Seorang gadis dengan air mata yang sudah tidak mampu untuk tertahan itu menatap sesosok lelaki dan perempuan dengan rasa yang pilu. Namanya Bintang Aletta Suryono. Siswa berprestasi dengan luka seribu satu belati di hati. Siswa SMA Negeri 1 Dandelion Abasky atau SMANSADA itu masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Kekasihnya menduakan dirinya dengan sahabatnya.
Perlahan ia memundurkan langkah kakinya. Ia tak kuat melihat kekasihnya dengan sahabatnya bercumbu di atas rooftop SMANSADA dengan seragam Venus dan Geraldi yang terbuka sempurna. Ini adalah tempat dimana Geraldi menyatakan perasaannya kepada Bintang dan ini jugalah tempat ia melihat Geraldi menduakannya dengan Venus.
Niatnya adalah untuk mengajak Geraldi pulang setelah selesai mengikuti rapat Olimpiade Kemendikbud. Tapi ternyata?
Bintang berjalan pilu di sepanjang koridor jurusan kelas XII MIPA. Orang-orang yang berpapasan dengannya menatap heran karena tidak biasanya anak emas sekolah itu terlihat murung.
Sakit tapi tak terluka.
Itulah yang ia rasakan. Kapan ia mendapatkan kasih sayang dari orang-orang?Ayahnya menelantarkannya, Ibunya terlalu mengekangnya untuk belajar dan guru-guru memberdayakan dirinya untuk menambah pemasokan piala di sokolahnya.
Nikmat hidup mana lagi yang akan ia dapatkan?
Seminggu setelah kejadian, ia sudah mulai berjalan tanpa ada bayang-bayang Geraldi dan Venus. Ia kembali menjalani rutinitasnya menjadi siswa cemerlang kebanggaan SMANSADA.
Olimpiade memperebutkan piala Kemendikbud menjadi rutinitas yang Bintang kerjakan. Setiap malam ia belajar dan hanya mendapat jatah tidur dua jam oleh sang Ibu.
Sebagai seorang dosen di Universitas Sakaraja seharusnya beliau dapat memahami Bintang dan mengerti keadaan fisik Bintang, tapi yang terjadi malah sebaliknya.
Ada rasa sakit yang ia rasakan saat orang yang melahirkannya tidak mengetahui apa yang ia mau.
Bruk!
“Bintang! Mau jadi apa kamu?” bentak Ibunya sembari melempar kertas latihan soal olimpiade.
Bintang mengambil kertas itu dan mendapat beberapa soal yang jawabannya tidak tepat.
Bintang menundukkan kepalanya. Saat-saat seperti ini ia tidak mampu untuk melawan. Jangankan sekedar melawan, untuk menatap mata Ibunya saja ia tidak memiliki keberanian sama sekali.
“Kamu itu kenapa ha?” bentak Ibunya lagi sembari mengangkat kedua dagu Bintang.
Barulah disitu terpampang wajah Bintang yang letih. Kantung matanya membesar dan tatapannya sayu. Ini baru pukul tiga pagi dan Ibunya baru saja selesai pulang dan mendobrak pintu kamar Bintang.
Plak!
“Kamu pikir dengan kamu menangis kamu bisa pintar? Ha!”
Setelah berkata demikian Ibunya pergi meninggalkan Bintang.
Sekarang pipinya sudah memerah dan terduduk dilantai. Dapatkah ia tersenyum dan berkata baik-baik saja pada dunia seperti sebelum-sebelumnya?
Bintang berdiri lalu membuka laci meja belajarnya dan mengambil beberapa butir obat putih dan orange. Mengambil dan meminumnya secara berlebihan. Setelah itu ia kembali belajar karena ia sudah tahu betul sebentar lagi Ibunya akan datang memeriksa keadaannya.
5 November 2020, menjadi saksi bisu kehidupannya. Didepannya terdapat batu nisan dengan nama sang Ibu yang terpahat dengan jelas. Pilu kembali menyerang hatinya, Ibunya mengidap penyakit kanker otak dan ia tidak mengetahui hal itu sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVENT CERPEN : SADGIRL
Short StoryEvent Cerpen November Semua orang boleh mengikuti event ini. Event diadakan tanggal 1 sampai 20 November. Pendaftaran ditutup. Tema cerpen adalah sadgirl Genre cerpen hanya Teenfiction, romance, atau chicklit. Selamat mencoba semoga beruntung🌻