CHAPTER 2

4 2 0
                                    

JUDUL: Teman Tapi, Married?
.
.
.
.
CHAPTER 2
Aku mengikuti pelajaran dengan tidak tenang. Bagaimana bisa tenang, aku tadi sempat dimarahi oleh guru paling killer di sekolah hanya karna bercanda dengan Evelyn. Setelah jam pelajaran selesai, aku merasa sangat lega. Karna hampir dua jam lebih suasana menjadi sangat tegang dan intens.
Aku membereskan buku-buku yang ada di meja ku dan memasukannya kedalam tas ku. Bukan tas mahal, namun cukup untuk setahun kedepan. Aku menatap ke arah Evelyn. Cantik. Dia sangat cantik. Namun sikap bobroknya yang membuat semua cowok menjauhinya. Dia terlihat sangat lemas. Entah apa yang ada di pikirannya sekarang.
"Lyn, lo kenapa?"
"Ah, gapapa di. Gua gapapa hehehe"
"Jangan boong deh ah. Lu lemes begitu"
"Eheheh, cuma agak pusing sih Di. Gapapa kok"
"Gua anterin ya? Mak lo kerja kan gaada yang jemput?"
"Di, gua bisa pulang sendiri"
"Heh, lo mau mati di tengah jalan hah?!"
"Eh? Iya iya boleh. Eh tapi mau naik apa?"
"Naik angkot aja. Gua tau rutenya ke rumah lu"
"Yaelah gua kira naik mobil atau motor gitu"
"Yaelah Lyn, lo tau gua gapunya motor. Mobil apalagi"
"Beli dong Di. Masa nanti lo punya pacar, pacar lo lo suruh naik angkot kan ga romantis"
"Enak bat ngomong. Ayok ah, beresin buku lo, kita pulang"
"Iya iya iya bawel"
Aku tertawa kecil. Dia memang begini ketika sakit ataupun ada maunya. Manja. Sangat manja. Bahkan orang tuanya pun mengatakan kalau dia sangat manja. Ditambah kecantikannya dia. Sempurna. Ahh apa yang kamu pikirkan Aldi, dia itu sahabatmu. Sudah lah yang penting antarkan dia pulang dulu. Itu yang penting!

"Aldi, gua ga kuat jalan"
"Yaampun Lyn itu bentar lagi udah sampe jalan raya. Tahan dikit kenapa"
"Gamau Di ah. Capek. Lemes"
"Yaelah Lyn. Terus lo mau apa?"
"Gendong, hehehe"
"Manja dasar. Naik sini, untung gua kuat"
"Eheheh. Makasih Aldi, emang lo yang terbaik"
"Untung lo kurus, jadinya enteng"
"Ih gitu lo. Tapi kurus gua membantu kan, hehehe"
"Sialan lo Lyn"
Aku menggendongnya ke depan sekolah. Karna sekolah ku berhadapan dengan jalan raya, jadi hanya perlu keluar sekolah.

Sesampai di jalan raya aku memberhentikan angkot yang mengarah ke rumah Evelyn. Aku menyuruh Evelyn untuk masuk ke dalam angkot, lalu aku menyusul masuk kedalam angkot. Didalam angkot tidak banyak hal terjadi karna sepanjang perjalanan Evelyn tertidur, entah apa yang dia rasakan sampai bisa tertidur. Saat hampir sampai di komplek nya aku membangunkan Evelyn. Aku menyetop supirnya lalu turun disusul Evelyn turun. Aku masih menggendongnya sampai ke rumahnya. Rumahnya tidak terlalu jauh dari gerbang komplek, hanya 50 meter dari gerbang.

Sesampainya di depan rumah, aku mengetuk pintu rumahnya dan memanggil ibu Evelyn. Tak lama kemudian Ibu Evelyn keluar dan panik melihat anaknya ku gendong dan sambil tertidur pulas.
"Yaampun Aldi, Evelyn kenapa?!"
"Ini Tan, si Evelyn dari pulang sekolah tadi ngeluh pusing, terus di angkot tadi ketiduran terus turun angkot ketiduran lagi ku gendong deh sampe sini"
"Oalahh...maaf ya nak ngerepotin bawa ke kamarnya aja yahh"
"Oh Oke tan"
Aku pun membawanya ke kamarnya lalu membaringkan nya di kasurnya. Saat tertidur dia terlihat cantik, sangat cantik. Aku pun menaruh tas serta jaket yang tadi dia kenakan di bangku belajarnya. Yup, dia memang anak yang rajin. Bahkan akupun tidak punya meja belajar yang lengkap seperti punya Evelyn. Lalu aku kembali menatap Evelyn. Mengecup keningnya. "Selamat tidur princess" Ucapku setelah mengecup keningnya. Lalu aku mematikan lampu kamarnya, lalu menyalakan lampu tidur, lalu pergi keluar kamar menuju ruang tamu. Ibu Evelyn datang dan menawarkan cemilan serta es teh manis. Sebenarnya aku tidak terlalu suka es teh. Namun karna ini pemberian orang lain jadi sudah pasti akan ku terima karna jika tidak aku akan merasa sangat tidak enak.

Aku menikmati biskuit yang di berikan oleh ibu Evelyn sambil sesekali menyesap es teh manis buatannya. Manis. Sangat manis. Gula dan frosting dari biskuit bercampur dengan manisnya es teh sambil menikmati senja di sore hari. Aku bukan anak indie yang sangat suka dengan langit sore. Aku hanya kebetulan sedang berada di sore hari yang cukup cerah ini, jadi kupikir daripada aku diam di dalam rumah lebih baik diluar sambil memandangi keindahan Tuhan. Langit sore ini sangat indah. Indah sekali. Matahari memancarkan sinar oranye yang menyembur jatuh ke langit-langit membuat langit seolah-olah menjadi suatu lukisan yang sangat indah.

Tanpa kusadari aku sudah satu jam memandangi langit sambil melamun. Tiba-tiba Evelyn mengagetkan ku dari lamunanku.
"DOR!"
"Astaga! Yaampun Evelyn lo ngapain siih kagetin gua. Jantung gua hampir jatuh gila"
"Eheheh, sorry. Lagian lu liatin apaan sih sampe ngelamun gitu"
"Kepo lu kaya monyet"
"Monyet?"
"Iya monyet"
"Emang monyet kepo yah?"
"Nah ini, kepo kan"
"Sialan lu Di. Gua pikir apaan"
"Hahaha, lagian lu mikirnya lama banget. Pinter-pinter bloon"
"Sialan lu Di beneran. Lagian lu ngapain sih sampe jam segini di rumah gua?"
"Nungguin lu bangun. Eh btw, lu udah enakan?"
"Udah kok. Entah apa yang terjadi, kayaknya tidur memang makes everything better"
"Yeu, udah tau itu gara-gara ciuman gua" Bisikku dalam hati. Kami berdua pun mengobrol sambil bermain ps bersama. Dan sudah pasti Evelyn selalu kalah karna dia memang ga bisa mainnya. Dan tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 18.00. Aku pun berpamitan pada Evelyn dan ibunya lalu pergi pulang.

TEMAN TAPI, MARRIED? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang