Chapter 8

100 10 49
                                    

Suzy menarik nafas setelah melihat beberapa bukti yang Jinyoung berikan. Bukan hanya sebuah kertas maupun foto bahkan sebuah video yang memperlihatkan Jaebeom beserta anak buahnya. Ia menunduk, merasa malu akan tingkah laku suaminya yang terbilang begitu brengsek. Suzy masih tidak menyangka jika Jaebeom akan dengan tega melakukan itu pada Jinyoung. Ia merasa ini sudah benar-benar keterlaluan.

"Apa kau akan melaporkannya ke polisi?" Tanyanya sedikit ragu.

Jinyoung tersenyum kemudian mengusap pelan rambut Suzy. Ada keinginan melaporkan pria tersebut tapi Jinyoung masih memikirkan Suzy. Ia tidak mau melihat orang yang ia sayangi bersedih. Karena bagi Jinyoung kebahagiaan Suzy adalah kebahagiaannya. Ia cukup tau jika yang melakukannya adalah Jaebeom dan selebihnya menjadi urusannya nanti.

"Tidak akan"

"Kenapa?"

"Karena itu adalah kebahagiaanmu dan aku tidak mau merusaknya. Jika aku melakukan itu sama saja aku menghancurkan diriku sendiri karena kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga, Ji"

Suzy terdiam, mata bulatnya berkaca-kaca menatap Jinyoung yang kini tengah menatapnya teduh. Ia tidak menyangka jika rasa cinta yang di miliki pria bermarga Park tersebut begitu besar padanya. Suzy tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang. Kenapa rasanya sekarang Suzy menyesal menolak Jinyoung dulu.

"Suzy, sekali lagi aku bertanya padamu. Apa kau masih ingin bersama dengan Jaebeom setelah kau mengetahui bagaimana Jaebeom yang sebenarnya?" Jinyoung menggenggam kedua tangan Suzy.

Suzy diam, menatap Jinyoung dengan tatapan yang sulit di artikan. Jinyoung yang melihat itu hanya bisa menghela nafas.

"Baiklah, sudah jangan di bahas lagi"

Dengan memberikan senyumannya, Jinyoung hendak melepaskan genggaman tangannya namun di tahan oleh Suzy. Sontak saja Jinyoung menatap tidak percaya pada wanita yang ada di hadapannya kini.

"Jie, tidak semudah itu aku-- aku mencintai, Jaebeom. Aku belum memberikannya kebahagiaan. Tunggu-- tunggu sampai beberapa bulan setelah itu mungkin aku akan mengubah pikiranku"

"Apa kau yakin sanggup bertahan sampai waktunya tiba?"

Suzy terlihat ragu namun kemudian mengangguk tanpa keraguan. "Aku sanggup, Jinyoung. Kau tidak perlu khawatir"

Jinyoung menatap Suzy yang kini tersenyum meyakinkannya. Jika sudah seperti ini pria itu tidak bisa berbuat apa-apa padahal ia ingin sekali mendengar perkataan sebaliknya dari mulut wanita yang masih ia cintai hingga detik ini.

"Baiklah, jika kau menyerah katakan padaku. Aku selalu menunggumu, Suzy"

"Jie.."

"Sudah tidak usah di bahas lagi. Kepalaku sakit Suzy, aku mau tidur"

Suzy mengangguk kemudian menyimpan nampan bekas makan Jinyoung di atas nakas. Suzy membantu Jinyoung yang kini meringis nyeri hendak berbaring dan setelahnya menarik selimut hingga menutupi dada Jinyoung.

*****

Sudah seminggu Jaebeom berada di Paris berbulan madu dengan Jennie dan hari ini mereka pulang ke korea, sementara Suzy menjalani hari-hari nya seperti biasa bekerja di rumah sakit namun bedanya ia lebih banyak bersama Jinyoung dan mengurus pria bermarga Park tersebut.

Seperti hari ini Jinyoung sudah di perbolehkan pulang karena kondisinya yang berangsur-angsur membaik dan sekarang tengah di lepaskan infusan dari tangannya oleh Suzy.

Jinyoung menatap lamat-lamat wajah cantik Suzy yang kini berada di hadapannya. Merasa di perhatikan Suzy pun mendongak guna menatap Jinyoung.

"Jangan menatap ku seperti itu, Jie"

Man 2 Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang