Depresi

134 9 0
                                    

SENA POV

|||

Apa kalian semua pernah mendengar kata-kata seperti kita mudah memaafkan seseorang tetapi sulit untuk melupakan kesalahannya? Pernah bukan? Ya, aku sudah mengalami hal itu sejak lama sekali. 

Aku sempat berpikir dengan permintaan maaf pernah diucapkan Ayahku saat itu, aku akan bisa memberikan maaf padanya dengan mudah dan akan melupakan segalanya begitu saja. Aku sempat berharap Ayahku sudah benar-benar berubah menjadi orang yang lebih baik. 

Tapi....

Nyatanya tidak.

Sejak pertemuanku dengan Ayah terakhir kali, aku selalu berusaha mencoba memaafkannya. Sebagai seorang anak yang pernah ditinggalkannya dulu aku pikir bisa memberikan Ayahku kesempatan kedua.

Aku sempat berpikir, bagaimanapun dia tetaplah Ayahku.

Tapi lagi dan lagi aku harus kembali menerima kekecewaan darinya, Ayahku kembali melakukan kesalahan yang sama atau bahkan jauh lebih parah dibandingkan dulu? 

Entahlah.

|||

Beberapa waktu yang lalu, Aku bersama Jane pergi ke salah satu psikiater yang direkomendasi salah seorang teman untuk melakukan konsultasi karena kondisi mentalku sepertinya sangat tidak baik. Aku merasakan keanehan pada diriku sendiri dan hal ini sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu.

Dokter mengatakan kondisi yang sedang kualami saat ini mengarah kepada depresi, gangguan cemas, bipolar atau gangguan emosional yang tidak stabil. Dokter menyarankanku melakukan kunjungan rutin padanya untuk terapi lanjutan untuk menstabilkan kondisiku.

Karena jika depresi ini tidak ditangani dengan baik itu bisa memperburuk kondisiku.

Taehyung dan Ibuku belum mengetahui tentang hal ini. 

Aku tidak ingin membuat mereka khawatir padaku dan aku memutuskan untuk menyimpan semuanya. Kondisiku hanya diketahui Jane dan Joon Oppa.

|||

Hari ini aku kembali melakukan kunjungan dengan psikiater yang menanganiku. Karena sampai saat ini, aku masih belum bisa mengontrol emosiku. Aku merasa jauh lebih buruk dari sebelumnya.

Semua ini terjadi karena Ayahku lagi.

Berawal dari kepulangan Ayahku ke Indonesia setelah bertemu denganku. Awalnya hubungan kami menjadi lebih baik. Ayah beberapa kali mengabariku tentang kegiatannya. Dia sempat meminta bantuanku untuk bisnis yang sedang dijalaninya.

Aku pikir tidak masalah dengan memberikan Ayahku uang untuk tujuan yang jelas.

Bukannya ingin mengungkit kebaikan yang sudah kuberikan padanya, tapi sejak saat itu Ayahku menjadi terus menerus meminta uang padaku dengan berbagai alasan dan jumlah uang yang dimintanya-pun bukanlah jumlah yang sedikit, sangat banyak.

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, rasanya Ayahku tidak pernah absen memelas padaku untuk memberikannya uang lagi dan lagi. Semakin lama, Ayahku tidak pernah lagi bertanya kabar tentangku, bahkan sekedar basa basi-pun sudah tidak pernah dilakukannya. Dia hanya menghubungiku saat membutuhkan uang.

UANG UANG DAN UANG!

Dia tidak pernah membutuhkanku. 

Dia hanya membutuhkan uang dariku.

Sampai pada puncaknya, aku tidak ingin lagi memberikannya.

Aku berkata padanya kalau aku tidak punya uang, dan tentu saja Ayahku tidak mudah percaya. Dia justru mengatakan aku adalah anak yang tidak berbakti. 

"Jika memang tidak ingin memberikan uang pada Ayah katakan saja terus terang. Jangan berbohong dengan mengatakan kalau kau tidak punya uang. Kau sudah bekerja di sana tentu saja punya uang!

Apa seperti ini caramu membalas Ayah? Kalau begitu kau boleh menganggap Ayah sudah mati! Kau tidak membutuhkan Ayah lagi bukan? 

Kau tidak ingin memiliki Ayah yang tidak berguna sepertiku bukan? Kalau begitu Ayahmu sekarang sudah MATI!"

Kata-kata yang menyakitkan itu masih terngiang dengan jelas di telingaku. Bahkan saat ingin tidurpun semuanya terlintas di kepalaku.

|||

Taehyung duduk disampingku di rooftop Agensi. Aku harus mengatakan hal ini padanya tentang depresiku. Aku tidak ingin Taehyung nantinya mengetahui semua hal ini dari orang lain. Aku ingin Taehyung tau dariku sendiri karena dia bagian dari hidupku.

Taehyung menatapku cemas. "Apa yang ingin kau katakan hm? Jangan membuatku takut." Ucapnya dengan nada bergetar. Taehyung sangat mengenalku. 

Dia pasti tau ada hal buruk yang sudah terjadi padaku.

Aku menghela nafasku lalu menatapnya.

"Beberapa waktu terakhir, aku melakukan kunjungan rutin ke psikiater di salah satu rumah sakit, mianhae Oppa karena tidak mengatakan hal ini padamu sejak awal. Aku ingin menanggung semua masalahku sendiri tapi ternyata aku salah. 

Aku membutuhkanmu. Aku tidak tau mengapa disaat kita seharusnya bahagia mempersiapkan pernikahan tapi aku justru mengalami depresi yang luar biasa. Mianhae. Aku selalu mengecewakanmu"

Tubuhku bergetar hebat saat mengatakan hal itu padanya. Aku takut Taehyung membenciku dan pergi meninggalkanku. Aku sangat takut dia tidak menyukai gadis yang hampir gila sepertiku. Aku terisak. 

Aku tidak ingin Taehyung mengatakan sesuatu yang akan menyakitiku.

Aku tersentak saat Taehyung justru memelukku. Dia mengusap punggungku dengan lembut. "Gwaenchana Gwaenchana. Kau harus tenang Sayang." Taehyung terus memelukku bahkan semakin erat. Dia mencoba menenangkanku.

"Jangan membenciku. Aku tidak ingin kau meninggalkanku. Mianhae karena tidak mengatakan semuanya sejak awal. Aku bersalah. Tolong jangan membenciku." Kataku semakin terisak. Aku mungkin tidak bisa hidup lagi jika Taehyung juga meninggalkanku.

"Aku tidak membencimu Sayang, aku akan selalu berada disampingmu, mendampingimu dan menjaga dirimu. Aku akan melakukan apapun untukmu. Kita bisa melalui semuanya. Kau bisa kembali menjadi Sena-ku yang dulu. Aku akan selalu menemanimu. 

Jangan khawatir, Kau memilikiku dan selamanya akan tetap seperti itu. Taehyung selamanya akan tetap menjadi milik Sena. Taehyung berjanji tidak akan pernah meninggalkan Sena dan akan selamanya menjaga Sena"

Taehyung masih mengusap punggungku. "Jangan memikirkan sesuatu yang lain. Kim Taehyung akan selalu melindungimu. Aku berjanji" Ucapnya.

|||

Ditemani Taehyung, hari ini aku kembali melakukan kunjungan rutinku ke psikiater. Taehyung ikut mendengar semua ucapan dokterku dengan begitu serius. Setelah aku mengungkapkan semuanya pada Taehyung dua minggu lalu. Aku merasa semakin jauh lebih baik.

Taehyung benar-benar menjagaku dengan baik. Taehyung rela meninggalkan dorm sementara waktu untuk menjagaku. Taehyung selalu membantuku saat diriku kesulitan untuk tidur.

Di hari-hari pertama Taehyung benar-benar sampai memelukku semalaman karena aku sering terbangun dan tiba-tiba berteriak. Aku merasa benar-benar gila.

Taehyung selalu menggenggam tanganku agar aku tidak bisa melakukan sesuatu yang buruk dan menyakiti diriku. Dia melakukan segalanya untukku. Dia menepati janjinya untuk selalu melindungiku.

Dokterku tersenyum.

"kau memiliki seseorang yang hebat Sena-ah. Taehyung sudah banyak membantumu melalui masa-masa depresimu dengan baik. Hari ini, aku bisa melihatmu sudah kembali ceria. Benar-benar Sena Clarisa yang selalu kulihat di layar kaca. Kau hebat bisa mengalahkan depresi ini."

KTH | LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang