②⑧

10 3 0
                                    

Kirei terdiam dengan cecaran pertanyaan dari Kazuma.

Memang sedikit, hanya tiga biji tapi untuk menyusun jawabannya butuh pemikiran tingkat tinggi.

"Jawab Kirei!" desak Kazuma.

Laki-laki itu tampaknya sudah di ujung kesabaran. Ia harus tahu semuanya sekarang. Jangan sampai ia kembali menduga-duga dan berprasangka buruk pada gadis di hadapannya ini.

Suara ponsel berdering menginterupsi. Kirei gelagapan dan berusaha untuk mematikan ponselnya.

Kazuma memiringkan kepalanya menatap Kirei. Seperti ada yang tengah disembunyikan oleh gadis itu.

"Siapa itu? Kenapa tidak dijawab?"

"Eum... i-itu bukan siapa-siapa. Hanya nomor tak dikenal."

Ponsel Kirei kembali berdering. Ketika Kirei hendak mematikan sambungan telepon, ponselnya sudah berpindah tempat ke tangan Kazuma. Laki-laki itu merebut ponsel Kirei. Kirei membuka mulutnya terkejut. "Kaz, kembalikan!"

Kazuma tidak membiarkan ponsel itu kembali pada pemiliknya. Ia menatap layar ponsel yang masih menampilkan notifikasi panggilan masuk. Senyum miring tercetak di bibir Kazuma ketika melihat caller's ID di layar.

Paman Hyoshi

Itu pasti papanya Kazuma.

"Mari kita dengarkan apa yang sudah kalian rencanakan selama ini," ucap Kazuma sinis.

Kazuma menekan ikon 'jawab panggilan'. Ia menekan loudspeaker agar Kirei juga bisa mendengar.

Kirei menggigit bibirnya resah. Mati sudah dirinya. Ia tidak bisa apa-apa sekarang. Sebentar lagi rahasianya pasti akan terbongkar.

"Halo, Kirei. Bagaimana? Apa perkembangan yang bisa aku dengar darimu tentang Kaz? Apa dia berhasil kau bujuk untuk mengikuti permintaanku? Apa dia masih berhubungan dengan gadis bernama... ah siapa ya namanya? Mi-Mina-siapa–"

"Minami!" seru Kazuma.

Kirei membulatkan matanya mendengar suara Kazuma. Bendera perang sudah berkibar sepertinya.

Hening. Hyoshi sepertinya terkejut mendengar suara yang tak asing di telinganya.

"Kaz? Kaukah itu?"

Kazuma tersenyum sinis. "Ya, ini aku. Apa yang tengah kau rencanakan dengan Kirei? Memaksaku untuk mengikuti permintaanmu, hm? Sudah ku katakan berulang kali bahwa aku tidak tertarik. Sekalipun aku adalah pewarismu, aku tetap tidak tertarik. Itu bukan duniaku."

"Kaz, kau berpikiran seperti itu karena kau belum belajar. Kau hanya perlu waktu untuk mempelajarinya."

Kazuma terkekeh sinis. "Haha, terimakasih atas masukannya. Tapi aku tetap pada pilihanku. Sepintar apapun kau memaksaku, aku tidak akan berubah pikiran. Lagipula aku bisa hidup tanpa perusahaanmu."

"Jaga ucapanmu, Kaz!"

"Oh ya, selamat. Ceritamu tempo lalu tentang mama memang benar adanya. Ku kira kau berbohong. Ku akui aku bersalah karena aku sudah berburuk sangka padamu. Aku minta maaf. Satu lagi, jangan pernah ikut campur sedikitpun tentang kehidupan pribadiku. Jangan pernah libatkan Minami dalam permasalahan ini."

Kazuma mematikan sambungan telepon dengan sepihak. Napas Kazuma memburu, usai meluapkan emosinya. Masa bodoh dia menjadi anak yang tidak sopan pada orang tuanyan sendiri.

Kazuma kembali beralih menatap gadis di hadapannnya tajam. Kirei menundukkan kepala, menghindari tatapan Kazuma yang mengerikan baginya.

Senyum miring Kazuma kembali tercetak. Entahlah, Kazuma sepertinya sedang senang dengan ekspresi tersebut hari ini. "Pertanyaan pertama sudah terjawab. Ternyata benar dugaanku selama ini kalau kau ada rencana busuk dengan papa."

BODY LANGUAGE [TAMAT✓] | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang