3.

38 4 0
                                    

Apakah chapter sebelumnya membuat kalian penasaran? Sepertinya tidak ya? Hmm... Kayanya aku perlu merevisi prolognya deh, agak rada gimana gitu, but entah kapan wkwkwk.

Happy enjoy reading it.

***

Kedua pria itu kemudian memasuki ruang asrama mereka. Mengingat bahwa akademi ini dulu hanya diperuntukkan untuk para bangsawan dan anggota kerajaan, interior di dalamnya pastinya harus selevel dengan mereka. Ruang asrama itu sebenarnya lebih cocok dipanggil sebagai ruang para bangsawan dibandingkan ruang asrama para murid. Terlalu mewah dan elegan bagi para murid keturunan rakyat jelata, namun terlalu biasa bagi keturunan para bangsawan.

Pria berambut cokelat itu kemudian menaruh sembarangan koper dan tasnya, kemudian mendudukkan pantatnya ke atas kursi yang berada di dekatnya. Sedangkan pria berambut pink kini menyiapkan hati dan kesabarannya jikalau roommatenya memiliki kebiasaan buruk. Menaruh barang secara sembarangan sudah menjadi salah satu buktinya.

"Nah, karena mulai sekarang kita adalah roommate hingga beberapa semester kedepan, mari kita saling satu sama lain." Pria berambut pink itu kemudian menjulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan, namun pria berambut cokelat terlihat ogah-ogahan dan hanya menatap tangan pria didepannya. Pria berambut pink itu mulai kesal dan menunjukkan ekspresi ramah yang dibuat-buat, kemudian berkata.

"Kalau ada yang mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, mohon jangan hanya dilihat saja ya." Urat leher pria itu kelihatan menonjol, kentara sekali kalau pria berambut pink itu sedang menahan amarahnya. Pada akhirnya pria berambut cokelat itu mengulurkan tangannya dan menjabat tangan pria berambut pink. Amarah pria berambut pink pun mulai surut, digantikan dengan senyuman manis yang akan membuat wanita histeris, namun itu tidak berlaku untuk sesama pria.

"Nah, kenalin gue Evan Kolquerserd. Karena ga ada nama lain selain marga keluarga, panggil aja Evan. Tapi kalau mau ada panggilan sayang juga gapapa, gue rela kok. Unch unch." Kalimat terakhir Evan membuat pria berambut cokelat menjadi merinding ngeri dan dia pun menampilkan ekspresi jijik kepada Evan.

-Hmm... Tadi siapa ya yang harus sabar sama kelakukan roommatenya? Ga ngaca ya dia, ternyata malah lebih parah hahaha- Author

Evan Kolquerserd

Evan Kolquerserd

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Amit-amit dah. Karena lo udah ngenalin diri lo, gue juga bakalan ngenalin diri. Gue Alexis Reviendes, karena udah terbiasa dipanggil Alex, panggil aja Alex. Oh iya, gak usah aneh-aneh mau pakai panggilan sayang, merinding gue dengernya." Ucap Alex. Sedangkan Evan malah nyengir-nyengir tidak jelas.

Alexis Reviendes

Alexis Reviendes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love PotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang