Arrisa berjalan dengan Nana meninggalkan area kelas. Arrisa baru saja selesai kelas terakhir, ia mendongakan kepalanya melihat langit yang menghitam. Sepertinya hujan akan turun.
"Sa—mau pulang bareng gaak??"Tawar Nana
"Eh—enggak deh Na, lo duluan aja"Tolak Arrisa halus
"Beneran nih? Mau hujan loh Sa"
"Iyaah"Kata Arrisa sambil tersenyum meyakinkah
"Oke deh, kalo gitu gue duluan sa"Kata Nana lalu pergi.
Begitu turun dari bus terakhir Arrisa langsung disambut hujan deras. Parahnya lagi ia lupa membawa payung dan berakhir terjebak di halte dekat apartemennya. Membawa payung harusnya masuk kedalam catatan. Tidak, harusnya ia melihat perkiraan cuaca sebelum keluar tadi. Sekarang dirinya hanya berdiri melihat kearah langit yang menggelap berwarna abu-abu. Diperparah lagi batrai hpnya yang sudah tidak tertolong, yaitu 3%. Apa yang bisa dilakukan hpnya dengan daya 3%? Ya betul sekali, hanya menunggu hp itu mati.
Arrisa tidak pernah membenci hujan. Bisa dibilang ia sangat menyukai hujan. Dulu sekali Arrisa sering bermain hujan bersama Zien dan Garga tanpa sepengathuan orang tua mereka. Berlarian disekitar komplek, pulang dengan pakaian basah dan tubuh kotor. Arrisa tersenyum tanpa sadar mengingat masa-masa kecilnya.
Suara klakson mobil menganggu nostalgia Arrisa. Sebuah mobil hitam sedan berhenti tepat didepannya. Salah satu pintu mobil sedan itu terbuka, menampilkan sosok pria dengan payung berwarna kuning cerah. Arrisa hampir tertawa jika ia tidak menahan diri. Sayangnya Arrisa benar-benar tidak jadi tertawa, wajahnya menjadi kecut ketika melihat sosok Gion dengan payung kuning cerah.
"Kamu sedang apa disini Arrisa?"Tanya Gion begitu sampai dihadapan Arrisa
"Menghitung mobil"Jawab Arrisa asal
"Lo liat kan? Hujan..."Kata Arrisa lagi
"Saya kira kamu sedang meratapi nasib"kata Gion
Arrisa mendengus sebal, "Butuh tumpangan tidak?"Tanya Gion menawarkan
"Call"Kata Arrisa tanpa berpikir dua kali, Arrisa berjalan lebih dulu tanpa menunggu Gion. Langsung saja Gion segera memayungi Arrisa.
Arrisa menoleh dan mendongak kemudian mengedikan bahunya acuh. Gion membuka pintu mobil untuk gadis itu. Melindungi kepala Arrisa ketika gadis itu masuk dengan tangan yang ia letakannya diatas kepala Arrisa.
"Thanks"Ucap Arrisa, diangguki oleh Gion kemudian menutup pintu mobil. Gion berlari kecil menuju sisi lain mobil dan masuk kedalam mobil.
Mereka berdua tidak berbicara sama sekali. Gion sibuk dengan jalanan sementara Arrisa mengamati keadaan luar dari balik jendela mobil. Hanya butuh waktu 15 menit mereka sampai di basement gedung apartemen. Tepat sebelum keluar mobil Gion mengambil jaket yang berada di bagian belakang, ia menyerahkan jaket itu pada Arrisa.
"Buat apa?"Tanya Arrisa bingung
"Kalau kamu lupa baju yang kamu pakai warna putih Arrisa, saya bisa melihat jelas kamu memakai Bra warna apa"Kata Gion berhasil membuat pipi Arrisa memerah
Astaga! Jika pria itu sudah tau kenapa baru memberi taunya sekarang? Kenapa tidak tadi saja?
Buru-buru Arrisa memakai jaket itu kemudian bergegas keluar dari mobil Gion. Pria itu menyebalkan sekali. Arrisa mempercepat langkahnya, sampai didepan lift ia terus menekan tombol pintu lift. Tapi apa daya, Gion berhasil menyusulnya. Yah bayangkan saya pria dengan tinggi 183cm itu dan punya kaki yang panjang sudah pasti bisa menyusulnya bukan?
Arrisa ingin sekali menendang pintu lift agar cepat terbuka. Beruntung belum sempat ia merealisasikannya pintu lift terbuka. Arrisa langsung masuk kedalam, disusul dengan gion. Kini hanya tinggal menunggu, tapi entah kenapa rasanya lift ini sangat lambat. Arrisa menjaga jarak sejauh mungkin dari Gion. Pria ini berbahaya.
"Saya tidak mengigit Arrisa, kenapa kamu jauh-jauh dari saya?"Tanya Gion
"Berisik"Ketus Arrisa
Gion kemudian bersandar sambil menghadap Arrisa. "Kamu tidak masuk dalam kriteria untuk saya gigit"
Arrisa menoleh, memasang ekspresi galak segalaknya. "Maksud lo apa??"
Gion kemudian menunjuk Arrisa dengan telunjuknya, menilai dari atas kebawah dengan telunjuknya. "Saya pertimbangkan kalau kamu makan lebih banyak"
"GION!!!"Seru Arrisa mulai marah, gion terkekeh. Misi gion berhasil mengusir kecanggungan mereka sejak tadi.
Ingatkan arrisa untuk memasukan Gion Zevirgo kedalam buku hitam orang-orang yang akan ia jauhi. Sepertinya mulai besok Arrisa harus menghindar dari Gion sebisa mungkin. Arrisa tidak akan mau lagi menggunakan lift, ia akan memilih jalur tangga darurat saja.
Ting...
Suara pintu lift terbuka menjadi akhir sesi emosi Arrisa. Gadis itu buru buru keluar tapi baru melangkah keluar ia kembali dibuat kesal. Gion tiba-tiba berbisik disebelahnya.
"Kamu pernah dengar? Habislah hujan terbit lah pelangi. Kamu cocok dengan pelangi itu Arrisa"Kata Gion berbisik lalu melangkah mendahului Arrisa yang masih terdiam.
"TIANG!!!"Pekik Arrisa dengan wajah memerah. Pria itu jelas mengatainya, Gion baru saja meledeknya. Arrisa memang memakai bra berwarna pelangi hari ini....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Fermentation
Romance"Dasar Tiang!!!"Pekik Arrisa dengan wajah memerah. "Lo bener-bener cowok yang gak punya perasaaan" lagi-lagi Arrisa berteriak dengan kesal, gadis itu meluapkan segala emosinya. Sementara itu orang yang menjadi objek sasaran amukan Arrisa hanya men...