⁺˚✦ O4 : narasi kepergian

39 16 11
                                    

   "Jena, lu mau kemana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   "Jena, lu mau kemana?"

Pemuda itu mengalihkan netra, sang gadis diamatinya dengan seksama. Bukan apa, ini hanya terlalu tiba-tiba, sebab pukul enam baru saja tiba.

   "Sekolah lah, bodoh"

Pemuda itu meringis, adik dan bundanya memang beda tipis. Namun, masih berusaha menghela napas naturalis.

   "Iya tau, tapi tumben jam segini. Ga mau bareng gue?"

   "Ga, lu bau"

Pertiwi, ini masih pagi. Bahkan matahari belum sepenuhnya menampakan diri. Tapi gadis berasma Jena itu sudah membuatnya emosi. Jadi, sepertinya sudah cukup basa basi.

Hastanya mengayun ke bagian Sirah, gadis itu sedikit memilah, netranya singgah. bisa dipastikan, dia sudah marah. Kalau begini Mark hanya bisa pasrah.

   "Malvin, gue aduin bunda ya!"

Yang diserukan namanya sudah hilang diri. Entah bagaimana bisa tanpa Jena sadari. Menghela nafas berkali-kali. Mencoba menghilangkan emosi. Melirik alorji "sial, gue telat" kini dirinya berlari.

   "Aduh, ga telat kan gue" gumanya sendiri. Seraya merapatkan diri. Halte bus kota hari ini masih sepi. Sebab masih dini hari.

---

Bus kota mulai ramai penghuni, sebab waktu hampir menunjukan angka delapan pagi. Tapi Jena masih betah mendudukkan diri. Hingga muncul bunyi.

Ternyata dari benda persegi, diangkatnya dengan hati-hati. "JENA, LU DIMANA. UDAH MAU MASUK KELAS. KATA KA MARK LU TADI BERANGKAT JAM ENAM" jenara lupa akan ini, jarinya dengan lihai mencari aplikasi. Panik rupa di wajahnya terpatri. Sebab bus kota terakhir telah pergi.

   "Jena, lu dimana. Jangan buat kita khawatir. ayo jawab" seru suara di seberang sana.

   "Haidar mana sa?" Tanyanya.

   "Apa, lu dimana? udah mau masuk Jena."

   "Haidar jemput gue dar, di halte Deket rumah gue"

   "Lu dim- APA LU NGAPAIN AJA. HAMPIR DUA JAM DISANA?"

   "Dar, nanti aja nanyanya. Selamatin gue dari pak Barja"

   "Iya, otw"

Benda persegi itu mati. Tak menimbulkan suara lagi. Sudah cukup berdiskusi. Sekarang saatnya memikirkan semua ini.

Tapi sedetik kemudian ada deru suara yang memanggil asmanya. "JENA" membuatnya berlari dengan tergesa. Bagaimana bisa sang pemuda Bandung ini telah tiba.

Jeremba Rasa - Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang