CHAPTER 4

7 1 0
                                    

Kringg.....
Bel tanda jam pelajaran pun telah usai. Pertanda bahwa sudah selesai waktu untuk otak ku bergelut dengan angka dan huruf. Aku pun membereskan buku serta barang barang ku dan kumasukkan kedalam tas. Setelah selesai, aku melihat ke arah Evelyn dan seperti biasa dia melamun lagi. Entah ada apa dengannya dia sangat suka melamun, apalagi pada saat jam kosong atau tidak ada kerjaan. Aku pun mencoba membangunkannya dari lamunannya.
"Dor!" Ucapku mencoba mengagetkan Evelyn.
"Astaga Aldi! Lo doyan banget kagetin gua sih" Jawab Evelyn dengan nada kesal.
"Hehehe, lagian lo bengong terus kaya kambing ompong" Balasku.
"Tunggu, emang kambing bisa bengong ya?" Tanya Evelyn sambil mencoba memikirkan ketika kambing sedang bengong.
"Lah, elu buktinya bengong" Ledekku.
"Wah sialan lu di, beneran sialan" Jawab Evelyn kesal.
"Eh iya btw, maksud lo apa nembak gua tadi pagi?" Sela Evelyn.
"Oh? Oh iya! Tadi pagi baru inget gua, gua itu berusaha buat nyelamatin lo dari Nathan Lyn" Jawab ku.
"Ohh...jadi, kita pacaran sekarang?" Tanya Evelyn.
"Status aja ya, biar lo ga di ganggu banyak cowok lagi, kasian gua"
"Hehehe okedeh, no baper ya?" Tanya Evelyn sambil mengacungkan jari telunjuknya.
"No baper" Jawabku sambil menyodorkan jari kelingking ku. Evelyn pun membalasnya lalu aku jari kelingkingnya dengan jari kelingking ku tanda janji dan setuju.
"Udah yok pulang, gua anterin" Ucapku sembari melepaskan jari ku.
"Yuk! Naik apa? Motor?! Mobil?!" Tanya Evelyn dengan semangat.
"Lo gila kali ya, gua mana ada barang semewah itu sih, ya naik angkot lah" Jawabku.
"Yaelah Di, beli kek motor atau mobil. Gaada romantisnya amat lu jadi cowok, kalo nanti beneran punya cewek gimana? Masa suruh dia naik angkot" Jawab Evelyn sambil menggerutu kesal.
"Yeeeee, lo ga pernah nonton Dilan ya? Dia kan naik angkot sama Milea" Jawabku beralasan.
"Yehh, lo nonton ga sampe selesai si Di. Mereka tuh naik motornya Dilan, dia kan geng motor" Cetus Evelyn.
"Eh emang iya yah?" Tanya ku sambil menggaruk tengkuk ku padahal tidak gatal sama sekali.
"Yaelah ni bocah gaada romantisnya amat" Jawab Evelyn dengan kesal lalu pergi meninggalkan aku.
"Yah, Lyn, kok gua ditinggal?" Tanya ku sambil berteriak.
"Bodoamat gua pulang sendiri" Jawab Evelyn sambil berteriak juga di ujung koridor. Aku pun tertawa kecil melihat kelakuan Evelyn yang seperti anak kecil. Dia berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya.

Sepanjang perjalanan pulang aku memikirkan kata-kata Evelyn. 'Apa aku harus beli motor?' tanya ku dalam hati. Lalu aku membuka hpku. Mencari motor yang kira-kira banyak disukai perempuan. Aih, bodohnya aku. Kenapa malah mikirin perempuan, kan beli motor untuk kepentingan pribadi. Lalu aku mencoba mencari motor yang kira-kira mampu kubeli dengan uangku sendiri. Lalu aku jatuh cinta pada satu motor. Mungkin tidak terlalu bagus menurut kalian. Tapi sangat bagus untukku. Dan yang paling penting, aku mampu beli dengan uang ku sendiri. Saat sampai di rumah, aku menghampiri ibuku dan bertanya.
"Buk, Aldi mau beli motor boleh ga?" Tanya ku dengan muka melas.
"Hah?! Motor?!" Tanya ibuku balik namun dengan nada terkejut.
"Iya buk, motor. Nih liat" Lalu aku memperlihatkan motor yang kulihat di angkot tadi. Ibuku terkejut.
"Yaampun Di, ini mahal loh. Kamu mau bayar pake apa nak? Masa pake daon kan ga mungkin juga" Jawab ibuku dengan muka melas.
"Aldi kerja buk. Aldi bakal cari duit dan beli motor ini pake duit Aldi sendiri buk" Balasku dengan penuh semangat.
"Kerja apa nak, kamu masih sekolah" Jawab ibuku sambil melanjutkan menyetrika baju.
"Aldi bisa foto bu, Aldi bisa ngedit. Aldi bisa jadi fotografer bisa jadi editor. Aldi juga bisa cari side job bu. Apapun itu Aldi kerjain" Jawabku dengan penuh semangat sambil membenarkan duduk ku.
"Haahhhh.....boleh deh nak, asal kamu bisa tanggung jawab sama pilihan kamu ibu pasti dukung"
"Yesss!!! Makasih buk..." Jawabku lalu mencium tangan ibuku. "Aldi janji buk, Aldi bakal kerja terus beli motor yang Aldi mau" Janji ku.
"Iya nakk, semangat yaa"
"Iya buk. Aldi ke kamar dulu ya" Lalu aku pergi ke kamar sambil mencari pekerjaan yang bisa ku lakukan. Aku memang bukan berasal dari keluarga kaya. Ibuku hanya seorang guru. Dan aku sudah tidak memiliki ayah sejak aku kecil. Dia meninggal karna kanker waktu aku masih berumur 5 tahun. Dan selama ini aku masih mengandalkan uang jajan dari ibuku. Mungkin sekarang saatnya aku untuk bekerja juga karna aku sudah dewasa, sudah bukan waktu nya untuk bermanja-manja.

Aku pun memasuki kamar lalu mengunci pintu. Lalu aku membuka jasa editing foto dan video, serta jasa fotografer. Sekarang ini juga sedang ngetrend membuat konten. 'Apa aku juga harus membuat konten yah? Aku kan punya peralatan foto yang cukup untuk membuat konten sederhana' tanya ku dalam hati sambil memandangi peralatan foto ku yang sudah lama tidak ku pakai. 'Baik lah, besok kita mulai buat konten! Semangat Aldi!'

TEMAN TAPI, MARRIED? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang