3.3

26 9 7
                                    

"Mas, saya boleh duduk di sini? Bangku lain udah penuh!" ucap seorang laki-laki, kayaknya seumuran deh sama gue.

"Oh, boleh-boleh!" jawab gue antusias.

Lalu dia duduk dan mulai mengeluarkan bekal makanannya, "Mas mau? Ini kue buatan saya lho!" tawarnya.

Lapis legit yang dia tawarin gak mungkin gue tolak dong? Hahaha. "Lo baru kerja ya di sini?"

"Eh, enggak, mas. Saya ngelamar di sini, cuman ditolak."

"Jangan down gitu dong, rejeki mah udah diatur kok, gue yakin."

Dia mengangguk sambil tersenyum, "Kalo mas gimana? Udah lama ya kerja di sini?"

"Lumayan sih, cuman kayaknya gue mau resign dari sini." Dia mengeluarkan ekspresi heran, "Lingkungan di sini gak cocok buat gue, Bro."

"Lo bisa liat kan fisik gue gimana? Gue selalu jadi bahan bullyan di sini, sekali dua kali sih masih bisa gue terima, tapi setiap hari gue harus bertahan sama ejekan mereka soal badan gue."

Tanpa sadar gue menceritakan uneg-uneg gue ke dia, anehnya gue nyaman cerita sama nih orang. Emang paling enak tuh cerita sama stranger, karena mereka pasti gak pernah nyudutin kita.

"Emangnya dengan keberadaan mas itu bikin mereka jadi sulit? Emangnya mereka yang ngasih makan mas? Emangnya mereka yang beliin mas baju, disaat baju lama mas udah kekecilan? Saya tuh paling benci sama orang yang suka body shaming, padahal manusia itu gak ada yang sempurna lho, mas!"

Gue cuman tersenyum, mantep juga nih orang.

"Apa masalahnya sih sama kurus dan gemuk? Jangan pernah dengerin omongan sampah itu, mereka bukan mas dan mas bukan mereka. Jadi jalanlah di jalan mas sendiri. Standar kita sama standar orang lain itu pasti berbeda, mas. Bukan berarti kita harus menjadi apa yang mereka inginkan. Toh nanti pas meninggal, kita dikubur sendiri-sendiri, kan?"

"Jangan biarin siapapun itu menghalangi diri mas, tetap jadi pribadi yang positif buat orang lain ya, mas!"

"Makasih banyak ya, gue sadar selama ini gue terlalu mengejar standar hidup orang lain. Padahal semua orang punya tujuan yang berbeda, kan?" gue menepuk bahunya. "Gue ke atas dulu ya, sukses terus buat lo!"

Dia tersenyum. Masih banyak orang baik di dunia ini.

*****

Gue bener-bener memutuskan buat resign dari kantor lama gue, gue harus cari lingkungan kerja yang suportif dan sehat. Atas saran Bang Dion, gue mencoba daftar di salah satu tempat kursus musik sebagai guru vokal. Fyi aja nih, gue dulu pernah jadi bagian dari paduan suara di SMA, jadi gue ada pengalaman sedikit. Proses pengangkatan gue jadi guru vokal memakan waktu selama tiga bulan, karena gue perlu dikaji ulang soal pengalaman gue. Dan kabar baiknya gue berhasil diterima! Lucky me!
.
.
.
Soal Desi, gue udah cukup lama mengubur dalam-dalam perasaan gue ke dia. Bahkan gue gak pamitan dan gak bilang ke dia kalau gue resign. Gue harap Desi selalu bahagia sama Bang Dion.

Hari ini gue disibukkin sama kegiatan gue mengajar vokal ke anak-anak SMA, gue juga sempet ngajar piano juga sih karena gue juga bisa piano dikit-dikit. Hehe.

"Bang Baron keren banget mainnya!" pekik Dhafian, salah satu murid gue.

"Bang, ada orang dateng tuh!"

Hadehh, si Yongki pake gak masuk lagi! Harusnya urusan nerima tamu gini tuh jadi kerjaannya si Yongki, terpaksa harus gue yang gantiin!

"Ada yang bisa diban-" omongan gue terputus. Gue membeku ketika melihat orang yang ada di depan gue.

"Mas Baron?" itu Desi. Perempuan yang gue sayang setelah Ibu gue. "Saya ke sini nganter keponakan saya untuk les vokal."

Gue menghampiri anak laki-laki yang digandeng oleh Desi, "Yuk, kakak anterin ke ruang kelas kamu."

*****

"Desi udah nunggu momen buat deket sama Mas Baron begitu lama. Setelah kita pulang bareng waktu itu, sikap Mas Baron langsung jadi dingin dan keliatan banget berusaha menghindari Desi." ucap Desi.

"Des, aku gak mau hubungan kamu sama Bang Dion jadi renggang."

"Hubungan apa sih, mas? Aku sama Mas Dion itu gak ada apa-apa, lho! Pas dia nembak aku waktu itu, aku bilang baik-baik ke Mas Dion kalo aku gak bisa nerima dia." Desi menangis, "Desi suka sama mas, dari hari di mana mas bantu buat beresin barang-barangku saat pertama kali aku kerja. Kalau memang mas gak suka sama Desi juga gak apa-apa, Desi cuman pengen mas tau!"

"Des, kamu serius?" tanya gue, ternyata arti dari senyuman Bang Dion waktu itu adalah jawaban dari pertanyaan gue. "Aku berterimakasih karena kamu menganggapku sebagai manusia seutuhnya, kamu gak pernah mencela ataupun menatap mas dengan tatapan jijik."

"Kalo boleh mas bilang ... mas tulus sayang sama kamu, Des. Maaf udah bikin kamu nunggu terlalu lama, tapi kamu mau kan jadi pacarku?"

Desi mengangguk, gue lihat rona bahagia di wajahnya.

Dan itu karena gue.
.
.
.
Gue bahagia karena sekarang gue dikelilingi banyak orang baik di hidup gue dan lingkungan kerja yang sehat serta saling mendukung. Gue berterimakasih karena Ibu dan Bagas selalu ada buat gue, dan Desi yang sekarang udah jadi bagian dari hidup gue. Gue punya support system yang selalu menopang gue agar bisa lebih kuat.

Gue harap, apapun bentuk badan kalian, apapun kekurangan kalian, itu gak bikin kalian ngerasa insecure. Karena manusia pasti gak ada yang sempurna, tapi ketidaksempurnaan itu lah yang mungkin menjadi pembeda antara kita dan orang lain. Kita pasti bisa jadi lebih hebat. Jangan lupa bahagia, ya.

Dan satu lagi makasih buat stranger yang waktu itu udah bersedia dengerin curhatan gue, di manapun lo berada gue harap lo bisa sukses suatu saat!

Love yourself.

Kamu hebat.

- Baron Ivan Haidar, udah punya pacar.

- Baron Ivan Haidar, udah punya pacar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Baron gemeshh udah sold out nih!*

*****

Last part buat kisahnya si Baron.  Ternyata Baron ini guru pianonya si Dhafi, lho! 

Buat kalian yang masih struggle sama kekurangan kalian, please jangan pernah ngerasa rendah. Dobrak stereotype orang yang bilang kalo cantik itu inilah, ganteng itu inilah! Be yourself and love yourself!

LOVE YOU AND STAY HEALTHY GUYS!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

lima hari baik. [DAY6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang