."

"Sudah bicaranya? aku ingin masuk. Minggir." Jeno mendorong orang-orang yang berada di pintu.

Jeno masuk, dia mengedarkan pandangannya, pemandangan yang pertama dia lihat adalah Sunhi yang sedang membaca buku, disampingnya Hyeji yang tengah menyantap snack nya, dan teman baik nya, Aeri yang tertidur lelap.

Dia berjalan mendekati meja nya yang berada di pojok kelas, sebelum itu dia berhenti di meja Sunhi, lalu merebut snack yang dipegang oleh Hyeji. Tentu saja Sunhi terkejut karena nya.

"Yak Jeno, kembalikan snack kuuu." Hyeji berteriak, dia berusaha mengambil snack yang dibawa Jeno menuju mejanya.

"Tidak."

"Kembalikan atauuuu..."

"Atau apa, ha?"

"Atauuu..... pokoknya kembalikannn."

"Yak Hyeji suaramu membuatku bangun, bisakah kau diam?" Aeri terbangun dengan raut wajah kesal.

"Kau lihat temanmu, dia mengambil snack ku."

"Jeno, sebaiknya kembalikan padanya, dia tidak akan diam jika menyangkut tentang makanan."

Jeno menolehkan kepalanya pada Aeri, lalu mengembalikan snack hyeji, "ini. Lagi pula aku tidak memakan makanan murah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INTROVERT GIRLFRIEND (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang