----
Jenara tengah menghela nafasnya, berusaha meredam semuanya. mencari benda persegi disana. Jari jarinya bergerak mengikuti suasana. Menggetikan rentetan kata.
"Renja, jangan mau di perlakukan seperti itu. Kamu harus lawan mereka" rentetan kata yang tertulis di benda persegi.
Sang pemuda, jua mengikuti bak seorang lugu. mengambil benda persegi dari saku, menuliskan rentetan sesuatu.
Sang gadis melebarkan netra, membaca rentetan kata "Gausah peduliin saya, mereka bener kalau saya emang ga sempurna." Lagi lagi ini tentang sempurna. semesta. . . Padahal itu hanya manipulasi kata, karena adanya sempurna hanya milik sang pencipta.
Pemuda tadi telah pergi, meninggalkan jenara sendiri. Tapi, bukan jenara kalau tak mendekatkan diri. Perihal sempurna pemuda tadi masih bisa dihadapi.
Langkahnya terhenti, Melirik kanan kiri. Nusantara sepi, mendudukkan diri. "bodoh, kenapa saya Masih pergi ke kantin" runtuknya pada diri sendiri, seraya menyesali. Dia bukan tak suka digauli. Tapi hanya takut gadis itu hanya pura-pura peduli.
Bunyi suara menderu, membuat renjana terburu-buru. Takutnya tak tepat waktu. Berlari menuju, Utara Nusantara. Berusaha tak melihat ucapan sekelilingnya.
----
Duduk di bangku nya. Berusaha biasa saja, tapi tiba tiba sebuah kertas bertuliskan kata menghampirinya. "Renja, ayo kita temenan-!" Itu isinya. Membuat saya diam tak bersuara. Berusaha mengalihkan netra. Takut takut semesta kembali bercanda.
"Renja, aku jenara. Jadi nama kamu siapa? Aku cuma tau renja, hehe.." satu kertas warna jingga kembali menghampirinya. Nusantara, sepertinya dia harus mencoba.
"Aksara bentang Renjana, maaf Jena saya bukanya tidak mau berteman dengan kamu. Tapi, saya tidak sempurna. kata mereka, lebih baik sudahi saja." tanganya berhenti menuliskan kata. Memberikan kepada gadis di sebelahnya.
Jenara menghela nafasnya. Pemuda Nusantara ini sangat metafora atau bagaimana. Tanganya kembali menuliskan kata.
"Renja, sempurna itu cuma tuhan. Jadi tolong berenti nulis itu."
Belum sempat renja menuliskan kata, segerombolan siswa masuk kelasnya. Oh, ternyata osisnya Nusantara. Semua siswa jadi diam tak bersuara. Memandang ke arah mereka. Pasti sekolahnya akan mengadakan acara, dan kelasnya jadi sasaranya.
"Selamat siang, salam sejahtera buat kit-"
"Cas, cepet elah bukan mau pidato"
Nusantara, sudah tak heran pada mereka. Sudah terbiasa, katanya. Organisasi yang telah mencapai citra, membuat seluruh Nusantara bahagia dibuatnya. Tapi jangan main- main pada mereka, sebenarnya bukan apa, hanya takut diadukan guru Nusantara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeremba Rasa - Huang Renjun
Teen Fiction❛❛ 『 perihal sempurna, nyatanya hanya milik sang pencipta 』 ©Bii_na ®2020