Chapter six, Partner

50 7 0
                                    

Vale meregangkan tubuh dan meratakan kelopak mata kesal. Mengutuk posisi bantal yang membuat lehernya pegal, lalu bangkit bersiap untuk mandi.

Dia memasuki bilik shower dan membiarkan air meluncur dari kepala hingga ujung kaki. Melalui sepetak cermin, Vale menyadari bahwa tunas-tunas rambut mulai menutupi dagu, garis rahang dan bibir atas tanpa bisa dikendalikan.

Dia membenci face hair hingga mencapai titik dimana dia sangat malas mencukurnya. Karena mau dipakaikan produk apapun juga, janggutnya akan tumbuh kembali dalam satu atau dua hari setelah dipangkas bersih. Jadi Vale biarkan saja sebagian wajahnya dipenuhi bulu dan membuat paras pemuda itu terlihat lima tahun lebih tua dari umur aslinya.

Sesudah mengenakan pakaian bersih, mengeringkan rambut dan menyematkan kontak lensa, Vale bergegas mencari hamsternya untuk diberi sarapan. Terakhir kali dia melihat Adam dan Steve adalah di ruang tengah. Tapi mereka tidak ada disana.

Saat pemuda itu tidak menemukan arah, kilauan kuning pucat dari jendela dapur menyerbak membuat pandangannya terbuai. Disana berdiri kandang besi dengan dua hamster di dalamnya. Mereka tengah terduduk bersandingan, mata menyipit menikmati cahaya mentari.

Aww, apakah ini cara hamster tersenyum?

Vale merasa bangga menjadi seorang ayah walaupun ide untuk menyimpan mereka di depan jendela dapur bukan miliknya, melainkan milik Miguel.

Miguel Salvatore.

Ah, tentu saja. Bagaimana bisa dia melupakan isu terbesar yang keberadaannya tidak tercium sama sekali.

Ini sudah total dua puluh empat jam lebih sejak terakhir kali mereka bertatap muka. Sehabis Vale pulang dari konsultasinya bersama Cam, dia menemukan apartemen kosong dan dingin. Seperti tidak pernah tersentuh oleh manusia sejak dia pergi dari sana.

Miguel menghilang selama semalam penuh dan belum kembali bahkan saat Vale siap berangkat kuliah hari ini.

Itu adalah kekacauan karena jika Vale tidak mengutarakan maksudnya secepat mungkin, maka dia akan kehilangan nyali untuk berhadapan langsung dengan mata kelabu Miguel.

Melangkah menuju hamster untuk diberi makan, pemuda itu mengadakan perang opini dalam kepalanya. Apa dia harus menghubungi Miguel atau mencarinya di kampus nanti?

Menghubungi hanya akan membuatnya terkesan semakin menyebalkan dan mencari Miguel bukan pilihan yang tepat, mengingat besar kemungkinan dia tidak ingin dikenal sebagai teman dari si bodoh Vale oleh orang kampus.

Ah, sudahlah.

Vale menjatuhkan semua yang ada dipikirannya dan berlalu menuju kampus. Mengayunkan sepeda, menikmati surya pagi yang terlihat tengah bahagia. Mencoba meringankan beban di pundaknya sendiri.

Kelas pertama dan kedua terlewat tanpa masalah. Saat jam makan siang, Vale menemukan dua wajah asing menghalangi laju sepedanya. Seorang gadis Jepang dengan rambut pirang stroberi, wajah manis, kaos putih tipis tembus dan celana pendek yang membuat buah dada besar serta bokong kentalnya semakin terlihat montok.

Disampingnya ada pria berdarah Timur, kulitnya medium gelap, rambut pendek platinum, mata cantik, alis setebal sapu ijuk dan tubuhnya lebih pendek dari gadis di sebelah.

"Haruna, kau urus dia dan aku akan mengundang Delilah, oke?" pamit si pemuda Timur, meninggalkan temannya tergesa-gesa.

Sang gadis melebarkan senyum ganas. Terlalu lebar dan arogan hingga berhasil membuat Vale sedikit ketakutan.

"Oh, halo disana. Kami mengadakan halloween party pada akhir sabtu nanti. Semua detail ada dalam pamflet. Undangan ini bersifat eksklusif, jadi aku harap kau bisa datang."

Salvatore's Forbidden EcstasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang