Hari itu mendekati acara ulangtahun sekolah yang selalu diadakan setiap tahunnya. Semua kelas sangat antusias mengikuti berbagai lomba. Aku yang termasuk kategori malas bersosialisasi memilih mengikuti seminar saja. Bersama dengan kedua temanku hari ini seminar akan dimulai di aula. Sungguh membosankan, apakah materi seminar selalu sama tiap tahunnya? Ah, tahu gini aku lebih memilih ikut lomba yang lain. Entah berapa lama pemateri berbincang, akhirnya kami dipisahkan berdasarkan judul karya yang kami buat. Kebetulan sekali judul materiku bertema IPS. Akhirnya kami dialihkan menuju ruang yang lebih kecil. Hanya ada beberapa kelompok di dalam sini. Kami semua harus mendengar lagi pemateri berbincang tentang penemuannya dan apalah itu aku tidak peduli. Suara pintu diketuk oleh seseorang. Kemdian masuk tiga anak laki-laki yang kutahu mereka dari IPS 2. Ada satu laki-laki yang menarik untuk kulihat. Dia, adalah laki-laki yang beberapa bulan lalu memandangku saat acara sosialisasi kelas 10. Dia juga yang beberapa bulan terakhir ini selalu lewat depan kelasku, mungkin untuk tidur di UKS.
Beberapa kali aku melihatnya mencuri pandang kearahku. Bukan apa-apa, tapi siapa yang tidak sadar jika dirinya terus dipandangi seseorang. "Al, lo daritadi di foto tuh sama dia." Ucap salah satu temen gue sambil menunjuk laki-laki tadi. Aku melongo, kapan dia memotretku? Perasaan daritadi dia bergurau dengan teman-temannya. "Masa sih? Kok gue nggak tau?" Ia mengangguk meyakinkan aku. "Bener, tadi waktu cowok-cowok pada berisik." Ah, aku ingat sekarang saat mereka paling berisik padahal pemateri sedang menjelaskan. Tapi, kenapa aku merasa tidak ada yang memotretku?
Seminar apanya? Ini sungguh pembohongan publik. Mana ada seminar yang akhirnya di suruh membuat karya tulis dan di presetasikan besok. Sungguh, aku sudah cukup lelah untuk berfikir apa yang harus kupresentasukan bersama kelompokku besok? Akhirnya aku menawarkan diri untuk membuat materinya dan mereka yang mempresentasikan besok. Sekaligus aku izin besok tidak bisa hadir. Siapa suruh hari libur tetap masuk hanya untuk seminar ini.
Akhirnya setelah berlama-lama dengan pemateri yang membosankan kita semua dipulangkan. Hari semakin sore saat aku hendak keluar sekolah. Sambil membawa minuman dingin yang barusaja kubeli di kantin sekolah, aku keluar sambil menunggu jemputan. Dari belakang aku mendengar suara motor yang mendekat. Entah itu siapa aku tidak peduli. Aku sedikit berlari saat kulihat sudah ada yang menungguku di sana. Tiba-tiba suara motor tadi mendekat kearahku. Ternyata penumpangnya adalah laki-laki tadi bersama temannya. Dia menoleh dengan tersenyum manis sambil berucap "Assalamu'alaikum." Refleks aku menjawab salamnya. Dia tersenyum lebar dan menarik gas motornya dengan kencang.
"Lo tadi ngomong sama siapa?" tanya kakakku saat aku baru saja menaiki motornya. "Tau deh orang gajelas." Dia tidak menyahut lagi dan memilih fokus dengan jalanan. Padahal dalam hati masih terheran-heran dengan kelakuan absurd laki-laki tadi. Tunggu-tunggu kenapa seperti ada kupu-kupu didalam perutku? Dan anehnya bibirku melengkung membentuk senyuman mengingat tadi ia menyapa, dan itu adalah sapaan yang tidak akan telupakan.
"Beli seblak dulu yuk!" Aku berseru dengan heboh ketika melewati ruko penjual seblak yang terkenal sangat enak. Seblak ini juga merupakan makanan favoritku. Kakakku berdecak malas. "Kenapa nggak bilang daritadi sih? Jadi puter balik kan." Aku tertawa saja. Karena sifat jahil ini memang ada sejak lahir.
**
Sebenarnya hari ini aku harus pergi kesekolah untuk mengikuti acara penutupan seminar. Tapi karena aku orangnya super pemalas bersosialisasi, dan ini hari minggu, mending dirumah saja. Dengan alasan andalan 'sakit' jadi teman-temanku memaklumi. Toh cuma acara penutupan, nggak penting-penting amat.
Rumahku sudah terbiasa sepi. Bahkan hari minggu seperti inipun hanya ada aku dan ibu dirumah. Adikku entah sudah pergi kemana. Memasak mie instan, lalu nonton televisi adalah hal rutin tiap minggu. Selesai membuat mie, aku duduk manis di ruang televisi. Menonton serial kartun, atau apapun tergantung hati ini ingin melihat apa. Ponsel yang ada di depanku bergetar, menandakan pesan baru masuk. Aku melihat sekilas, ternyata dari teman seminarku. Tapi, tunggu. Sepertinya ada yang tidak beres. Piring berisi mie yang sangat enak ini telah tergantikan dengan ponsel, karena lebih menarik. Hana mengatakan bahwa cowok yang kemarin itu minta nomor ponselku. Hah?!? Yang benar saja. Mie yang tadinya masih aku kunyah tiba-tiba tertelan dengan paksa dan berakhir dengan tersedak. Aku segera lari menuju dapur mencari air putih. Setelah agak reda, ibu yang ada dirumah bertanya dengan heran. "Pedes ya kak?" aku hanya mampu menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow he comes back
Fiksi RemajaDulu, ia sangat yakin bahwa manusia humoris itu pasti kembali padanya #645 on kuliah at 11/08/2020