"Eungghh."
Eren membuka matanya dengan pelan, kemudian menatap kembali kedua tangannya yang melindungi silaunya cahaya lampu. Menghela napas, Eren melihat punggung tangan kanannya yang kembali dipasang infus. "Sudah berapa lama aku tertidur?" Gumamnya. Saat itu juga ia menyadari ada sosok lelaki yang kini tertidur pulas. Posisinya duduk dan kepalanya menindih perut Eren.
"Ara-San...."
Lelaki yang dipanggil namanya itu tak bereaksi sama sekali. Eren melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul enam sore. "Kenapa ini rasanya lama sekali?" Eren menyadari jika ia baru saja diculik pada pukul dua dini hari dan Arano menyelamatkannya ketika pagi menjelang siang.
"Kalau begitu aku tak akan menganggumu." Ucapnya dengan pelan.
Eren mencoba bangkit dari kasurnya tanpa membangunkan Arano. Tetapi karena kepala Arano menindih perutnya, ia pun tak bisa melakukannya. Lagi-lagi Eren menghela napasnya. Ia tak ingin lelaki ini terbangun. Dan akhirnya Eren Hanya bisa berbaring dengan tenang.
"Eren?"
"I-iya?"
Eren terkejut tiba-tiba saja Arano bersuara.
"Sejak kapan kau sadar? Euh maaf aku ketiduran."
"Tidak apa-apa. Aku baru saja bangun."
"Kau menginginkan sesuatu? Aku akan membantumu."
Arano bangun dari posisi awalnya kemudian bangkit sambil menyerahkan tangannya untuk menawarkan diri.
"Ehh anu, aku ingin ke toilet."
"Baiklah, ayo."
Lelaki itu membantu Eren berdiri kemudian membawa kantong cairan infus. Pinggang Eren ia kaitkan agar mendekat dengannya. Hal ini tentu saja membuat Eren tersentak tak karuan.
"Huaaaa Paman Jasper Jahat!"
"Ck, bisakah kau tenang sedikit. Aku akan menghubunginya lagi!"
"Mau sampai kapan paman Jasper? Ini sudah ke dua puluh kalinya kau menghubunginya namun tetap saja tidak bisa hiks."
Jasper tampak sangat frustasi. Menghadapi bocah yang sedang menangis ini tentu saja membuat kepalanya mendidih. Selain itu, tuan besarnya tak bisa dihubungi yang membuatnya menjadi khawatir.
"Kenapa tidak bisa dihubungi? Kalau begitu aku harus mencarinya."
"RIREN IKUT!"
"TIDAK! KAU TIDAK BOLEH IKUT."
"POKOKNYA IKUT!"
"Heuuuuuh Merepotkan! Cepat mandi dan bersiaplah!"
Riren dengan cepat berlari menuju kamar mandi.
"Apa kau mendengar sesuatu saat itu?"
"Hooh, suara teriakan."
"Teriakan? Teriakan seperti apa?"
"Dia teriak... SERAHKAN PONSELMU PADAKU... Yah mungkin seperti itu." Riren berusaha menirukan nada teriak yang ia dengar. Lantas asisten perempuan Arano tak tahan melihatnya. "Kau menggemaskan." Ucapnya.