Untukmu, Dariku.

28 2 0
                                    

Kala senja tak lagi kumenatap jingga.
Hitam, gelap dan luka yang kututupi.
tatkala rindu muncul disetiap saat.
Hanya bayang yang kukenang.

Kepergianmu memberikan abu-abu yang kian menggelap.
Satu persatu hilang diambil cerita yang lalu.

Tatkala hati kian merapuh akan hangat yang membeku.
Bayangmu semakin menjauh, yang kurengkuh hanya kenang.

Apa yang sebenarnya ingin kau beri?
Senyum, tawa, luka atau patah?.
Sebenarnya kita ini apa?.
Aku yang merasa atau kau yang tak peduli?.

Aku telah menggantungkan hidupku padamu.
Menjadikanmu rotasi disetiap putaranku. Menjadikanmu tujuan disetiap langkahku.
Menjadikanmu rumah disetiap pulangku.
Lantas aku kau anggap apa?.

Aku bukan wanita yang siap bercerita kisah hidup pada setiap mereka yang menyapa.
Aku bukan wanita yang memberikan ruang menatap disaat temu hanya sebatas.

Ternyata aku belum begitu mengenalmu.
Kau pergi disaat orang tuaku memilih jalan hidupnya masing-masing.
Kau pergi disaat hanya kau yang kulihat terang.
Hanya hangat peluk dan kalimat menenangkan yang kubutuhkan.

Aku benar-benar menyusun hidupku dari awal kembali.
Memakai topeng yang sebenarnya mudah untuk dihancurkan.
Memilih Sisi lain dari sang bintang yang kecil.

Ketika kau secara tak sengaja membaca ini.
Pulanglah, temui bintangmu.
Ada luka yang begitu besar yang ingin dia sampaikan.
Ada rindu yang tak bisa ia curahkan.

Ini tentang Bintang yang kehilangan jingga dan dunianya.
Tentang hatinya yang dipatahkan berkali-kali oleh kenyataan.
Tentang penantiannya yang entah kapan berakhir.

Kapan kita ditakdirkan bertemu, Lagi.

Makassar, 04 November 2020.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang