Melupakan adalah
Awal untuk memulai segalanya.
-Vanilla-"saya ingin menikahi anak bapak."
Ucapan itu berhasil membuat perempuan di depannya tertunfuk lesu entah harus bruat apa.Rajendra harap kali ini Arsyilla, anak perempuan bisa menerima lamaran ini. Syilla mendongak menatap Rajendra penuh harap. Melalui tatapan itu Rajendra tau, Syilla menolak.
Rajendra menghela nafas berat, menolak lamaran lelaki yang sudah jelas jelas mempunyai niat baik untuk menikahi Putrinya.
****
Arsyilla dengan sweeter berwarna peach, juga rok yang berwarna hitam pekat. Badannya di rangkul oleh Viona, setitik bulir bening mulai membasahi pipi Syilla yang sudah memerah.
"Arsyilla, kamu mau sampai kapan kaya gini. Ini udah keberapa kalinya kamu nolak lelaki yang punya niatan baik sama kamu. Kamu udah gede, dan papa harap kamu ngerti." Ujar Rajendra menegur anaknya, lalu berjalan pergi masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Syilla dan istrinya di ruang tamu.
Viona, bunda Syilla satu satunya ini tau bahwa anaknya sedang berada pada masa di mana dia harus menunggu atau melanjutkan.
Syilla menunduk lesu. Bukan maksud dia tidak mau menikah, hanya saja dia sedang mengulur waktu untuk mencapai kepastian. Apa mereka tidak mengerti dengan keadaannya sekarang?
"Bunda ngerti, bunda tau." Ujar Viona menatap Syilla yang masih menunduk.
"Tapi disini kamu juga salah, sampe kapan kamu mau nunggu kaya gini tanpa ada kepastian yang jelas?."
Syilla mendongak menatap Viona,"Bunda ataupun ayah gak pernah maksa kamu buat nikah secepatnya. Tapi apa kamu gak takut kalo suatu saat nanti ada masanya kamu harus menikah, dan gak ada lelaki yang mau sama kamu?."
"Bunda mohon, kamu lupain ya?."
"Syilla... Syilla gak yakin kalo Syilla bisa." Ujar Syilla kembali menunduk, tidak mau bundanya melihat air matanya jatuh di pipi anaknya.
"Kamu gak yakin karna kamu belum coba, ya?"
"Bunn.."
"Bunda ngerti. Dan bunda tau ini sangat menyiksa batin kamu. Bunda gak mau kamu terus kaya gini." Ujar Viona membuat Syilla termenung,
"Syilla.., Syilla coba." Ujar Syilla dengan cepat Viona membawa Syilla kedalam pelukannya mengelus pucuk kepala Syilla yang berbalut jilbab.
"Maaf-"
"WOWWWW!,"
"Sebuah pemandangan menakjubkan,"
"Seorang Arsyilla menangis."
"Iwww keluar ingus!"
Seorang lelaki yang baru saja pulang dari sekolahnya, lalu masuk ke dalam rumah Syilla dengan teriakannya yang bisa membuat telinga memerah apabila mendengarnya. Beruntung hari ini mood Syilla lagi gak baik, kalo nggaa udah dia ladenin kali tu bocah tengil.
Lelaki itu mendekat ke tempat dimana Viona sedang memluk Syilla. Viona melepaskan pelukannya, juga Syilla yang menarik tubuhnya saat tahu bahwa Narendra, adik lelaki satu satunya ini sedang berjalan mendekat.
"Biasain salam coba Naren!" Tegur Viona,
Naren hanya terkekeh mendengarnya, lalu menyalami tangan Viona yang sekarang sudah beranjak pergi ke dapur meninggalkan Syilla dan Naren di ruang tamu itu.
"Lo kenapa Syi?"
Syilla hanya diam tak menjawab, percuma ia jawab juga. Syilla berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah kamarnya mengabaikan Naren yang tadi bertanya kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANILLA [Vano Arsyilla]
RomanceSeorang perempuan yang harus melupakan masalalunya dan beralih mencintai lelaki untuk saat ini dan masa masa yang akan datang. Namun tanpa disadari, lelaki itu juga pernah hadir masalalunya, namun dia tidak ingat dan tidak pernah mengingatnya.