4.

25 4 0
                                    

Mungkin aku bakalan sloooooowww update karena mau nabung chapter, gapapa kan?

***

Situasi yang tengah ramai di luar ruangan ternyata tak mempengaruhi tegangnya suasana di dalam ruang rapat Senior Pembimbing. Terlihat beberapa murid baru sedang bersimpuh di hadapan para Senior Pembimbing dengan keadaan tangan terikat sihir, tak terkecuali Alex dan Evan. Beberapa dari mereka terlihat memiliki luka, meskipun tidak separah mereka berdua. Jelas, para Senior Pembimbing merasa prihatin dengan pemandangan yang tersuguh di hadapannya. Apalagi setelah mereka semua satu-persatu memberitahu alasan mengapa mereka bertengkar sampai seperti itu.

"Kalian ini benar-benar ... OH MY GODNESS!! Aku benar-benar tidak tahu apa jalan pikiran kalian, akan tetapi jika sampai seperti ini, bagaimana kalian akan menjalani kehidupan kalian di akademi ini ke depannya? Padahal baru beberapa jam yang lalu kalian diterima sebagai murid baru, tapi kalian sudah membuat masalah? Astaga!" Stevie yang daritadi diam menahan segala amarah pun meledak. Daven yang berada di sampingnya mengelus pundak Stevie agar amarahnya mereda.

Jack yang sedari tadi memilih diam, kini membuka mulutnya dan bersuara.

"Jadi sekarang mau kalian apa?" Ucap Jack. Sebenarnya dia sudah 'meramahkan' nada bicaranya, namun ekspresi wajah dan sorot matanya malah tidak terlihat seperti orang yang berkata dengan ramah, namun orang yang berkata dengan sarkas. Padahal niatnya bukan seperti itu. Para murid baru hanya diam, mereka tidak berani bersuara karena merasa sudah teramat sangat terintimidasi. Hingga seseorang membuka suaranya.

"Bisakah kau membuat seseorang mengalah untukku?" Tanya Alex. Evan yang mengetahui maksud Alex kemudian melotot kearahnya. Bisa-bisanya Alex bertanya hal seperti itu, apalagi hal tersebut juga mengancam kepemilikan tempat tidurnya.

"Ya itu tergantung. Bisakah kau menceritakan secara lebih detail?" Tanya Jack balik. Alex kemudian menarik ujung bibirnya (smirk) dan melirik Evan, seolah hal itu mengatakan ranjang itu milikku. Sedangkan Evan yang melihat ekspresi wajah Alex kini menjadi risau dan mulai tidak tenang.

"Karena aku datang sedikit lebih terlambat daripada dia, aku hanya kebagian hal yang tersisa dan tidak dapat memilih. Aku juga kebagian hal yang tidak ku inginkan. Karena itu, bisakah kau membuat dia mengalah barang satu hal saja? Cukup satu hal saja, setelah itu aku dapat menerima kesialanku." Jawab Alex panjang lebar. Jack terlihat tengah berpikir, sedang Evan terlihat pasrah jika dia harus merelakan tempat tidur miliknya.

"Sepertinya tidak bisa, karena hal itu murni karena keterlambatanmu. Lagipula siapa cepat dia dapat, jadi terima saja nasibmu itu." Victoria tiba-tiba menyela pembicaraan mereka. Jack yang semula tengah berpikir kemudian berhenti karena Victoria sudah berkata. Evan kemudian menjulurkan lidahnya kepada Alex karena dia merasa menang, ekspresi Alex menjadi kecut.

"Bagaimana bisa seperti itu? Itu namanya tidak adil! Jangan konyol!" Seru Alex. Victoria pun menatap Alex tajam, nyali Alex pun menciut.

"Padahal aku ingin melepaskan kalian tanpa sanksi, tapi ini sudah keterlaluan. Ya siap-siaplah tentang apa yang akan terjadi ke depannya." Ancam Victoria. Kini para Senior Pembimbing beralih bertanya ke para murid yang lain hingga masalah mereka semua selesai. Meskipun tidak semua karena bagi Alex masalahnya tidak selesai sesuai apa yang diharapkannya.

Para Senior Pembimbing pun pergi meninggalkan ruangan itu kecuali Alice dan Stella. Alice memunculkan botol minuman dan ramuan, setelah itu dia memasukkan beberapa tetes ramuan ke dalam botol minuman tersebut.

"Tolong diminum ya." Ujar Stella lembut sambil meminumkan satu-persatu botol minuman itu ke para murid baru yang ada di ruangan itu. Mereka sebenarnya curiga, takut jika mereka akan mati akibat ramuan tadi mengandung racun. Namun hal tersebut lenyap ketika melihat senyuman manis Stella yang membuat mereka meleleh, termasuk Alex. Ikatan sihir di tangan mereka pun dibebaskan, sehingga mereka dapat kembali melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Luka yang tadinya berada di tubuh mereka pun lenyap bersama rasa sakitnya.

Love PotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang