23. tidak akan kalah

11.5K 921 9
                                        

Dari kejauhan, Aksa melihat satu buah gedung besar yang nampak kumuh dan tak terawat. Sama sekali tidak ada bedanya dengan gedung yang terbengkalai pada umumnya. Namun kali ini gedung tak terpakai itu nampak dikelilingi beberapa orang berjaket hitam.

Jika di hitung, jumlahnya tak kalah banyak dari pasukan yang Aksa punya.

"Bener kan, Dareen nyekap Meisya di sini. Mungkin karena tempat ini emang jauh dari pemukiman." ujar Farzan pelan. "Lagipula, tempat ini emang udah biasa di pake sama anak Canopus." katanya lagi.

"Kita serang sekarang aja." kata Saguna sekaligus meminta persetujuan dari Aksa.

Mereka sedikit mengumpat agar tak ketahuan. Sedangkan pasukan Aksa sudah tersebar di beberapa bagian, jika Aksa berteriak serang dengan nada yang lantang. Maka seluruh anggota pasukan akan keluar dan menyerbu para musuhnya tanpa ampun.

"Iya, kita serang sekarang. Tapi sebisa mungkin kita harus berhasil masuk ke gedungnya. Dan untuk para sampah di depan gedung, biar di urus sama yang lain." perintah Aksa mendapat anggukan setuju dari Saguna dan juga Farzan.

Tiga cowok itu berjalan cepat, di pimpin Aksa dengan tongkat baseballnya.

"LIBERIOS! SERANG!" teriak Aksa membuat cowok cowok berjaket hitam dengan tulisan Canopus itu terkejut bukan main.

Pasukan Liberios keluar berhamburan membantai pasukan musuhnya. Tongkat baseball yang di pegang mereka sedikit demi sedikit mulai berlumuran darah segar.

Begitupun dengan Aksa, tak tanggung tanggung cowok itu memukul seluruh musuhnya tanpa ada yang ketinggalan. Jika kalian memiliki pendengaran yang kuat, mungkin kalian bisa mendengar suara tulang yang retak akibat ulah kejam Aksa.

"BANTAI! JANGAN BIARIN SATU SAMPAH DI SINI KABUR!"

"Fuck!"

Aksa bergidik merasa jijik dengan darah yang keluar dari kepala sang musuh setelah cowok itu memukulnya dengan sangat kuat.

"Besok keramas, Bro!" ujar Aksa melihat darah yang mengenai rambut hitam milik cowok tersebut sebelum dirinya berlalu pergi memasuki gedung tua di hadapannya.

Dan tanpa berlama lama, Saguna serta Farzan menyusul Aksa masuk ketika melihat sang ketua memberi arahan untuk mengikutinya.

Bukk!

Menghentikan langkah lebarnya. Aksa dan Saguna berbalik hendak melihat suara hantaman dari belakang tubuh kekar keduanya, dan mendapati Farzan tengah memegangi sudut bibirnya yang berdarah.

"Sial, padahal gue belom sempet pake buat selfie." gumam Farzan menatap kaca mata hitam yang ia temui di warung Mpo Siti kini rusak di atas lantai.

"Lo kalo iri karena gue punya kaca mata keren bilang dong!" bentak Farzan menghantam rahang kokoh salah satu anggota Canopus yang barusan memukulnya tanpa permisi. Hingga tubuh cowok itu ambruk tersungkur memegangi wajahnya yang tidak terlalu tampan.

"Kenapa? Sana lanjut cari Meisya." kata Farzan melihat Aksa dan Saguna malah memandangi dirinya di sini.

Ketiganya pun berlari menyusuri bangkai gedung bersama empat anggota Liberios lainnya yang tak sengaja bertemu di salah satu ruang besar beberapa saat lalu.

"Kita berpencar, kalo salah satu di antara kita udah nemuin Meisya. Jangan lupa kabarin yang lain." perintah Aksa yang sudah pasti di setujui oleh semua orang. Mereka pun berpencar menyebar juga mendatangi setiap sudut ruangan di dalam gedung.

Sang ketua itu sendiri, tidak juga lelah mencari dan memanggil nama Meisya. Sesekali mendobrak pintu yang terkunci untuk memastikan kalau Meisya tidak berada di dalam sana.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang