1. Tamu tak diundang

82 5 3
                                    


***
Mentari kini tampak berdiri tepat di tengah tengah langit menyapa dini hari dengan sinar nya yang begitu panas, orang orang kota pun menjadi korban sinar ultron tersebut.

Namun tak banyak pula dari mereka lebih memilih untuk menaiki kendaraan bermotor dari pada empat, tak peduli mau sepanas apa pun karena ya begitu lah warga Indonesia beraktivitas, panasny siang bolong terobos aja.

Seorang gadis cantik baru saja turun dari taxi nya dengan tangan yang menarik koper dan beberapa tas lainnya.

Terlihat ia sedang mengintip-ngitip rumah mewah di didepan nya, gerbang rumah itu pun di goyangkan pelan oleh gadis itu.

"Permisi!" teriak nya

Tidak ada jawaban dari dalam. Gadis itu sedikit pegal dengan tangan yang membawa tas tas nya

Meskipun tidak ada jawaban gadis itu terus berusaha berteriak berharap ada orang yang mendengarnya dari rumah tersebut

"Permisi!!ada orang di dalam!!"

Sampai akhirnya Ivana memutus kan untuk menunggu saja di depan gerbang besar itu.

Gadis itu pikir sia sia saja jika ia menggunakan suara lengkingnya. Beberapa waktu lalu suaranya hampir habis ia gunakan untuk membantu meneriaki maling yang ada di terminal di saat dia menuju Jakarta.

"Dasar maling, lagian ngapain coba nyuri koper ibu ibu. Kurang kerjaan aja" gumam nya mulai kesal lantaran ia masih mengingat jelas kejadian tersebut.

"Isinya baju semua pula. Kalau mau baju ya tinggal beli aja kenapa si?! di pasar banyak murah lagi! 10 ribu ada kali!" pekik gadis itu hingga tak sadar dirinya seperti orang gila karena marah marah sendiri untung nya tidak ada orang yang melihat.

"Untung sempat ivana selengkat kaki nya."

Yah gadis itu bernama Ivana, ia tengah menunggu orang tapi dipanggil panggil kenapa orang di rumah gk keluar keluar.
Sampai tidak sadar sedari tadi ada yang memperhatikan ivana dari dalam.

"Neng lagi ngapain?" Tanya satpam kepada Ivana

Sontak ivana menoleh dan terkejut.
"Astagfirullah!! Bapak ngagetin ih!"

"Maaf neng lagian dari tadi ngoceh sendiri"

Ivana hanya mendengus, ia mulai mendekati gerbang itu dimana si pria tua itu berdiri di baliknya.

"Bapak yang punya rumah ini ya?" Ucap Ivana tebak nya asal.

"Bukan neng, saya satpam di sini"

"Hm? Satpam?" ivana mengerjapkan mata rada loding.

Satpam itu tertawa singkat.
"Iya neng saya penjaga rumah ini neng" ulang bapak itu sekali lagi.

"Saya tuh kerja di sini" jelasnya

"Oh gitu ya pak. Yaudah kalo gitu bukain gerbangnya dong pak saya mau masuk" ucap Ivana.

"Dari tadi tereak tereak gk ada yang nyaut" lanjut Ivana dengan wajah kecapean.

"Di situ kan ada bell neng. Kalo teriak gak bakal kedengaran" sambil menunjuk bell yang ada di samping Ivana

Ivana pun menoleh ke samping sambil menepuk jidatnya kasar saat menyadari tombol kecil yang berada di samping nya.

"Ya ampun Bapak! Kenapa gk bilang si!"

"Loh ko eneng yang ngegas? saya kan gk tau Kalo ada orang di depan"

"Yaudah pak bukain gerbangnya saya mau masuk!" Sambil mendorong dorong gerbang yg masih terkunci

"Gak bisa masuk gitu aja neng. Harus ada bukti perjanjian dulu kalau mau ketemu sama nyonya"

Fake Brother. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang