Chapter four, Baker

48 7 0
                                    

Dua hari berlalu sejak kejadian Berta Diner dan juga dimulainya program 'pengucilan Miguel'. Vale serius ketika berpikir akan mempertahankan gelar orang asing diantara dia dan teman sekamarnya. Tidak akan ada pertemanan, kenalan atau apapun itu.

Dengan individu Miguel yang tidak banyak peduli, seharusnya program Vale berjalan sempurna dan begitulah yang terjadi selama empat puluh jam belakangan. Dia mencoba sesering mungkin beraktivitas dalam kamar dan keluar hanya saat keberadaan Miguel tidak terdeteksi.

Ini bukan tentang benci atau suka. Tapi Vale sadar jika penghuni lain apartemen ini menimbulkan perasaan tidak familiar dalam hatinya. Bohong jika dia tidak takut dengan fakta tersebut.

Mengingat rumor buruk yang beredar, membuat Vale takut saat menjalin hubungan dengan orang baru. Dia mempunyai trust issue, dimana Vale berpikir lebih baik menanggung segala hal sendiri daripada mempercayakannya kepada orang lain lalu dibuat kecewa.

Jika orang-orang melihatnya sebagai pecandu atau alkohol maniak. Maka biarkan saja, karena Vale tidak mengharapkan sesuatu dari orang asing. Tapi bila keluarganya mulai mempercayai rumor tersebut, dia akan merasa hancur sedalam-dalamnya.

Vale hanya ingin berdiri bersama mereka yang bisa dipercaya, tapi tidak cukup berani untuk keluar dari zona aman dan mencari orang dengan kriteria tersebut.

Oleh karena itu, ketertarikannya kepada Miguel harus segera dimusnahkan. Si mata kelabu juga sudah menunjukkan dengan jelas jika dia tidak menyukai Vale. Jadi, rencana ini bersifat win-win bagi kedua pihak.

Pada jam lima subuh, Adam dan Steve sudah bergemuruh dalam kurungannya, membuat sang pemilik mau tidak mau terbangun oleh alarm tak diundang itu.

"Anak bedebah." gerutu Vale kepada peliharannya, mengambil posisi duduk dan meregangkan tubuh malas. Ini terlalu dini untuk membuka mata, bahkan mentari saja masih sibuk menerangi belahan bumi sebelah.

Setelah memberikan apa yang Adam dan Steve inginkan, yaitu kacang-kacangan murah. Vale menggunakkan kacamata yang tidak pernah digunakan di tempat umum, karena kontak lensa lebih praktis apalagi untuk bersepeda dan kegiatan banyak gerak lainnya.

Merangkak keluar dari kamar untuk menyegarkan tenggorokan, ruangan di luar lamar gelap dan pengap. Membuatnya mendapatkan dorongan natural untuk menekan tombol sakelar.

Setelah semua diterangi cahaya lampu, Vale menemukan Miguel sedang meracik ramuan di meja dapur. Tubuhnya dilapisi apron biru beludru dan wajah sang pemuda terlihat suntuk, namun bukan jenis suntuk seperti orang yang baru bangun tidur. "Apa aku membangunkanmu?" tanyanya tanpa simpati, berlalu menjumpai kabinet di pojok ruangan.

Vale menemukan dirinya terlena pada penampilan pemuda itu untuk kesekian kali. Sudah dua hari dia tidak melihat teman sekamar itu dan sekarang matanya disuguhkan dengan pemandangan menawan Miguel menggunakan apron velvet bersinar yang terlihat sangat lembut ketika disentuh. Dia yakin, kelak pemuda ini akan menjadi juru masak yang seksi.

Program pengucilan Miguel! Vale mengingatkan dirinya.

Tapi dia sangat mempesona.

"Tidak, hamsterku lapar. Mereka membangunkanku." pemuda jangkung itu memejamkan mata, menyadari betapa bodohnya jawaban itu. "Maksudku, mereka sangat berisik. Apa kau mau menemuinya?" lanjut Vale cepat, demi menutupi kalimat sebelumnya.

Salvatore's Forbidden EcstasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang