{ Monday with Asa }

9 3 1
                                    


"Dek, kamu bawa pasiennya balik dulu kekamarnya ya, nanti 10 menit lagi kamu kesini ambil hasilnya."

"Baik, kak. Permisi."

Pasien terakhir sebelum shift-ku habis seorang anak muda kisaran 20-an mengalami dislocation pada siku kanannya.

Hal ini lumrah jika dilihat pada kalangan usia mereka yang seringkali kedapatan melakukan sesuatu suatu atraksi tanpa safety.

Berdasarkan cerita yang kudapat langsung dari pasien, ketika ia sedang latihan skateboard tak sengaja menabrak sebuah batu yang mengakibatkan ia kehilangan keseimbangan hingga terjatuh dengan posisi siku menahan beban tubuh sehingga mengalami dislocation.

Dislocation (dislokasi) atau pergeseran sendi merupakan cidera ketika sendi dipaksa keluar dari posisi normal.

Sendi dapat bergeser akibat cedera. Hal ini biasanya terjadi akibat terjatuh, kecelakaan mobil, atau saat berolahraga.

Dislokasi bisa sangat menyakitkan dan melumpuhkan sendi.

Contoh daerah yang terpengaruh mencakup bahu, siku, jari, pergelangan kaki, lutut, pinggul, dan rahang.

Kondisi ini harus segera mendapat pertolongan medis agar sendi kembali di posisinya, diikuti dengan beristirahat selama beberapa minggu.

Biasanya pasien akan mengalami nyeri pada area yang cidera,

kaku, memar, otot tegang juga pembengkakan.

Jam menunjukkan tepat pukul tiga sore setelah aku sampai di Ramah Tamah menyusul Fania.

"Lama amat,Bi?"

"Macet Fan. Lo mau pesen lagi nggak? Gue mau pesen nih biar sekalian."

"Mau air aja."

Aku pun melambaikan tangan kepada writers yang sedang berjaga, menyebutkan pesanan kami lalu mengucapkan terima kasih.

"Rame ya? Muka lo jelek amat."

"Kek biasanya sih cuman karena hari ini ada anak magang baru, jd beberapa ada yang mesti gue ajarin soalnya yang kali ini beda, mereka dari SMK."

"Oh gitu. Eh eh buka love trail dong, Bi. Kali aja ada yang bisa diajak maen."

"Udah nggak ada, udah gue apus."

"Kenapa lo apus?!" Sambar Fania begitu tahu bahwa aplikasi itu sudah kuhapus.

"Pengen aja, ga guna juga kan gue jarang maennya jadi ya ngapain gue biarin tu aplikasi bersarang di hp mahal gue."

"Njir baru dapet satu aja gaya lo belagu, kan ntar bisa buat pilih pilih semisal lo ngerasa ga yakin sama Asa atau apalah seengaknya kan lo jadi punya cadangan gitu."

"Ya udah sih, gue udah ga butuh aplikasi gituan lagi, gue nggak se-desperate itu, Fan. Jangan terlalu musingin perihal jodoh gue, umur rezeki, sama jodoh tu ditangan Tuhan, kita mending perbaiki diri kita daripada maen maen ga jelas kek lo sama Erlan, hubungan kalian ga jelas."

"Sedep banget lo ngomong gue sama Erlan ga jelas, dasar jomblo hina."

"Kampret dasar penggemar BBC."

Sesaat sedang melempar cacian satu sama lain, ponselku pun bergetar dengan layar menyala menandakan ada yang menelepon, aku pun melihat ke layar ponselku dan ternyata Asa yang meneleponku. Suara khasnya terdengar begitu aku menggeser ikon hijau.

"Hallo, Bianca." Sapaan awal dari Asa yang berhasil membuat perutku mulas seperti berates ratus kupi kupu terbang.

"Hai, Asa. Kenapa nelfon?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASA NYA BIANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang