Tiga

1.8K 142 1
                                    

~Sad Smile~
PLEASE VOTE & COMMENT

Bunyi klakson terdengar nyaring memasuki indera pendengaran Sean, yang lalu berlari ke arah jendela kamar kostnya untuk melihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi klakson terdengar nyaring memasuki indera pendengaran Sean, yang lalu berlari ke arah jendela kamar kostnya untuk melihat. Disana, sebuah mobil metalik hitam terparkir diparkiran kost. Didalamnya Enjel tampak melambai ke arah Sean yang saat ini turut membalas lambaiannya. Hari ini Enjel menepati janjinya untuk menjemput Sean pindah dan tinggal bersamanya, yang juga bertepatan dengan selesainya Sean berkemas.

Tok2x

"Sebentar..." sahut Sean dari dalam sembari memasukkan bingkai foto yang terakhir ke dalam kopernya, lalu berlari ke pintu.

"Enjel" sapanya, dibalas wanita itu dengan senyuman.

"Apa kau sudah siap?"

"Mm" angguk Sean, lalu berlari kembali ke dalam untuk mengambil barang-barangnya.

Enjel tetap berdiri memperhatikan Sean dari luar pintu yang terbuka leber, pandangannya meluas ke seluruh isi ruangan yang berukuran kecil dan sempit itu. Walau terlihat begitu sederhana, tapi dari penataan seisi ruangan tersebut Sean adalah tipe orang yang menyukai kerapian dan kebersihan. Tipe pria yang sangat diidam-idamkan banyak wanita, termasuk dirinya sendiri jika saja pria itu saat ini tidak hamil.

"Apa kita sudah boleh pergi?" tanya Sean, seketika membuyarkan lamunan Enjel.

"Ahーmaaf, tentu saja" jawabnya, lalu meraih sebuah koper dari tangan Sean tanpa menunggu ijin.

"Terima kasih..."

"Tidak masalah, sudah sewajarnya membantu orang lain apa lagi dalam keadaan hamil" ucap Enjel melirik sekilas perut kempis Sean sembari tersenyum.

Dalam perjalanan menuju ke kediaman wanita itu, Sean tak henti-hentinya bercerita. Sesekali ketika ia merasa mual, Enjel terpaksa harus menghentikan laju mobilnya. Yah... Wajar saja, karena kondisi yang dialami Sean saat ini adalah fase yang sama dialami ibu hamil pada umumnya. Setelah memastikan keaadan pria itu sudah merasa lebih baik, Enjel kembali menjalankan mobilnyaーtapi sedikit lebih pelan agar Sean tetap merasa nyaman.

"Mm... Oya, bagaimana dengan tempat kerjamu?" tanya Enjel.

Sean lalu tersenyum, "aku berhenti" jawabnya singkat tapi tetap lurus memandang ke depan.

"Mengapa?"

Sean menggeleng, tapi ia tidak menjawab. Enjel yang merasa tidak enak bertanya lebih jauh pun hanya terdiam, ia tau pasti ada alasan mengapa Sean terpaksa melakukannya. Dan besar kemungkinan itu semua karena ia memaksa Sean untuk tinggal bersamanya, dan merasa tidak enak jika nanti menyusahkannya. Jika itu benar, maka Sean salah. Enjel tidak pernah berpikiran seperti itu, semua yang ia lakukan atas dasar ketulusan dalam membantu dan merawat pria itu dan janinnya.

"Aku hanya tidak ingin kelelahan dan membuat janinku dalam bahaya" jawab Sean, lalu menoleh pada Enjel "dan sebagai ganti dari niat baikmu aku akan menyerahkan bayiku padamu untuk menjadi Ibunya kelak" sambungnya tersenyum.

PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang