②⑥

13 3 0
                                    

Semalam, Kazuma mendapat kabar dari bibinya kalau ibunya sudah diperbolehkan pulang.

Kazuma yang mendengar kabar tersebut tentu merasa senang. Ia membantu ibunya mengemasi barang-barang. Senyum cerah terbit di kedua sudut bibir Hikari. Akhirnya ia bisa merasakan kebebasan setelah berhari-hari ia hanya berdiam diri di ruangan sunyi ini.

"Aku tunggu kalian di basement ya. Aku mau mengurus administrasi sebentar," ucap Hanabi–adik ipar Hikari.

"Terimakasih, Hanabi. Sudah mau membantu kami," ucap Hikari lembut.

Hanabi mengibaskan tangannya. "Ah, tidak perlu begitu. Kita kan keluarga."

Hikari dan Kazuma menanggapinya dengan senyuman.

"Kalau begitu aku keluar. Sampai jumpa nanti"

Hanabi pun berjalan ke luar ruangan.

Kazuma menutup tas berisi barang-barang milik ibunya. Akhirnya berkemas selesai.

"Kita pulang ke apartemen Kaz saja, ya, Ma," ucap Kazuma, duduk di samping ibunya.

Ibunya menatap Kazuma dengan alis bertaut. Wanita itu kemudian terkekeh.

"Kau ini kenapa? Mama pulang ke rumah saja."

Kazuma tampak menghela napasnya. "Ma, Kaz rasa Mama lebih baik tinggal di apartemen Kaz, bersama Kaz."

Hikari tersenyum dan mengusap puncak kepala anak semata wayangnya itu. "Kau masih kesal dengan papa?"

Kazuma hanya diam dengan pertanyaan Hikari. Ia jari teringat percakapannya dengan papanya tempo hari. Rasa penasarannya kembali muncul. Bahkan, di saat seperti ini, Hyoshi tidak datang untuk menjemput Hikari yang sudah boleh pulang dari rumah sakit.

Kazuma menatap ibunya, menelisik kebenaran yang bisa ia temukan dari sirat mata Hikari.

Sepertinya, aku harus segera menanyakannya pada Mama.

"Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang. Bibi Hanabi pasti sudah menunggu kita di basement."

Kazuma mengangguk. Ia berdiri dan membantu Hikari berdiri mengingat kondisi Hikari yang baru saja sembuh.

"Oh iya, di mana Kirei?"

Kazuma baru teringat kalau ia datang ke rumah sakit bersama dengan gadis cantik itu. Itupun karena Kirei yang memaksa padahal Kazuma sudah meminta agar gadis itu tetap di apartemen saja, menjaga tempat itu. Memang dasarnya Kirei yang tidak menerima penolakan. Akhirnya Kazuma mengalah.

"Dia bilang pergi ke toilet."

"Eum... apa tidak sebaiknya kita menunggu Kirei dulu?"

"Kita bisa menunggunya di luar."

Hikari menganggukkan kepala.
Kazuma membantu membawa tas dan sebelah tangannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Hikari. Kazuma menyesuaikan laju langkah Hikari.

"Kazuma, Bibi"

Terlihat seorang gadis tiba datang dari arah yang berlawanan dengan mereka. Itu Kirei. Gadis itu berlari kecil menghampiri Kazuma dan Hikari.

"Maafkan aku yang terlalu lama. Ada telepon yang harus ku jawab tadi."

Hikari tersenyum. "Tidak apa."

Berbeda dengan Hikari yang terkesan biasa saja dengan pernyataan Kirei, Kazuma menatap Kirei penasaran. Apalagi ketika gadis itu berkata kalau dia baru saja menjawab panggilan telepon. Kazuma curiga. Pikirannya kembali terlempar saat ia mencuri dengan pembicaraan Kirei dengan seseorang via telepon di rumah sakit tempo hari. Ia curiga orang yang menelepon tersebut adalah orang yang sama.

BODY LANGUAGE [TAMAT✓] | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang