[2] long time

673 138 6
                                    

Sore itu taman yang mereka berdua kunjungi tidak begitu ramai karena memang bukanlah hari libur. Yena pergi membawa papan skatenya. Sementara Hyewon hanya membawa ponselnya serta tas kecil.

"Yen mana ada orang main skate di atas rumput," tukas Hyewon saat melihat Yena berlari kecil membawa papannya ke atas rerumputan di pinggir sungai.

"Di sini mah belajar trik aja," sahut Yena.

Hyewon menggeleng gelengkan kepalanya. Saat dia melihat Yena yang mulai memainkan skatenya, dia merekam adegan tersebut. Hyewon memang suka merekam member yang lain, terkadang secara diam diam.

Sesekali Hyewon terkekeh sambil menggelengkan kepalanya dengan tingkah Yena. Terkadang Hyewon tidak mengerti dengan jalan pikiran Yena. Kalau bisa dibilang, isi otak Yena itu out of nowhere.

Saat Yena terjatuh karena tidak seimbang, otomatis dia langsung merebahkan dirinya di atas rerumputan. Tenang, tidak ada yang terluka ataupun cedera, hanya Yena yang berbaring seenak jidat sehingga membuat Hyewon panik.

Hyewon spontan menghampiri Yena dan menyimpan ponselnya, dia juga berjongkok di sebelah Yena, "Eh anjir ada yang sakit!?"

Yena tersenyum dengan senyuman khasnya, "Nggak kok. Gua tadi emang jatuh, tapi langsung rebahan aja sih."

Hyewon mendengus pelan, kemudian dia menyentil jidat Yena pelan, "Lo tuh lebay. Kalau jatuh udah kayak apaan tuh ekspresinya."

"Bukan lebay," sahut Yena, "Itu namanya refleks. Ada saat dimana kalau kita jatuh itu jangan langsung bangun atau nanti tiba tiba lo jadi tegang. Biarin lah memalukan tapi itu demi keamanan diri lo sendiri."

Yena itu memang orang yang suka bercanda, iseng, dan sebagainya. Tapi dia adalah salah satu sosok yang sangat dibutuhkan dalam IZ*ONE. Bahkan Hyewon merasa kalau tidak ada kehadiran Yena itu rasanya ada yang kurang.

Oh, lebih jelasnya. Jika kedua belas member IZ*ONE tidak bersama, rasanya pasti kurang. Dua belas atau tidak sama sekali.

Yena melirik ke arah Hyewon yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya, "Dari tadi gua ngomong lo nggak dengerin apa?"

"Diem deh, berisik. Eunbi nelfon," sahut Yena.

Yena mengerucutkan bibirnya, kemudian dia kembali menatap ke arah langit langit yang sudah berwarna oren ke ungu unguan. Dia tersenyum dengan tulus menatap langit. Sudah cukup lama dia tidak memiliki waktu senggang seperti ini. Hanya berdua dengan Hyewon itu sudah cukup baginya. Lebih baik lagi kalau bisa berdua belas.

Saat memperhatikan langit, ada sebuah pesawat lewat. Yena terkekeh pelan sambil mengucapkan sesuatu kepada Hyewon yang sudah selesai ditelfon oleh Eunbi, "Tebak deh, itu pesawatnya Wonyoung atau Sakura?"

Hyewon ikut menatap ke arah jari Yena menunjuk, "Gua sih Wonyoung."

"Kalau begitu gua Sakura," ucap Yena dengan penuh semangat, "Balik yuk? Udah sore banget."

Hyewon mengangguk sebagai persetujuan. Tadi Eunbi menelfon supaya menyuruhnya untuk memesan makan malam nanti karena Wonyoung dan Sakura pulang. Eunbi ataupun Chaeyeon tidak sempat memasak karena sedang sibuk di studio. Kalau Nako dan Hitomi belum pulang, penerbangannya besok pagi.
















🌾

















Yujin dan Minju membawa beberapa belanjaan sesuai permintaan Chaeyeon untuk persiapan beberapa hari hingga minggu ke depan.

Tadi Yujin pergi ke kantor agensi, ditemani oleh Minju. Lalu Chaeyeon memberikan mereka pesan untuk berbelanja sebelum pulang, untung saja Minju membawa kartu kredit miliknya.

run | izoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang