Loh!

11 1 0
                                    

Siapapun pasti akan mempunyai feeling saat dipandangi oleh seseorang begitu lama. Apalagi beberapa hari kamu menemukan matanya melihat kearahmu. Beberapa hari ini aku memang mengerjakan tugas kuliahku di cafe dekat dengan tempat tinggalku. Dan beberapa hari ini juga aku mendapati seseorang sering kali mencui-curi pandang kearahku. Awalnya aku abaikan namun lama-lama jengah juga. Mungkin aku mirip mantannya. Batinku dalam hati. Aku membereskan barang-barang dan beranjak keluar. Hampir sampai di pintu keluar ada tangan seseorang yang menahanku. Satu alisku terangkat, mungkin refleks semua orang juga akan begitu saat mendapati seseorang yang tidak dikenal menahannya. "Siapa ya?" tanyaku dengan nada sopan. "Aku Yuan." Aku mengernyit mendengar namanya. Seperti tidak asing di telingaku. "Yuan? Yuan temen gue? Sahabat gue? Mantan gue? Atau suami gue?" dia mengernyit bingung. Iya, aku orangnya se-receh ini dengan orang yang sudah lama ku kenal. Meskipun aku baru bertemu 'Yuan' hari ini tapi namanya terdengar tidak asing. "Kamu udah bersuami?" aku gelagapan sendiri. "Belom eh." Balasku dengan suara keras. Dia tertawa sambil mempersilahkan aku untuk duduk di bangkunya. Untuk menghormatinya aku menurut dan duduk berhadapan dengannya. "Kamu beneran nggak inget aku?" bahasanya formal banget duh. Aku menggeleng pelan sambil mencoba mengingat siapa Yuan ini. "Aku temen kamu waktu SMA." Aku ber oh panjang sambil berusaha mengingat lagi. Lagian orang ini kenapa maskernya tidak dilepas dulu biar aku tahu dia siapa.

Kebetulan SMA-ku dulu hanya kelasku yang tidak di acak saat kenaikan kelas. dan ada 5 kelas jurusan IPA, 5 kelas jurusan IPS dan 3 kelas jurusan bahasa. "Kamu anak kelas IPA berapa dulu?" Dia menggeleng sambil tersenyum. Sumpah, aku orangnya sangat pelupa dengan teman-teman dulu kecuali mereka masih kontak denganku sampai sekarang. "Aku dulu anak IPS 2." Jawabannya entah kenapa membuat jantungku berdetak lebih cepat. Aku masih mengernyit bingung ke arahnya. "kita dulu pernah deket waktu kelas 11." Deg. Dugaanku tepat sekali. Karena aku dulu hanya mengenal beberapa anak IPS. "Aah, Yuan Bagaskara?" kali ini aku benar-benar ingat siapa 'Yuan' ini. Dia mengangguk sambil tersenyum lebar. Masker yang menutupi sebagian ajahnya ia buka. Dan ya, aku tau siapa dia. Suasananya menjadi sedikit canggung. Aku ingat sekali orang ini yang membuatku kelimpungan semasa SMA. Bisa dibilang aku ini orang yang mudah sekali menyukai orang namun sulit untuk benar-benar jatuh cinta. Dan dia, adalah orang yang membuatku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya.

Aku menunduk memainkan mug berisi coklat panas di depanku. Kebetulan cuacanya mendukung sekali. Gerimis yang bisa membuat baju basah jika diterjang. Cokelat panas ini dia yang memesan, katanya gantian dia yang traktir karena aku dulu udah sering jajanin dia. "Kamu sedang apa di kota ini?" aku mengangkat wajah namun berusaka tidak menatap matanya. Aku menjawab sedang berkuliah dan bertanya balik. Ternyata dia kerja di cafe ini. "Eh ini nggak papa ngobrol sama kamu? kamu kan kerja." Tidak lucu kan tiba-tiba bos nya datang dan menegurnya lalu menyalahkanku karena mengganggu kinerja nya. "Santai aja, aku udah selesai kerja kok." Aku tersenyum lega. Setidaknya kejadian konyol yang aku bayangkan tidak akan terjadi. "Maaf, aku pulang dulu ya udah sore." Pamitku setelah menghabiskan cokelat panas yang dia belikan, lumayan kan gratis. "Aku antar ya, lagian juga hujan." Dengan cepat aku menggeleng. "Nggak perlu, kos ku deket sini kok." Sungguh aku tidak enak jika harus merepotkan dia. "Bener nggak mau diantar?" Dia mencoba menggoyahkan keyakinanku sepertinya. "Yaudah minta nomor kamu aja, nih." Smartphone nya sudah ada dihadapanku. Dengan ragu aku mengambilnya. Modusnya lancar banget orang ini. "Cuma mau memastikan kamu baik-baik aja sampai kos." Sepertinya orang ini bisa membaca pikiranku yang melantur kemana-mana. "Udah. Pulang dulu ya." Ucapku lalu berlari menerjang hujan. Sejujurnya aku masih mendengar teriakan Yuan saat mengucapkan 'hati-hati di jalan'

Sampai di kos aku segera mengganti bajuku yang basah dengan baju rumahan biasa. Menata semua buku di meja belajar, mengumpulkan baju kotor untuk di cuci besok dan menidurkan badan yang butuh istirahat. Kemudian aku teringat sesuatu tentang Yuan. Aku meloncat menuju meja belajar dan mencari kotak kecil berwarna hijau. Di sana ada flashdisk 16 GB yang tidak pernah aku pakai. Namun isinya sangat-sangat berarti. Mengeluarkan laptop, dan kembali membuka isi flashdisk itu. Sebelum benar-benar membukanya aku mengambil smartphone dan menghubungi sahabatku. Setelah pulang dari cafe tadi aku tidak berani menghidupkan wifi, takutnya Yuan mengirimkan pesan lewat whatsapp sedangkan aku sekarang malas membalas chat yang masuk. "Tumben lo nelpon gue Ri." Aku diam sebentar. Bingung memulai cerita ini darimana. "Lo inget nggak sama Yuan?" Ada jeda waktu lama sebelum terdengar suara ia menghela nafas panjang.

"Yuan yang bikin lo gagal move on berbulan-bulan itu kan? Yuan anak IPS yang suka bolos di UKS itu kan? Yuan yang.." Segera kusela sebelum ia mengoceh lebih panjang. "Iya itu. Intinya Yuan yang itu." Lalu aku menceritakan pertemuanku dengannya beberapa jam yang lalu. Sambil bernostalgia seperti apa Yuan dahulu. Ternyata banyak kejutan yang tidak pernah kita sangka sebelumnya akan datang pada masanya. Mungkin dulu saat aku meminta pada tuhan untuk menjadikannya milikku, tuhan punya rencana lain. Dan sekarang aku percaya, ada banyak rahasia dibalik rahasia.

Key temanku sejak lama. Kami satu SMP dan terpisah saat SMA karena kami sekolah beda kota. Dulu kita sering bertukar cerita lewat telephone, sampai sekarangpun masih. Dan dia berhasil kuliah di kota impianku. Yogyakarta. Liburan semster aku ingin sekali kesana, namun selalu tidak ada waktu yang tepat. Terakhir bertemu dengannya saat kami baru lulus SMA. "Ri lo tau kan dia dulu kayak apa." Aku mengangguk meskipun Keara tidak akan melihatnya. "Lo kenapa mengulang kebodohan yang sama sih?" Bentaknya penuh kesal. Ia tahu seperti apa aku dahulu saat Yuan pergi. Aku menenangkan Key dengan kata-kata andalanku. Akhirnya aku pamit untuk tidur sebelum ia berceramah lebih panjang lagi. "See you in Jogja soon." Setiap aku mengucapkan ini Key akan lebih panjang berceramah mengatakan aku hanya wacana saja. Aku tertawa dan segera menutup sambungan telephone.

Pandanganku jatuh pada laptop yang masih menyala menampilkan folder yang ada di dalam flasdisk bernama 'memories'. Tanganku bergerak mengendalikan kursor dan membuka folder berjudul 'ALL' dengan tulisan kapital semua. Aku ingat sekarang, folder ini berisi semua tentangnya, semasa SMA. Di dalam folder itu masih ada folder-folder berikutnya. Sampai di dalam folder terakhir berjudul 'YOU' semua data foto-foto ada disana. Semakin kebawah folder ini berisi foto-foto seseorang sedang bermain bola. Gerakanku terhenti pada sebuah foto yang menampilkan anak perempuan berbaju SMA dan anak laki-laki dengan seragam futsal. Tidak salah lagi di dalam foto ini adalah aku, dan juga Yuan. Yuan Bagaskara yang membuat masa SMA ku sedikit berwarna. Yuan Bagaskara yang mengubah keyakinanku baha SMA itu adalah masa paling mengerikan. Pikiranku secara otomatis mengulang kejadian masa SMA.

============================

Holla everyone!!! terimakasih untuk kalian yang sudah membaca ini. Mari berkenalan :)

Tomorrow he comes backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang