46 14 0
                                    

Minami masih saja berjalan bolak-balik di kamarnya. Entah apa yang sedang ada di pikirannya.

Ia semakin resah ketika melirik lembaran kertas di tangannya. Lembar lirik lagu yang diberikan oleh Mika tadi.

Kenapa harus lagu ini?

Kenapa harus lagu ini?

Kenapa harus lagu ini?

Pertanyaan itu terus saja bersarang di benaknya. Kenapa ia merisaukan lagu tersebut? Mari kita simak bersama.

Dulu, ada seseorang yang selalu menyanyikan lagu itu untuknya. Dia selalu menyanyikan lagu itu dan pelan-pelan Minami juga ikut hafal dengan lagu tersebut, walaupun ia tidak bisa menyanyikannya. Karena sudah hafal betul dengan lagu tersebut, sesekali ia memainkan chord gitar dan mereka menyanyi bersama. Namun, nasibnya sama seperti lagu tersebut.

Hampa.

Sunyi.

Dan...

Menyesakkan.

Padahal, sudah selangkah lagi, tapi ada satu keputusan yang memaksa mereka untuk berpisah ke jalur yang berbeda.

Sejak itulah, ia berniat untuk tidak mendengarkan dan memainkan lagu tersebut. Mengingat lagu itu sama saja membuka luka lama yang sudah mengering.

Minami menghela napas pelan mengingat kejadian itu.

Apakah aku bisa membawakan lagu ini lagi?

Tepat ketika Minami memejamkan mata, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Minami segera berjalan menuju pintu dan meraih kenopnya.

PLAK!

Satu tamparan telak menyerang pipi sebelah kanan Minami ketika pintu terbuka.

Seorang lelaki paruh baya tampak menahan amarahnya. Minami masih terkejut dengan tindakan lelaki yang ia sebut sebagai 'ayah'.

"Anak tidak tahu diuntung!" seru Ayahnya dengan keras. "Kenapa di dapur tidak ada masakan apapun, hah?! Apa saja yang kau lakukan di rumah tadi?!"

Minami masih memegangi pipi kanannya yang terasa panas juga perih. Ia hendak mengambil notes di saku baju, namun tangan ayahnya langsung mencekal pergelangan tangannya. Langkahnya terseret.  Ia hanya bisa diam sambil menahan rasa sesak di dadanya.

Kenapa hal ini terus terjadi padaku?

Mereka berdua sampai di luar rumah. Dengan kasarnya, ayahnya mendorong tubuh Minami hingga tersungkur di lantai yang dingin. Ditambah cuaca yang sedang hujan.

"Sekarang kau pergi dan belikan makanan untukku! Aku tidak mau tahu, kau harus membawakanku makanan! Kalau tidak..." ayahnya menjeda kalimatnya sejenak. "Jangan harap aku akan membukakan pintu ini untukmu!"

BRAKKKK!

Minami tersentak mendengar suara pintu rumah yang ditutup dengan sangat keras.

Kini hanya ada Minami yang ada di luar rumah.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Hari ini hujan, sedangkan payung dan mantel ada di dalam rumah. Dan aku hanya memakai baju lengan panjang dan rok pendek.

Minami menghela napas pelan dan berusaha untuk berdiri. Ia merogoh saku bajunya.

Dengan uang segini... apa cukup?

Minami memandangi sisa uang yang ia miliki dengan miris. Tapi Minami tidak akan menyerah begitu saja. Apapun caranya ia harus mendapatkan apa yang ayahnya inginkan.

BODY LANGUAGE [TAMAT✓] | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang