Chapt 4

219 21 1
                                    

"Aku harus menyelamatkannya."

Ucap Pria itu kepada dirinya sendiri. Tanpa seseorang yang menemaninya terutama anak laki-laki yang masih berada di rumahnya.

Di lain sisi, Levi yang masih berkutat dengan masalah bisnisnya itu tak tahu menahu tentang kondisi kekasihnya, ia percaya kepada bodyguard dan asistennya. Entah kenapa semua perusahaan mengalami banyak masalah saat ini. Pemerintah paradis menghimbau bahwa semua masyarakatnya harus berhati-hati, karena bisa saja krisis ekonomi melanda mereka. Oleh karena itu Levi harus memutar otaknya sebelum bertindak, ia takut apa yang ia lakukan menjadi boomerang bagi dirinya dan para rekannya.

"Levi kau lupa jika kita pernah mengalami hal ini dulu?" Hanji menepuk pundaknya santai, ekspresi wajahnya membuat Levi ingin menamparnya dengan pisau.

"Aku sedang serius, jangan ganggu aku."

Intensitas lelaki itu dalam mengerjakan sesuatu di laptopnya membuat Hanji menghela napasnya. "Aku tahu Levi, tapi alangkah baiknya kau tidak terlalu kalut dalam menghadapi ini. Keadaan ini hanya berlaku pada paradis." Tuturnya.

"Bagaimana dengan Marley? Apa kau ingin seperti ini terus? Kau ingin mundur? Atau—"

"Berisik! Malam ini kita mengadakan rapat." Potong Levi.

Hanji sedikit terkejut. "Oh baiklah jika itu keinginanmu, maka akan aku siapkan." Setelah berucap kepada Levi, Hanji meninggalkan Levi dalam ruangannya.

"Ada benarnya juga, kenapa aku tidak berpikir seperti itu?"

"Terima kasih Hanji, kau memang sahabatku."

Ucap Levi dalam hati.

Setelah 2 jam berlalu, Levi akhirnya dapat beristrihat, pekerjaannya akhirnya sudah selesai walaupun waktu istirahatnya terbilang sungguh sempit. Ia harus mengadakan rapat pada pukul 7 malam. Sedangkan sekarang sudah menunjukan pukul 4 sore.

Karena matanya sudah berat, ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Hanji yang saat itu juga ingin pulang tak tega melihat sahabatnya itu tampak kelelahan. Tanpa hambatan, Hanji langsung mengantarkan Levi pulang.

Tara dan Rachael, 2 wanita kepercayaan Levi itu tampak tersenyum menyambut kedatangan Levi. "Kami sudah menyiapkan air panas untukmu." Kata mereka berdua.
. Levi tak bersuara, ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi-ia ingin berendam di air panas.

"Sampai kapan kita begini terus?"

"Levi kini kehilangan anaknya setelah ia baru saja bertemu dengan Kekasihnya."

"Benar Tara, aku tidak bisa membayangkan. Bagaimana rasanya diterbangkan ke langit dan dijatuhkan begitu saja."

"Semoga Riren cepat di temukan."

"Semoga."

Tara dan Rachael tampak sedih, karena keadaan sekarang berbeda jauh dengan dulu. Rumah terasa sangat sepi, karena Levi tak ingin berbicara banyak seperti dulu. Ditambah lagi dengan menghilangnya Riren, tidak ada lagi hal terlucu yang Riren ciptakan kepada mereka, meskipun Riren bisa dibilang cerminan ayahnya tetapi anak itu dapat membuat isi rumah heboh karena kelakuannya. Tara dan Rachael sangat merindukan moment itu.

Jangan lupakan kakek Sio, kakek pengangkut sayuran yang sering dibantu Riren. Ia juga memikirkan Riren saat ia mengetahui bahwa Anak itu dinyatakan hilang.






"Euhhh."

Eren terbangun dari tidur panjangnya. Kemudian seorang lelaki dewasa yang sendari menantinya dengan secangkir kopi hitam tersenyum senang. "Aku pikir kau sudah mati, syukurlah kau masih hidup." Ucapnya sambil bangkit dari kursi besarnya dan menghampiri Eren.

Save My Heart 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang