{ I'ts a Match! }

20 3 0
                                    


Menjadi seseorang yang bergerak dibidang kesehatan merupakan hal yang sangat 'mengagumkan' bagi khalayak ramai.

Mulai dari jalur masuk yang susah, biaya yang tidak sedikit, bukan dari kalangan orang biasa, dan banyak lagi faktor lainnya.

Menurutku pun begitu, awalnya. Entah apa yang menjadi alasan sehingga aku bisa memiliki asumsi seperti kebanyakan orang.

Sedari kecil selalu berkeinginan untuk menjadi seorang dokter dengan alasan ingin menjadi penyelamat nyawa seseorang, sedikit banyak ikut andil menjadi perpanjangan tangan Tuhan tanpa tahu apa tugas dan kewajiban seorang dokter yang sesungguhnya.

Lambat laun, seiring berjalannya waktu, aku tersadar menjadi dokter memang tidak mudah, pantas saja banyak orang mengiming - imingi serta kagum akan profesi ini.

Selain dari segi materi, mental juga diperlukan. Selalu siap siaga, rela mengorbankan apapun demi tugas dan kewajiban.

Menurut mereka yang sudah makam asam garam didunia darah ini tak apa jika tak tidur, perut lapar, serta badan kebas, asalkan nyawa pasien terselamatkan.

Wow. It's a best word I've ever heard!

Dan disinilah aku, mengabdi pada masyarakat disalah satu instansi kesehatan yang bergerak dibawah naungan Polri.

Bukan, aku bukan seorang dokter seperti yang aku cita-citakan sedari kecil.

Aku, adalah seorang radiologist, menempuh pendidikan disalah satu universitas ternama di Jogjakarta dengan jalur beasiswa, lulus dengan IPK nyaris sempurna, dan termasuk salah satu mahasiswi lulusan tercepat.

Do you know what I feel? I'm so proud of my self.

Dengan kepribadian yang sangat malas, bahkan enggan menyentuh buku, keseharian dihabiskan dengan ponsel tak berarti orang tersebut bodoh. Belajar 12 jam sehari tak menjamin kau akan menjadi seorang professor. Bermalas malasan tak berarti kau pecundang.

Menjadi anak yatim piatu tidak semenyedihkan itu. Bekerja dengan tim yang kompak, dan saling mendukung, serta suasana menyenangkan siapa yang tahu, bahwa aku sudah mengabdi selama hampir 4 tahun.

*****

Tok tok tok...

Bunyi pintu diketuk diikuti dengan suara pintu terbuka.

Kemudian masuk seseorang berbaju putih dengan garis tosca dipinggang serta tanda pengenal menjadi ciri khas dari anak magang sembari membawa selembar kertas yang dikenal sebagai surat pengantar.

"Permisi, kak. Ini ada pasien dari ruangan Catur atas nama Tn. Pramujo"

Katanya sembari memberi kertas pengantar yang dipegang tadi.

Bripda Pramujo, 54 tahun, rontgen thorax AP.

Aku pun menganguk tanda mengiyakan laporan yang telah disampaikan.

Kemudian tak lama berselang masuk seorang pria berbadan tegap khas abdi negara dengan perawakan yang bisa dibilang muda mengingat usia yang tercantum pada surat pengantar pasien duduk tenang diatas kursi roda yang didorong.

Tampak nafas yang memang bisa dibilang agak cepat, sudah bisa kupastikan pasien satu ini merupakan perokok kelewat aktif.

Sebelum memulai prosedur, pastikan cuci tangan serta apd yang diperlukan sesuai sop yang diberlakukan.

Pastikan semua benda logam yang terdapat di daerah dada di lepaskan.

Beri posisi aman dan nyaman sesuai keperluan.
Pada saat akan dimulai pemeriksaan anjurkan pasien untuk menarik nafas dan tahan nafas selama beberapa detik.

ASA NYA BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang