1.1

363 25 7
                                    

"Lebih baik cantik dari diri sendiri, mau umur lo 30,40 bahkan 100 tahun kecantikan yang lo punya nggak akan pernah luntur"




Suasana cafe tak seramai biasanya, mungkin karena hari masih terlalu pagi atau bisa jadi karena hujan  yang sejak pagi sudah mengguyur ibukota. Bara yang baru selesai mengecek persediaan cafe memilih duduk sendiri di bangku pojok ditemani segelas coklat panas yang sangat cocok untuk hawa dingin hari ini. Bara tengah menunggu sahabatnya, yang katanya ingin membantu di cafe. Membantu? Ya membantu, membantu membuat pekerjaannya tambah ribet. 

Karena hari ini weekend dan hanya bisa rebahan di rumah, sahabatnya itu merasa bosan. Itulah Cere, Cerella Ornella gadis cerewet, bar-bar, nggak bisa diem, absurd dan nyebelin. Tapi dibalik semua sikap anehnya dia adalah gadis yang paling baik menurut Bara. Menurutnya Cere adalah malaikat yang Tuhan kirimkan untuknya. 

Selama 7 tahun mengenalnya, dia selalu bisa diandalkan dalam banyak hal. Awal pertemuan Bara dengan Cere bisa dibilang cukup berkesan. Semua berawal ketika dengan bodohnya Bara yang terkenal cupu, kutu buku, dan ansos dengan beraninya menembak seorang primadona di sekolahnya dahulu. Clarabelle Eustacia, gadis yang sangat cantik rupanya namun sangat tak ayu perilakunya. 

Karena kejadian itulah, Bara dipertemukan dengan gadis yang membelanya ketika cacian, makian, dan bullyan ia dapat setelah mengungkapkan rasa cintanya yang tentu saja ditolak mentah-mentah. Karena hal itu pula selama tujuh tahun ini Bara divonis mengidap salah satu phobia aneh, Venustraphobia. Phobia ini akan kambuh ketika dirinya bertemu dengan perempuan yang menurutnya cantik. Setiap ada perempuan cantik ia seakan melihat gadis yang dulu ia puja sedang memakinya, hal inilah yang membuatnya menjadi trauma sampai akhirnya menjadi phobia. 

Karena phobia ini juga, Bara yang awalnya sudah antisosial dan introvert menjadi lebih introvert dari sebelumnya. Ia terlalu takut jika phobia nya sewaktu-waktu kambuh. Banyak teman yang mencacinya sejak kejadian memalukan itu, bahkan ada pula yang awalnya cukup dekat kini jadi menjauhinya. Ini semua karena kata-kata gadis yang Bara cintai. 

Cuih, gue ogah punya pacar modelan lo gini. Udah cupu, jelek, kucel, sok pinter. Lo tau, nggak akan ada perempuan yang mau punya cowok kaya lo. Jangankan pacar, gue rasa buat jadi temen lo mereka juga ilfil. Kalopun ada gue rasa dia juga cupu kaya lo gini. 

Itulah kata-kata yang masih selalu terngiang dalam ingatannya. Bara rasa sampai matipun ia tak akan pernah lupa dengan perlakuan yang pernah ia alami itu. Tetapi ditengah satu sekolah berbondong-bondong menjauhi dirinya, datanglah Cerella yang terkenal sebagai preman sekolah. Banyak yang takut dengannya, dia juga dijauhi karena dengan mudah bisa meninju orang yang tak ia sukai.


"Katanya mau bantu, tapi jam segini kenapa belum dateng?" Gumam Bara menatap ke arah pintu masuk cafe. Kemudian beralih menatap coklat panas di depannya yang tinggal setengah lalu ia teguk hingga tandas. 

Dari salah satu meja seorang perempuan berpakaian mini mendatangi Bara yang baru saja meneguk minumannya. Bara yang tengah melamun pun tak sadar jika ada perempuan cantik di dekatnya. 

"Ekhem, boleh duduk di sini?" Ucapnya yang membuat Bara tersadar dari lamunannya. Bara menatap wanita itu sejenak kemudian melotot tiba-tiba. Seketika detak jantungnya semakin cepat, badannya gemeteran ditambah keringat dingin yang tiba-tiba menyerang. Bara tak bisa apa-apa, jangankan meninggalkan tempat itu untuk berucap saja ia tak mampu. 

Venustraphobia (End) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang