“Awas-awas Burik lewat”
“Sok kecantikan banget tuh orang”
“Kenapa Nendra bisa pacaran ya sama cewek Burik itu”
“Gue dukung Nendra sama Gina ketimbang sama Burik”
Itulah ucapan-ucapan disaat Anindya Batari melewati koridor untuk menuju kelasnya. Memang Anin tak secantik kebanyakan siswi di sekolahannya. Dia memiliki wajah yang kusam dan seperti tidak terawat serta jangan lupakan soal jerawat yang hinggap di wajahnya. Selama ini, Anin selalu dikucilkan oleh teman-temannya. Anin hanya memiliki seorang teman yaitu Mahadana Gunandya Putra.
Saat ini, Anin sedang berada di pinggir lapangan untuk menonton Nendra yang sedang bermain basket. Anin adalah pacar dari Ganendra Argani. Tapi bagi Nendra, Anin adalah kuman yang harus secepatnya dibunuh.
Anin menonton bersama siswi lain, bahkan mereka meneriaki nama Nendra dan teman-temannya termasuk Dana yang juga salah satu teman dari Nendra. Melihat mereka telah selesai bermain, Anin mendekat ke arah Nendra sambil membawa minuman dingin dan sapu tangan untuk Nendra. “Ndra, nih buat kamu,” ucap Anin sambil menyodorkan minuman dan sapu tangan, namun malah ditepis oleh Nendra.
“Nggak usah caper,” ucap Nendra dengan nada dingin.
Tak lama kemudian, datang sekumpulan siswi yang terbilang famous di sekolah mereka, siapa lagi kalau bukan Nagina Radhya. “Hai Ndra, nih buat kamu,” ucap Gina.
“Makasih, Gin,” ucap Nendra sambil menerima minuman dari Gina.
“Sini Ndra, aku lapin keringat kamu,” ucap Gina. Nendra hanya menjawab dengan senyuman dan mendekat ke arah Gini, bahkan ia acuh dengan keberadaan Anin yang sedari tadi masih berada di dekatnya.
Karena Anin bukan tipe pengganggu, ia memilih untuk pergi dari hadapan mereka. Anin sadar keberadaanya tak pernah dianggap sampai kapan pun, ia juga sadar bahwa mana mungkin Nendra meliriknya kalau di sebelahnya ada Gina yang bisa dibilang sempurna bagi kaum Adam.
Setelah pergi dari lapangan, Anin memilih pergi ke taman belakang sekolah, ia enggan mendengar kata-kata pedas yang dilontarkan semua orang yang melihat kejadian tadi.
“Kenapa lo?” tanya Dana mengagetkan Anin yang sedang melamun.
“Astagfirullah”
“Ngagetin tau nggak?” ucap Anin sambil mengelus dadanya.
“Lagi mikirin Nendra ya?” tanya Dana lagi.
“Nggak kok, aku cuma pengen sendiri aja, males dengerin komentar netizen.”
“Bisa aja lo.”
“Minuman lo tadi mana, gue haus,” ucap Dana.
“Nih,” ucap Anin sambil menyodorkan minuman yang sempat ditolak oleh Nendra.
“Makasih Aninku yang baik hati dan tidak sombong,” ucap Dana sambil terkekeh.
“Udah mau bel nih, kita ke kelas aja dari pada dihukum,” lanjut Dana. Anin hanya menjawab dengan mengangguk kepalanya.
Mereka segera meningalkan taman belakang sekolah dan menuju kelas mereka masing-masing.***
Anin sedang menunggu angkot di halte. Dia menunggu sambil bernyanyi untuk menghilangkan rasa bosan.
Sampai di rumahnya yang terbilang sederhana dan minimalis. Dia bergegas membersihkan diri. Anin hanya tinggal sendiri di rumah itu. Orang tuanya sudah meninggal sekitar 3 tahun yang lalu, dia juga anak tunggal. Selama ini dia harus menghidupi dirinya sendiri. Bukan karena kerabatnya menelantarkan dirinya, tapi karena Anin tidak mau merepotkan mereka. Dia selama ini bekerja sebagai pelayan kafe, walaupun gajinya sedikit setidaknya bisa untuk memenuhi kebutuhan. Masalah biaya sekolah sudah ditanggung oleh pamannya. Paman Anin tidak mau membebani Anin terlalu berat agar dia juga bisa fokus ke sekolah yang dia jalani.
![](https://img.wattpad.com/cover/246267575-288-k173520.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EVENT CERPEN : SADGIRL
Short StoryEvent Cerpen November Semua orang boleh mengikuti event ini. Event diadakan tanggal 1 sampai 20 November. Pendaftaran ditutup. Tema cerpen adalah sadgirl Genre cerpen hanya Teenfiction, romance, atau chicklit. Selamat mencoba semoga beruntung🌻