Diluar kenyataan bahwa aku seorang janda beranak satu di usia 25 tahun, dimana wanita seusiaku mungkin sedang asyik-asyiknya mengejar karier atau menempuh pendidikan lanjutan ke jenjang yang lebih tinggi atau lagi mesra-mesranya sebagai pasangan suami istri, entahlah.. yang pasti aku sangat menikmati takdirku sebagai seorang ibu dari malaikat kecilku tanpa kehadiran suami di sampingku.
Aku pesakitan? Mungkin..
Aku hanya lupa rasanya merindu sebagai seorang pasangan. Aku tak ingat rasanya mencinta dan dicintai seorang lelaki. Tentu saja aku masih merasakan cinta dan rinduku untuk papa dan anakku Adam, kedua lelaki idamanku. Hidupku terasa sempurna hanya dengan kedua lelaki itu saja.
Mamaku? Oh.. tak perlu diragukan lagi, beliau adalah segalanya bagiku!Awalnya mama dan papa tak percaya anak semata wayangnya ini memilih untuk mengakhiri pernikahan. Mereka terus bertanya, "Ada masalah apa?" dan selalu kujawab, "Maaf Ma, Pa, kami hanya ingin menyudahinya."
Sering kubertanya memang, salahkah memilih berpisah baik-baik sebelum terlanjur saling menyakiti? Wajarkah demi Adam, kami berpisah, agar kelak dia tak melihat orang tuanya seakan baik-baik saja tapi sudah tak saling peduli?
Bukan kami tak mencoba memperbaiki hubungan, bahkan Agi pernah mencoba memilih menginap di kontrakan selama satu bulan agar kami merasakan rindu, nyatanya tidak juga. Kami malah semakin larut dalam kehidupan masing-masing. Tentu dia perhatian pada Adam disela-sela waktu senggangnya yang tak banyak. Adam tak kekurangan kasih sayang Ayahnya. Agi, yang tinggal di Jakarta, hingga saat ini masih rutin mengunjuni Adam di hari Minggu, lengkap dengan berbagai buah tangan. Dia rela menghabiskan waktu Minggunya untuk bolak-balik Jakarta-Bandung demi Adam.
Sikapnya padaku setelah berpisah? Biasa saja. Tak menjadi musuh karena perpisahan, dan tak jua menjadi teman karena adanya anak. Seperti biasa, seperti saat masih menjadi 'pasangan', ngobrol seperlunya, hanya basa-basi.Agi, Ayah yang bertanggung jawab. Dia memenuhi semua kebutuhan Adam secara finansial. Waktu yang tak banyak untuk Adam, hanya hari Minggu, itu pun jika Agi tak ada pekerjaan mendesak. Bagiku tak apa, selama Agi masih menyempatkan untuk video call sama Adam.
Sejauh ini kami menikmati peran kami masing-masing sebagai single parent, begitupun Adam yang tetap ceria.
YOU ARE READING
Saudara tapi Menikah
RomanceDi usia 25 tahunku, seorang anak lelaki berumur dua tahun adalah darah dagingku dengan mantan suamiku. Ya. Sejak enam bulan yang lalu, kami memutuskan mengakhiri pernikahan yang sudah terjalin selama tiga tahun. Entahlah, pernikahan yang kami jalani...