③①

10 2 0
                                    

Hari ini adalah acara kelulusan bagi siswa tingkat akhir di sekolahnya.

Minami tidak ikut dalam acara itu. Gadis itu lebih memilih bekerja di cafe. Alasannya, karena ia tidak biasa menghindari acara seperti itu. Bahkan tahun lalu ia juga tidak datang dan toh tidak ada yang mencarinya juga. Memang siapa dia?

Minami hanya bisa membayangkan keseruan acara itu dalam pikirannya. Alasan lain di balik ketidakhadirannya dalam acara itu karena ia belum siap. Belum siap dengan kenyataan yang akan ia jalani setelah perpisahan itu di mana Mika akan pergi meninggalkan Jepang menuju negara yang nun jauh di sana–Amerika.

Minami bertugas mencuci peralatan. Kebetulan pengunjung tidak terlalu ramai karena masih masuk dalam jam kerja. Minami merasa bisa sedikit melupakan beban pikirannya beberapa hari terakhir. Ia fokus mengerjakan tugasnya.

Piring terakhir sudah ia tuntaskan. Ia mencuci tangannya dengan sabun dan memilih untuk beristirahat sejenak. Ia mengecek ponselnya. Memeriksa apakah ada pesan masuk atau tidak. Walaupun ia yakin 100% kalau itu tidak mungkin terjadi. Lagipula tidak ada juga yang menyimpan kontak milik gadis itu. Oh, ada. Mungkin hanya Kazuma atau Mika. Yang lain, hanya sekadar kontak yang salah hubung alias menyasar.
Minami mengerutkan kening ketika ia temukan pesan beruntun yang masuk di ponselnya.

Gadis itu berdecak kesal ketika melihat nama kontak si pengirim.

Kazuma
Minami
Kau di mana?
Jawablah!
Hey!

Minami berdecak lagi. Ia biarkan pesan tersebut tanpa berniat untuk membalasnya. Biarlah, memang apa pedulinya toh juga tidak penting juga ia peduli.

Minami kembali mengerutkan keningnya ketika satu buah pesan datang dari orang yang sedang ada pikirannya beberapa waktu lalu.

Mika Senpai
Kau di mana?

Hanya pesan itu yang masuk ke dalam ponsel Minami. Walau begitu, pesan tersebut sukses membuat Minami kehabisan kata-kata. Pasalnya, ia sangat jarang berkomunikasi dengan Mika. Baik secara langsung atau via media sosial.

Sama halnya dengan nasib Kazuma, Minami hanya membaca pesan tersebut tanpa berniat untuk membalasnya namun dengan alasan yang sedikit berbeda. Tentu, Minami tidak ingin terlihat tidak baik-baik saja. Walaupun ia masih berusaha keras untuk merelakan kepergian Mika nanti.

Seharusnya Minami bisa saja tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Tapi, entahlah, ia terasa berat untuk melakukannya. Ia akui sikap Mika perlahan-lahan mulai berubah lebih hangat semenjak laki-laki itu diminta Zuicha sensei untuk menjadi guru pembimbing untuk kontes Festival Musik & Seni beberapa waktu lalu.

Minami mematikan ponselnya berusaha melupakan hal tersebut dari pikirannya.

Ia berdiri dari duduknya dan hendak kembali bekerja, namun gerakannya terhenti ketika salah seorang rekan memanggilnya.

"Hei, Minami! Kau bisa bantu aku?"

Minami berjalan mendekati rekannya itu menaikkan kedua alisnya.

"Aku akan pergi sebentar untuk membeli sesuatu. Sementara aku titip layani pelanggan yang duduk di sana."

Minami mengikuti arah pandangan rekannya. Terlihat sesosok gadis dengan sweater hijau army yang menutupi tubuhnya. Rambut cokelat panjangnya jatuh tergerai hingga sebatas pinggang. Sayang, posisi gadis itu membelakangi dirinya.

"Aku pasrahkan padamu ya, Minami."

Belum sempat Minami menbuka mulutnya untuk menjawab, rekannya itu berjalan terburu meninggalkannya. Minami menghela napasnya.

BODY LANGUAGE [TAMAT✓] | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang