Hari ini Albian kembali menjemputku. Dua minggu setelah pertemuanku dengan Garin, Albian sering datang ke kontrakanku. Entah beralasan menemaninya mencari hadiah untuk koleganya, atau juga memenuhi undangan relasinya, ia berhasil menculik dan membawaku menurutinya. Dan kali ini ia menjemputku untuk mengambil cincin yang ia pesan.
Aku sedang memulaskan bedak di wajahku ketika dari cermin kulihat Albian berdiri bersandar di pintu kamar sambil bersedekap memandangku. Spontan aku memutar tubuhku menghadapnya dengan mata membelalak.
"Siapa yang mengijinkanmu masuk kemari?" tanyaku sedikit menghardik.
"Nani menyuruhku kemari. Katanya kamu lama kalau dandan," sahutnya santai, dan justru melangkah masuk dan duduk di tepi tempat tidurku.
"Tapi selama ini tidak ada tamu yang masuk lebih dari ruang tamu," protesku. Kesal juga pada Nani yang dengan gampang menyuruh Albian mendatangiku ke kamar.
"Toh sebentar lagi kita menikah. Tentu aku punya akses istimewa di sini," jawabnya sambil membuka aplikasi di ponselnya.
"Tapi... ih... dasar menyebalkan! Tunggu aku di luar, Albian! Ayooo... keluar dulu," aku menarik tangannya sekuat tenaga agar ia mau berdiri dan menungguku di luar.
Tapi Albian bergeming. Ia sedikit menyentak lengannya, membuatku oleng dan tanpa bisa kutahan, aku menubruknya. Ia dengan sigap menahanku dengan melingkarkan lengannya, hingga membuat posisiku terduduk di atas pangkuannya diiringi pekikan tertahanku.
Tatapan kami bertemu. Wajah Albian terlalu dekat. Hembusan nafasnya terasa hangat menyapu wajahku. Lalu pipiku memanas menyadari posisiku sekarang. Jantungku berdetak cepat. Aku bergerak hendak melepaskan diri, meronta dengan tiba-tiba. Namun Albian menahanku dengan mengeratkan pelukannya, yang justru membuatku terpental tertahan lengannya, kembali membentur tubuhnya, membuat Albian oleng dan terjengkang ke belakang. Secara otomatis aku ikut terbawa.
Suasana di antara kami semakin terasa aneh sekarang dengan posisi Albian terlentang di atas kasurku dengan kaki menjuntai sementara aku tengkurap di atas tubuhnya. Tangan Albian masih erat melingkariku. Dadaku berdebar kencang. Wajahku nyaris menempel pada wajah Albian. Mataku terperangkap dalam sorot pekat beriak iris milik Albian.
Tubuhku menegang saat merasakan bibir kenyalnya menyentuh bibirku.. Tidak bergerak. Hanya menempel. Seperti waktu yang terhenti beberapa saat. Dan sebelum aku menyadari posisi kami yang intim ini, dengan cepat Albian bergerak. Ia menggulingkan tubuh besarnya dengan aku masih dalam rengkuhan tangannya, mengubah posisi menjadi aku berada di bawah kuasa tubuh liatnya.
Lalu bibirnya bergerak pelan, mencecap lembut, disertai sedikit jilatan yang merayu, seolah membujukku untuk bermurah hati membuka bibirku. Ia seperti berpujangga dalam diam, menghanyutkan, membuai luka hatiku dengan nyanyian merdu, membuat mataku bergerak sayu, memejam ketika bibirku membuka celah, memberi ijin pada lidahnya untuk menyelinap masuk dan menjelajah di sana.
Permainan lidahnya begitu ahli. Membuai, merayu, mendesak, membelit, seperti mengajakku untuk menari bersama. Dan sepertinya aku tergoda. Lidahnya dan lidahku bertemu, saling membelit dan mencecap.
Lenguhanku membuat Albian semakin menekan tubuhku. Ia mengerang. Aku mendengarnya seperti nyanyian rindu yang membangkitkan percikan rasa. Mula-mula hangat, lalu semakin terasa panas.
Tanganku terulur mengunci lehernya saat tangan besar Albian mengusap, menangkup pipiku, lalu turun ke bahuku, sebelum kemudian ia sedikit mengangkat tubuhnya. Tangannya menyentuh dadaku dan meremasnya lembut.
Kepalaku terasa pusing. Aku mendongak memberinya akses ketika Albian melepaskan bibirku, menyusurkan bibirnya ke leherku. Mengecup dan menghisap, membangkitkan sesuatu dalam diriku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Paired by Destiny
Proză scurtăKarenina kehilangan cinta. Garin-nya menghilang begitu saja. Meninggalkannya tanpa ada kabar berita. Hati Karenina makin terombang-ambing ketika kedua orang tuanya memutuskan untuk menjodohkannya dengan Albian, putra dari rekan bisnis Papanya. Apaka...