Sehun membantu melepaskan jaket Joy setelah itu ia berjalan ke dapur untuk mengambil sisa cake di kulkas. Ia membawanya ke ruang tamu dan melihat Joy yang sibuk menonton acara ragam tidak berfaedah di handphone nya. Sehun duduk di samping Joy dan dua hal yang dilakukannya adalah, pertama meluruskan kaki, kedua memindahkan kepala Joy untuk tiduran di pahanya dan yang terakhir yaitu menyuapi Joy dengan cake yang tadi dibawanya.
Sehun sesekali membersihkan mulut Joy dengan tisu. Setelah cake itu habis, yang dilakukannya hanya diam dan memperhatikan sahabatnya itu dalam diam. Ia menunggu sampai Joy mematikan handphone dan meletakkannya. Dan saat Joy melakukan itu, Sehun dengan tenang bertanya, "Putus lagi?"
Joy mengangguk, "Ga jodoh sama Pak Dosen ternyata."
Sehun mengangguk. Ia mengusap kepala Joy dan dengan biasanya ia berkata, "Tinggal cari yang lain. Seperti biasa."
Joy menggeleng membuat Sehun mengerutkan dahi bingung. Ia tidak mengerti saat Joy berkata, "Aku hiatus dulu buat cari pacar." Karena setahu Sehun, Joy tidak bisa tidak punya pacar. Putus dari satu pria, besoknya ia akan menemukan yang lain. Dan tentu saja dengan pekerjaan yang berbeda. Kalau mantan ke sembilan seorang dosen, mantan ke delapan seorang polisi. Dan putusnya pun karena hal sepele.
"Yakin mau hiatus? Malam minggu nanti sendirian."
"Kan ada kamu."
"Aku pacaran, Joy."
Joy mengerutkan dahi lalu ia duduk tegak. Menatap Sehun dengan memicingkan mata dan bertanya, "Kamu belum putus? Katanya putus minggu lalu."
"Balikan."
Joy mengerucutkan bibirnya dan dengan malas ia berkata, "Ga asik ah. Dispen pacaran dulu, Hun. Temani aku."
Sehun menggeleng, "Lisa mau balik ke Thailand minggu depan. Jadi, aku temani dia."
Lalisa, anak Dubes Thailand yang berkencan dengan Sehun selama lima bulan. Mereka bertemu secara tidak sengaja, saat Papa Lisa bertemu dengan Menteri Perindustrian untuk membahas peluang investasi industri e-commerce di Indonesia, waktu itu Lisa yang pertama kali ke Indonesia mengalami insiden kecil dan Sehun menolonya. Klise dan membosankan, tapi Joy menyukai hal kecil itu.
"Aku ikut kalau begitu."
Sehun mengangkat salah satu alisnya dan dengan pelan ia bertanya, "Yakin? Kita mau ke restoran milik Kyungsoo soalnya."
Kyungsoo. Mantan nomer enam yang bertahan hanya sekitar tiga bulan dan putus karena Joy menghancurkan dapur di apartement saat mencoba memasak telur. Dan Sehun justru akan berpacaran di restoran Kyungsoo? Joy menghela nafas dan dengan malas ia berdiri lalu berjalan ke kamarnya. Sehun mengikuti dalam diam dan ia berhenti saat melihat Joy sudah masuk ke dalam kamar. Mereka memang bersahabat dan Sehun mengerti batasan batasan yang harus dilakukannya. Seperti tidak masuk ke dalam kamar Joy.
"Jadi?" Tanya Sehun untuk memastikan sahabatnya memberikan jawaban pasti. Joy menatap Sehun dan bertanya balik, "Kalau aku ketemu Kyungsoo, gimana?"
"Kamu masih suka sama dia?"
"Engga."
"Ya berarti ga masalah kan?"
Joy terdiam lalu ia berjalan ke arah Sehun dan berkata, "Aku kalau ketemu mantan apalagi yang makin glowing suka ga tahu diri loh, Hun. Maunya balikan gitu."
Sehun tersenyum dan dengan santai ia berkata, "Tapi mantannya ga mau balikan. Gimana dong?"
"Ya itu masalahnya."
Sehun menatap Joy yang menunduk lalu ia mengulurkan tangan dan mengangkat dagu Joy. Ia menatap mata sahabatnya itu dan dengan tatapan hangat ia berkata, "Kamu bisa menemukannya suatu saat nanti. Seseorang yang akan berjalan di sisi lainnya bersama kamu. Seseorang yang akan dengan sabar menghadapi kamu."
Joy tersenyum lebar dan ia memeluk Sehun sebagai ungkapan terimakasih untuk setiap kata-kata itu. Sehun membalas pelukan Joy dan sesekali ia menepuk punggung Joy.
Joy melepaskan diri dan dengan semangat ia bertanya, "Apa kamu sudah menemukannya?"
"Sudah."
Joy dengan senyum meledek berkata, "Lalisa memang bisa memberikan itu buat kamu sih."
Sehun tersenyum lalu ia mengecup dahi Joy dan mengucapkan selamat malam. Joy membalas dengan melakukan hal yang sama. Dan saat Sehun sudah kembali ke rumahnya sendiri, Joy menghapus senyumnya dan ia masuk ke dalam kamar dengan pintu yang ditutup keras.
"Menyebalkan."