Chapter 9

173 14 34
                                    

Suzy menatap bintang yang bersinar di malam yang begitu kelam. Senyuman di wajah manisnya tidak pernah pudar sejak tadi. Ada sedikit kebahagiaan yang muncul semenjak sang ayah mertua datang. Wanita itu merasa kembali di cintai karena ia merasa setelah pernikahan Jaebeom dan Jennie semuanya berubah. Ia bahkan merasa sudah tidak di cintai Jaebeom seperti dahulu meskipun pria itu berkata akan adil namun semuanya terasa berbeda apalagi saat tadi di meja makan sangat terlihat jelas jika Jaebeom lebih memilih menghampiri Jennie dari pada duduk bersamanya.

Suzy ingin menangis namun rasanya air matanya sudah kering. Ia hanya bisa tersenyum miris pada hidupnya saat ini. Namun wanita itu kembali mengingat niatan awalnya untuk membahagiakan Jaebeom bagaimana pun caranya meskipun itu menyakiti dirinya. Tak apa, ia akan bahagia dengan caranya sendiri.

"Menangis lah, jangan kau tahan nak"

Setelah ucapan sang ayah mertua, air mata Suzy meluruh membasahi wajah manis yang masih tersenyum. Isakan wanita itu terdengar pilu menyayat hati siapapun yang mendengarnya termasuk sang ayah mertua. Bangkit, pria paruh baya yang masih gagah di usianya yang menginjak kepala lima berjalan menghampiri Suzy kemudian memeluk tubuh menantu yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.

Minjun mengusap lembut punggung Suzy memberikan penenang. Hati Minjun rasanya nyeri, ia benar-benar akan memberikan putranya itu pelajaran yang sangat berharga. Suzy memeluk tubuh sang ayah mertua dan meremat kaos yang beliau pakai. Ia sudah menganggap Minjun sebagai ayahnya sendiri. Jujur saja, entah sudah berapa lama ia tidak bertemu dengan orang tuanya yang menetap di Busan.

Suzy rindu ibu dan ayahnya.

"Aku hiks aku rindu ayah dan ibu, appa hiks" lirihnya.

Minjun yang mengerti maksud dari sang menantu pun menyahut.

"Kau mau pulang?"

Suzy mengangguk. "Aku mau pulang hiks aku mau pulang, appa. Aku lelah, aku lelah hiks"

"Besok kau pulang ke Busan"

Suzy mendongak menatap sang ayah mertua yang tersenyum.

"Jaebeom--"

"Appa yang akan mengantarkanmu kau tidak butuh persetujuannya"

Mutlak, jika sudah begini Suzy tidak bisa membantah lagi apa kata sang ayah mertua. Suasana hening, Suzy berhenti menangis sementara Minjun masih mengusap lembut punggung sang menantu.

"Suzy"

"Ne appa?"

"Kalau kau sudah tidak sanggup berada di samping putraku katakan padaku ya. Aku sendiri yang akan turun tangan membebaskanmu darinya"

Suzy mendongak, menatap Minjun dengan binar penuh luka. Senyuman pria paruh baya itu menyendu, sungguh beliau ingin menangis namun tidak di hadapan sang menantu.

"Setelah Jaebeom mendapatkan kebahagiaannya, saat itulah aku akan pergi menjemput bahagiaku sendiri, appa"

Karena satu ucapan dari Suzy beserta senyuman tulus di wajah manis itu pertahanan Minjun runtuh. Pria paruh baya itu menangis memeluk tubuh sang menantu erat.

"Maaf... Maafkan appa, Suzy. Maaf--" lirihnya.

Suzy menangis, tak kuasa mendengar suara lirih sang mertua. Nyatanya Suzy tidak sekuat yang ia pikir. Ia rapuh, ia lemah.

"Jangan minta maaf appa-- kau tidak bersalah, siapapun tidak bersalah dalam hal ini. Takdir, ini semua takdir dan kehendak dari Tuhan untukku dan untuk kita semua. Aku rela dan aku ikhlas menjalani ini semua, appa tidak perlu khawatir padaku"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Man 2 Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang