(29) kakak menyebalkan

2.8K 263 94
                                    

"Hei, kalian tidak ingin memakan makanan kalian?" Gopal menatap satu-persatu kembar Elemental di meja kantin itu, beberapa menit lalu makanan telah sampai, namun ke-enam berwajah sama itu tak menyentuh makanannya. "Kalau begitu ... boleh untukku, 'kan?"

"Eeeeeeeee?! Gak boleh!" seru mereka bersamaan, akhirnya.

Cetang!

Thorn memukul tangan Gopal dengan sendok miliknya karena Gopal berusaha mengambil baso punya Thorn.

"Gak boleh!" Thorn menggelengkan kepalanya, dan membuat Yaya dan Ying yang berada di samping Gopal terkekeh.

"Ehehehe ... siapa suruh kalian mengabaikan makanan yang lezat 'tu?"

"Iya, kami makan." mereka ber-enam akhirnya mulai memakannya setelah sekian menit tadi. Memangnya apa yang mereka pikirkan? Sungguh Gopal, Yaya, dan Ying ingin tahu sekali. Tapi ... setidaknya mereka memakannya sekarang, berterimakasihlah pada rencana Gopal yang satu ini.

Yeah ... rencana Gopal, memang tidak akan ada mengalahkannya kalau soal makan. Lah? Apa hubungannya? Kesempingkan hal itu, sekarang mereka bertanya-tanya tentang kedua tangan Thorn yang terbalut perban, apa dia terluka? Ah! Tentu saja Thorn terluka, tapi karena apa? Mungkin setelah makan mereka akan menanyakan langsung kepada Thorn, atau Gempa? Atau ... yang lain? Yang pasti, orang yang bisa menjelaskan semuanya.

________

Dan tepatnya di atap sekolah yang ditempati para superhero bumi, Halilintar masih terkunci dari beberapa menit lalu hingga sekarang.

"Lepas!"

"Ohoho~ tentu saja tidak." pemuda yang mengunci Halilintar, mulai menyeringai kembali melihat korbannya yang berusaha melepas kunciannya, bahkan menyentuh jam dan mengeluarkan kuasanyapun susah sekali.

"Kapan kau akan melepaskannya, kak? Bagaimana kalau adik kecil kita terluka?" anak kecil, yang ternyata adik dari pemuda yang sedang mengunci Halilintar saat ini, berjalan dan duduk di pagar pembatas, melihat Fang yang masih terkejut. Namun tak lama, Fang mengepalkan tangannya, dan ...

"Jari jemari bayang!"

Wush! Tap! Tap!

"Erkh!" Fang berhenti, 'jari jemari bayangnya' hilang, karena apa? Karena tiba-tiba saja dua bilah pisau entah darimana terlempar ke arahnya, otomatis Fang menghindar dan membuatnya hilang konsentrasi terhadap kuasanya.

Fang mendongkak dan melihat anak kecil berambut panjang dengan mata merahnya sedang menyeringai dengan senyuman licik dibibir kecilnya. Oh~ apa pisau itu ulahnya?

"Kau tidak apa-apa bukan, om ungu? Maafkan aku ya?" lihat, anak kecil itu kembali menyeringai dengan wajah polosnya, yang sudah pasti berlawanan dengan yang seharusnya ditampilkan oleh seorang anak kecil itu, cih!

"Tidak perlu seperti itu adikku sayang~ seharusnya kau tidak perlu minta maaf, siapa juga yang menyuruhnya mengganggu?" seseorang yang memanggil anak kecil tadi sebagai adiknya, ikut menyeringai dengan wajahnya yang sedikit tertutup oleh Hoodie jaket yang ia kenakan bersama seragam sekolah yang hampir sama dengan adiknya. Jika diperhatikan, pemuda yang mengunci Halilintar saat ini memang mirip anak kecil yang saat ini sedang duduk di pagar pembatas, dengan kulit putihnya, rambut hitam, ah tidak, itu seperti coklat kehitaman, dan ada kesan warna biru dilihat dari beberapa helai rambutnya yang menyembul keluar, mata merah ... Hm? Matanya lebih pudar, seperti pandangan kosong yang tidak memiliki tujuan, terlalu pudar untuk dikatakan berwarna merah, bahkan mungkin bisa dibilang gelap.

Mata itu berbeda sekali dengan adiknya, bahkan mata punya Halilintar yang memiliki warna merah darah, ataupun warna mata Blaze yang seperti kobaran api, entah kenapa Halilintar ingin tahu alasannya kenapa mata itu berbeda, namun ia berhenti ketika ...

PERUBAHAN ( Boboiboy halilintar )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang