Yang selama ini Risa takutkan pun terjadi, melihat orang tuanya pergi dengan kehidupannya masing-masing. Risa hidup berdua dengan kakaknya, Ria. Mungkin kehidupannya akan jauh lebih baik saat kedua orang tua yang hanya mementingkan harta, tak pernah memberikan kasih sayang itu pergi. Realita tak semanis espektasi, benar! Kehidupannya malah semakin memburuk semenjak orang tua mereka pergi.
Perlakuan sang kakak kepada adiknya seperti majikan yang kejam kepada pembantu. Setiap hari Risa harus menahan air mata agar terlihat tegar untuk menghadapi semua perlakuan sang kakak.
"Kak, aku berangat sekolah dulu ya?"
"Eits.... lu dah sarapan belum?" Tanya Ria. Risa hanya menggeleng menanggapi pertanyaan sang kakak. "Sini sini sini! Sarapan dulu dong, entar sakit lho kalau gak sarapan dulu," lanjutnya.
Risa sedikit merasa senang atas perlakuan kakaknya yang perhatian kepada dirinya, ia berharap kakanya akan terus bersikap baik dan akan terus seperti ini. Ia menghampiri Ria yang duduk di meja makan.
"Makasih ya kak"
"Nih makan!" Ria menyodorkan makanan... sisa?
'Makanan sisa?' Harapannya sirna, Risa mengira kakanya telah berubah, ternyata sama saja, kejam! Ia mulai menarik kursi untuk duduk. Belum sempat ia mendudukkan dirinya di kursi, Ria dengan cepat menarik kursi tersebut, alhasil Risa jatuh terjungakal akibat ulah sang kakak.
"Siapa yang nyuruh lu duduk disini? Gak ada 'kan? Duduk di lantai!" Demi sesuap nasi, ia rela menuruti perintah kakaknya.
"Nah gitu dong, harus nurut sama majikan!" Ria tertawa puas atas perlakuannya kepada Risa.
'Majikan? Inget ya kak, kita lahir dari rahim yang sama dan aku masih bertahan disini karena kamu satu-satunya keluarga yang aku punya. Mereka? Manusia tak punya belas kasiahan itu? Mereka udah aku anggap mati!' Risa tersenyum getir, di hati kecilnya ia menyayangi orang tua yang telah merawatnya dari kecil, rasa benci yang terlalu besar telah menutup hati kecilnya yang rapuh. Kenapa kehidupannya harus seperti ini? Kehilangan kasih sayang dari yang namanya 'keluarga'.
-----
"Ris, bisa bicara bentar?" Vio menarik tangan Risa, membawanya ke taman belakang sekolah. Vio adalah anak dari pemilik SMK ini yang menjabat sebagai kekasihnya Risa.
"Ada apa?" Tanya Risa saat mereka sampai di taman.
"Ada yang mau aku omongin sama kamu."
"Ya iya lah ngomong sama aku, kan disini cuma ada aku sama kamu, ya mungkin kamu mau ngomong sama pohon mangga di pojok itu. HAHAHAHAHA!" Risa menyeka air mata yang keluar saat ia tertawa.
"Dalam situasi kaya gini lu masih bisa ketawa ya?" Vio merasa aneh dengan lawan bicaranya ini. 'Dia sehat 'kan?' Lanjutnya dalam hati.
"Emang mau ngomong apa sih? Kayaknya penting," Risa menerka-nerka apa yang akan dikatakan kekasihnya ini, jangan sampai ada kata "PUT-"
"Kita putus!" Vio berkata final. Seperti luka yang disiram denga cairan lilin panas, perih dan sakit. Yang Risa rasakan saat ini, hatinya hancur. Kehilangan orang yang ia sayangi untuk kedua kalinya? Mereka pergi tanpa alasan yang pasti? Dunia memang tidak adil baginya!
"Bilang apa tadi? Putus? Okay, aku turutin. KITA PUTUS!" 'Ternyata selama ini kamu cuma penasaran doang? Setelah tau yang sebenarnya kamu pergi gitu aja? Cih!' Risa tersenyum getir diakhir kalimatnya.
"Lu gak nangis?" Pertanyaan macam apa itu? Nangis? Oh tidak semudah itu!
"Nangis? Kamu ngarep aku nangisin kamu gitu? Kamu 'kan gak wafat, ngapain aku tangisin."
KAMU SEDANG MEMBACA
EVENT CERPEN : SADGIRL
Cerita PendekEvent Cerpen November Semua orang boleh mengikuti event ini. Event diadakan tanggal 1 sampai 20 November. Pendaftaran ditutup. Tema cerpen adalah sadgirl Genre cerpen hanya Teenfiction, romance, atau chicklit. Selamat mencoba semoga beruntung🌻