Timeless, stay or leave 5

78 8 9
                                    

'Bisa gak sih, sehari aja kamu jangan ngajak aku ribut terus?'

Hai aku harap kalian suka heheh jangan lupa votmen nya🖤

#Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain mohon maklum, tapi ini murni dari pikiran aku sendiri.

Kalian bisa share link cerita ini ke teman-teman kalian, siapa tau nyaman heheheh.

Selamat membaca.

Salam dari kakakiyak.
Bisa follow akun WP aku atau IG:@rrriiiiaaaaa
Terimakasih



Awalnya tak pernah terbayangkan oleh Kinara jika dia yang ia kagumi sejak kecil mulai besok akan menjadi tunangan nya, bolehkah dirinya egois untuk kali ini saja?

Seandainya saja tak ada perjanjian bisnis antara Bima dan Agam mungkin sampai saat ini Kinara tak akan bertemu dengan Aksa selama-lamanya mungkin, terlebih kemarin pertemuan pertama mereka setelah belasan tahun lamanya. Kinara bersyukur, sangat bersyukur walau sikap Aksa masih sama tapi ia yakin suatu saat nanti dirinya akan menjadi prioritas pria itu.

Suara Bima menyadarkan Kinara dari lamunan.
"Sudah siap?" Tanya Bima.

"Udah."

"Ayo."

"Pa, apa di sana ada kak Aksa juga?" Tanya Kinara dengan wajah sumringah. Berharap besar pria itu ada di sana, ikut memilih cincin untuk pertunangan mereka besok.

"Dia ada seminar di kampus, sepertinya Alsa akan menyusul kita nanti." Jawab Bima.

Dikediaman keluarga Mahendra tidak sunyi seperti sebelum-sebelumnya, malam ini penuh canda tawa dari kedua anak Adam yang saling menggoda sejak tadi.
"Kakak ipar, kok aku ganteng banget ya," ujar Revin yang sejak tadi terus memanggil Kinara dengan panggilan Kakak ipar.

"Eh jangan itu deh, panggilan kesayangan gue kan gadis bis," ucap Revin.

"Nama aku bagus-bagus terus kamu ganti, enak banget ya," protes Kinara.

"Gak apa-apa dong, ya gak om?" Tanya Revin kepada Bima, yang di tanya hanya mengangguk. Entah kenapa Bima tak suka akan kedekatan putrinya dengan anak bungsu dari sahabatnya itu.

'Kenapa papa selalu terlihat tidak menyukai Revin?' batin Kinara bertanya.

"Ketaman yuk, di sini berasa tua gue," ajak Revin.

Duduk di salah satu kursi taman yang berada tepat di samping kediaman keluarga Mahendra, nyaman ya itu yang di rasakan oleh Kinara. Entah mengapa beda saja dari suasana di rumah Bima.
"Kenapa kamu ajak aku ke sini?" tanya Kinara.

"Pengen aja," jawab Revin.

"Kin kalo misalnya gue suka lo gimana?" Kali ini gantian Revin yang bertanya.

Kinara tertawa lepas, lucu saja mendengar cowok tengil ini bertanya seperti itu.
"Gak boleh,"

"Kenapa?"

"Karna hati aku sepenuh nya milik kak Aksa," jawab Kinara.

"Tapi hati dia bukan milik lo,"

________

Hari yang ditunggu-tunggu Kinara akhirnya tiba. Untuk hari ini biarkan gadis itu melupakan kesedihan yang entah kapan terobati, Kinara berhara mamanya hadir namun sepertinya itu hanyalah hayalan semata.

"Lo cantik banget hari ini," puji Revin.

"Hati ini aja?"

"Setiap hari cantik, tapi hari ini lebih cantik," ujar Revin jujur, ya memang benar hari ini gadis bis itu terlihat berbeda dari sebelum-sebelumnya atau memang ini pertama kalinya ia melihat Kinara dengan make up.

"Ayo siap-siap acara sebentar lagi di mulai, kak Aksa dan yang lainnya udah di bawah," ajak Revin.

Seperti yang sudah-sudah Aksa tak dapat menyembunyikan rasa kesal akan kehadiran Kinara atau gadis pembawa sial, entah apa yang di maksud pria itu. Memangnya apa yang sudah Kinara lakukan hingga Aksa memanggil gadis pembawa sial, jika saja ini bukan menyangkut nama keluarga ia ingin sekali pergi dari acara tak penting menurut nya.

"Jangan buat malu," bisik Bima sebelum Aksa menaiki panggung.

"Kinara cantik ya Bun, coba aku aja yang bertunangan," ucap Revin.

"Udah diem, lihat Kakak mu sama Kinara udah di atas panggung,"

"Ini dia yang ditunggu-tunggu, pasangan yang akan bertunangan malam ini. Selamat malam Prince Aksa dan Princess Kinara, aduk tampan dan cantik ya," ucap MC.
Kinara tersenyum bahagia sangat bahagia, berbeda dengan pria di sampingnya ini Aksa tersenyum tipis.
Hingga suara Aksa membuat senyum indah di wajah Kinara perlahan pudar.
"Jangan berharap lebih pada saya," bisik Aksa.

"Setelah ini, kita perlu bicara berdua. Saya tunggu di parkiran,"

Seperti yang di katakan tadi, mereka bertemu di parkiran mobil tempat acara. Semua tamu sudah pulang dari tadi, dan Aksa bicara pada Bima akan mengantarkan putrinya pulang ke rumah setelah urusan mereka selesai.
"Masuk."

Kinara pun masuk ke dalam mobil, suasana canggung. Gadis itu bingung ingin bicara apa, ia takut nantinya malah membuat Aksa kesal di tambah sejak tadi pria itu tak kunjung bicara selama acara berlangsung.
"Kak," panggil Kinara.

"Puas."

"Puas? Maksudnya?" Kinara tak paham dengan apa yang di ucapkan Aksa.

"Ini kan yang kamu mau, saya gak tau apa yang kamu dan orang tua mu janjikan kepada ayah saya," ujar Aksa.

"Janji? Gak ada hal kayak gitu kak, kenapa kak Aksa gak nolak saat om Bima....

"Jika bisa, cincin ini gak akan terpasang di jari saya Kinara," Kinara tertegun, benar apa yang di katakan oleh Aksa barusan. Jika bisa menolak, acara malam ini gak akan ada.

_______

Revin berkali-kali menghembuskan nafas kesal karna tingkah Sabrina yang mirip seperti cacing kepanasan, sedari tadi gadis itu tidak henti-hentinya menyikut bahunya. Ia juga bingung kenapa gadis bis terlihat tidak baik-baik saja, apa semalam terjadi sesuatu? atau lebih baik bertanya dari sumbernya.
"Apa sih," omel Revin.

"Kinara kenapa?" bisik Sabrina.

"Gue juga gak tau," jawab Revin.

"Gimana sih lo, kan Lo ada di acara semalam," omel Sabrina.

"Iya tapi kali ini gue gak tau dia kenapa, Lo kan sahabatnya masa gk tau," ujar Revin.

"Heh lo berdua ngapain bisik-bisik, ghibahin gue ya?" tanya Farel.
Mereka berdua tak ada satu pun yang merespon ucapan Farel.

"Kin lo sakit?" tanya Sabrina.
Kinara tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

Tidak puas dengan jawaban Kinara kali ini Revin yang bertanya.
"Aksa gak macam-macam kan semalam?"

"Enggak, oh iya sab katanya kamu mau nanya tentang leher cowok itu," Kinara mencoba mengalihkan topik pembicaraan, Oia tak ingin membahas tentang dirinya dan Aksa semalam.

"Nah untung lo ingetin," gadis itu menimbang siapa yang akan ia tanyakan perihal leher cowok, dan ia memilih bertanya Farel karna jika pada Revin yang ada bukannya mendapat jawaban malah emosi.

"Farel," panggil Sabrina.

"Hm,"

"Udah dulu dong makannya,"

"Hm,"

"Ya Allah semoga suara Farel hilang, Aamiin,"
Kali ini Farel menoleh saat namanya di sebut dalam do'a.

"Enak aja," protes.

"Tuh kan, makanya kalo di panggil itu ngeliat ke yang manggil. Sopan dikit lo," ujar Sabrina.

Lama ya gk up hehehhe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Timeless Stay Or LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang