don't wanna cry - 4

342 50 4
                                    

Hari Minggu. Ketika jam masih menunjukkan pukul jam lima pagi, Joy sudah bangun dan yang dilakukannya adalah melakukan peregangan. Ia menoleh ke arah kamarnya yang masih sangat berantakan lalu ia mengabaikannya. Ia berjalan ke luar rumah untuk mencari sesuap nasi di rumah sebelah. Ia membunyikan bel beberapa kali dan tepat saat ia akan membunyikan bel lagi, seseorang membuka pintu dan Joy tersenyum cerah dan berkata, "Selamat pagi, Tante. Masak apa pagi ini, Tante?"

Jiwon memeluk Joy sebentar lalu berkata, "Omelet."

Joy mengangguk dan ia mengikuti langkah Jiwon ke dapur. Dan yang dilakukannya hanya diam memperhatikan Jiwon yang memasak nasi. Ia memperhatikan setiap kegiatan Jiwon dengan serius tanpa menyadari kalau Sehun sudah berdiri di belakangnya. "Hei," panggil Sehun membuat Joy cepat menoleh.

"Pagi, Sehun."

"Ada apa tadi malam?"

Joy melirik ke arah Jiwon lalu menarik Sehun untuk ruang tamu. Mereka duduk berhadapan dan Joy segera memulai ceritanya, "Kyungsoo mau nikah."

"Terus?"

"Terus aku sedih dan langsung pulang. Kamu kan masih mau pacaran sama Lisa. Jadi aku ga mau ganggu kalian. Aku pulangnya lewat pintu belakang. Kamu cari-cari aku tadi malam?"

Sehun menggeleng, "Aku langsung pulang dan tidur. Ga sempat cari-cari kamu. Kamu juga kan sudah besar, pasti tahu arah jalan pulang ke rumah."

Joy mencibir. Ia berdiri dan Sehun menarik lengannya, "Mau kemana?"

"Dapur lah."

"Mau ngapain?"

"Makan."

"Belum masak, Joy. Biasanya juga sarapan kan jam tujuh."

"Aku pulang dulu kalau begitu. Nanti jam tujuh kurang, aku datang lagi."

Joy melepaskan tangan Sehun dan ia berbalik untuk kembali ke rumahnya. Sehun yang melihat itu langsung mengikuti Joy. Ia memperhatikan Joy dari belakang dan ia menyadari kalau rambut Joy semakin panjang. Lalu ia menarik lengan Joy dan membalik tubuh wanita itu lalu berkata, "Rambut kamu panjang."

Joy mengerjapkan matanya dan berpikir kalau Sehun mungkin sudah gila. Pertama, posisi mereka seperti orang yang berpelukan. Kedua, Sehun berbicara di telinganya dan pria itu sibuk memegang rambutnya. Ketiga, Sehun tidak memakai bajunya dan membuat Joy kembali melihat tubuhnya. Dengan cepat Joy melepaskan diri dan berkata, "Pakai baju dulu kan bisa, Hun. Itu badan kamu kan punya Lisa, kenapa di umbar-umbar begitu?"

Sehun menaikkan salah satu alisnya dan berkata, "Aku bukan milik siapa-siapa, Joy. Dan aku bebas melakukan apapun. Dan terakhir, rambut kamu."

Joy memutar matanya malas. "Rambut aku memang panjang dan aku tidak akan memotongnya. Sehun, kamu memang bukan milik siapapun. Tapi aku wajib menghindarkan kamu dari siapapun yang sepertinya ingin memiliki kamu."

"Kenapa?"

"Apanya kenapa?"

"Kenapa sekarang kamu berpikir seperti itu?"

"Oh, itu untuk masa depan aku."

"Maksud kamu?"

Joy mengabaikan Sehun dengan berjalan ke rumahnya dan ke kamar. Ia memutuskan untuk kembali tidur. Sedangkan Sehun hanya bisa berdiri di luar kamar Joy dan menghela nafas. Ia tidak mungkin meminta Joy untuk menjelaskan kata-katanya tadi.

Joy hanya berpura-pura tidur dan saat ia menyadari kalau Sehun sudah pergi. Ia langsung bangun dan segera menghubungi seseorang. Nada dering ke tiga dan ia berkata, "Sehun hampir memeluk aku, Pa."

"... "

"Dia tidak pakai baju. Jadi aku harus memastikan kalau dia tidur pakai baju mulai malam ini. Papa, tadi malam Kyungsoo juga bilang kalau dia akan menikah. Ah satu lagi, Sehun juga mencium Lisa. Mereka sangat serasi, Papa."

"... "

"Aku tidak akan berpacaran untuk sementara waktu. Aku akan bekerja. Dan Papa tahu kalau aku tidak bisa melupakannya."

"... "

"Pacar pertama aku, Papa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Left n RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang