Nara Anantasya

5.6K 355 90
                                    

✨✨✨

"Semua orang itu baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semua orang itu baik. Mantan gue doang yang brengsek." -Nara Anantasya

✨✨✨

"Kenapa ikan gurame dinamain gurame?" tanya Riza-sang kepala keluarga.

"Karena rame-rame. Kalo lagi sendiri, namanya jadi gusepi." Anjani-sang istri-menjawab. Gelak tawanya menular pada anggota keluarga.

Riza dan Anjani adalah sepasang kekasih yang dikaruniai dua puteri yang memiliki paras ayu. Dua berlian yang sangat mereka jaga. Bersyukur memiliki kedua putri yang menjadi alasan mereka bertahan hidup.

Dan terlahir dari keluarga harmonis adalah hal yang paling Nara syukuri. Melihat senyum yang selalu terbit di wajah orang tuanya membuatnya bahagia. Jika boleh meminta, dia hanya ingin kebahagiaan kedua orang tuanya selalu tercipta. Karena jika orang yang dia sayang kehilangan bahagianya, maka di saat itu pula Nara akan kehilangan kebahagiaannya.

"Sekarang Kakak."
Kezia, namanya. Lebih tepatnya Kezia Anantasya. Gadis berumur 21 tahun itu memiliki paras yang tak kalah sempurna dari sang adik. "Sapi, Sapi apa yang bisa nemplok di dinding?"

"Sapiderman?" tebak Nara.
Kezia menggeleng. Menatap sang ayah yang menjentikkan jarinya. "Stiker sapi!"

Gadis itu tertawa terbahak setelah menatap Riza beberapa detik. "Bener." Tawanya kembali mengudara. Tidak habis pikir dengan sang ayah, jokes seperti ini saja tahu.

"Apaan, sih, humor banget." Nara ikut tertawa. Begitu pula dengan Anjani.

Family time adalah hal yang wajib Riza terapkan pada keluarganya ketika di malam hari. Sesibuk bahkan selelah apapun, harus ada waktu untuk berkumpul dengan keluarga ketika malam hari.

Seperti bermain tebak-tebakan, dan bercerita hal yang mereka lalui di hari itu. Banyak hal yang mereka habiskan.
Alasan Riza harus meluangkan waktu untuk keluarga yaitu ingin membuat anak-anaknya merasa nyaman dengan keadaan keluarga. Dan juga untuk mendekatkan diri dengan mereka.

Terlahir dari keluarga yang kekurangan kasih sayang membuatnya tidak ingin hal yang dia rasa akan dirasakan oleh kedua putrinya.

"Kamu kenapa, Ra?" Riza bertanya saat menyadari Nara terdiam.

Nara menggeleng pelan. "Nggak apa-apa."

"Lagi ada masalah, ya?" Kali ini Anjani bersuara. Dia pun baru menyadari raut wajah sang putri berubah muram.

"Aku beneran nggak apa-apa, Ma, Pa." Nara memutar otak agar bisa lolos dari kecurigaan kedua orang tuanya. "Aku cuma ngantuk. Boleh nggak aku ke kamar duluan?"

Setelah mendapat anggukan, Nara mencium kedua pipi orang tua dan kakaknya. Hal yang menjadi rutinitas sebelum tidur.

Saat di kamar, raut wajahnya semakin muram. Mengambil ponsel yang tergeletak di nakas. Banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari mantan kekasihnya.

ASKARA (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang