part01.

10 2 3
                                    


Jesya Bestari. Gadis itu berjalan dengan langkah malas sendirian di jam yang sudah sangat larut.
Pukul setengah sebelas jesya memutuskan pulang setelah menyelesaikan tugas kelompok dirumah teman nya.

Merutuki dirinya sendiri kenapa tadi tidak mengiyakan saja tawaran teman nya untuk mengantar dirinya pulang dengan sepeda motor.
Memang iya,  jarak rumahnya tidak terlalu jauh. Hanya keluar gang lalu menyebrang jalan raya dan masuk gang lagi sekitar 1 meter.  Tapi kalau sendiri dijam yang selarut ini agak merinding juga.  Waswas dengan diri sendiri kalau tiba tiba ada hantu yang muncul didepan mata atau yang paling seram dihampiri preman dan dipalakin uang. Padahal uang selembarpun ia tidak membawa.
Hanya totebag hitam polos yang isinya hanya buku paket matematika, alat tulis, dan  buku tulis saja.  Juga handphone yang sedang gadis itu genggam ditangan kanan nya.

Jesya mengindai jalanan yang ada didepanya.  Sudah tidak ada lalu lalang kendaraan, yang terlihat hanya sekumpulan anak muda yang sedang nongkrong sambil guyon dikedai pak enjang disebrang jalan tempat nya berdiri. 

Jesya agak ragu melangkahkan kaki nya.
Kalau dia harus pulang berarti dia harus melewati tempat itu. Dan isinya para cowok semua.
Entah kenapa saat dia sedang sendirian dan harus melewati segerombolan orang apalagi lawan jenis, membuat jantung nya jumpalitan. Tidak percaya diri.  Rasanya ingin putar balik saja dan mencari jalan lain walau jalan lainya itu akan sangat jauh dan menguras waktu.
Tapi posisinya sekarang sudah sangat gelap dan akan konyol jika jesya memilih untuk memutari komplek yang bisa diperkirakan akan sampai dirumah setelah setengah jam kemudian.
Ya syukur kalau sampai dirumah dengan selamat. Kalau dijalan bertemu hal hal yang tidak diingankan akan bagaimana nasib jesya?.

Jesya tersentak ketika tiba tiba ia mendengar seseorang meneriaki nama nya berkali kali dengan kencang.
Jesya menilik sekitar mencari keberadaan suara teriakan itu. Sampai pada akhirnya dia menemukan seorang cowok sedang melambai lambaikan tangan nya keatas didepan area kedai tersebut.

Jesya memicingkan mata, menyadari cowok itu adalah salah satu teman sekelasnya yang bernama khusen. 
Si cowok tengil, biangnya kegaduhan. Tukang bobrok nya kelas.
Kenapa juga harus dia yang bertemu dengan jesya. 
Dikelas saja tidak pernah akur lah ini?.
malah sok kenal.  Pake teriakin nama jesya segala.
Dia tuh nggak sadar ya kalau suaranya itu menyamai toa yang ada disekolah?.

Eh tapi ada bagus nya juga dia jadi nggak terlalu kaku,  nanti coba sapa deh si khusen sama temen2 nya sok akrab. Pikir jesya.

Sudah terlanjur menjadi pusat perhatian yang beberapa orang ikut memandang nya.
Jesya menyebrang jalan dan menghampiri temanya itu.

"Lo ngapain tadi berdiri disono serem woy gue kira tadi mba kunti eh taunya elo ".ucap khusen.


"he si tuyul, mana ada si kunti pake hoodie pink sama celana training... Emang si kunti mau senam pinguin ha? ". Ucap salah satu teman khusen yang dibalas tabokan keras dari khusen.

Jesya memandangnya. Mengenal bahwa cowok itu adalah salah satu murid seangkatanya dari kelas ips2 sedang jesya di ipa3. Namanya bimo. Teman satu eskul khusen di futsal.  Yang selalu kekelasnya untuk menghampiri  fifi pacarnya yang juga satu kelas dengan jesya.

"Elo abis kemana dah jam segini masih keluyuran...".tanya khusen.

"abis dari rumah aida ngerjain tugas. Gue lemburin tadi ampe kelar besok kan dikumpulin terakhir jadi baru pulang deh jam segini... ". Jawab jesya terlihat akrab.

Padahal sebenarnya ogah banget ngeladenin khusen.

"WAH ANJING TUGAS APAAN WOY... ". Ucap khusen sambil panik. 

Jesya medengus mendengarnya. Sudah tidak heran lagi kalau temannya ini selalu lalai dengan tugas tugas sekolahnya.

Pernah waktu  saat baru awal semester ada tugas yang  memang individu dan dikumpulkan  dalam bentuk makalah. 
Semua sudah mengumpulkan tinggal khusen yang belum. 
Saat guru bertanya dimana tugasnya kenapa belum mengumpulkan.
Khusen malah curhat panjang lebar tentang tugasnya yang baru setengah jadi malah laptopnya error dan dokumenya belum tersimpan, terus mau ngeprint malah mesin print2 an ditempat fotokopian rusak sampai mutar mutar tengah malam untuk mencari tempat fotokopian yang masih buka dan alhasih makalah yang sudah jadi dan sudah dijilid ketumpahan kopi jadi tulisanya ngeblur semua.

LingkaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang